Andai kita tidak pernah bertemu… episode 12

Chapter 12

Taxi meluncur dengan cepat di jalanan diiringi hujan meskipun tidak begitu deras. Langit benar-benar menumpahkan air matanya, seolah-olah menandakan terbentuknya sebuah luka baru teramat dalam yang tidak mungkin disembuhkan. Di dalam mobil ane duduk di jok belakang bersama Bu Ratna, sedangkan Dito di depan. Bu Ratna sejak tadi masih menangis sesenggukan dan sesekali menyebut nama Niken dengan lirih. Sedangkan ane tidak berani mengajaknya bicara takut ane salah ngomong dan ujungnya semakin menambah kesedihannya.

“Semenjak ayah Niken meninggal, kehidupan kami semakin sulit mas. “ Bu Ratna tiba-tiba membuka percakapan.
“Dan yang paling terpukul adalah Niken. Dia dulu sangat dekat dengan ayahnya. Tapi dia gadis yang tegar. Meskipun saya larang, tapi dia tetap bersikeras bekerja mencari uang untuk tambahan biaya hidup kami. “ kata Bu Ratna lagi sambil mengusap air matanya.
“Apalagi penghasilan saya juga tak seberapa mas. “
“Kalau boleh saya tahu ibu selama ini bekerja di mana ? “ tanya ane.
“Saya hanya jualan di pasar mas. Tapi udah seminggu ini saya tidak dagang karena sakit ini. “ jawab Bu Ratna.
“Tapi setegar-tegarnya Niken, dia tetap gadis remaja yang labil mas. Jalan pikirannya masih dangkal sehingga dia melakukan jalan pintas. “ lanjut Bu Ratna.
“Saya mengerti bu. Mungkin saya juga bakal melakukan hal serupa jika berada di posisi Niken. Atau bahkan lebih parah. “ hibur ane.
“Tapi yang jelas, saya jadi tahu kalau Niken memang sangat sayang pada keluarganya. “ kata ane lagi.

Ibu Ratna nggak menjawab kata-kata ane dan hanya memandang keluar jendela. Ironis sekali, seorang gadis ABG yang seharusnya menikmati masa remaja dengan keceriaan, tapi harus dihadapkan dengan kerasnya hidup. Ane jadi inget masa-masa SMU dulu, ane sering menghambur-hamburkan uang demi membeli hal-hal nggak penting, seperti action figure dan DVD game berharga ratusan ribu yang 2-3 hari ane udah bosan. Meskipun keluarga ane bukan keluarga kaya raya, tapi ekonomi keluarga ane berkecukupan sehingga tiap bulan ane mendapat jatah uang saku yang lumayan besar.

Nggak terasa akhirnya kami tiba di rumah sakit tempat jenasah Niken berada. Setelah melapor ke bagian resepsionis, kami diantar seorang petugas menuju kamar jenasah. Setelah tiba, hanya Bu Ratna dan petugas tersebut yang masuk, sedangkan ane dan Dito duduk diluar. Sejak tadi Dito terlihat ceria, karena dia memang belum tahu perihal tentang kakaknya. Nggak beberapa lama terdengar sayu-sayup teriakan histeris disertai tangis Bu Ratna. Dia berkali-kali berteriak memanggil nama Niken. Ibu mana yang tidak histeris melihat anak kesayangannya terbujur kaku dihadapannya, sekuat apapun mentalnya.

“Kak, ibu kenapa menangis ? “ tanya Dito.
“Nggak papa dek. Udah kita disini saja. “ jawab ane.
“Kak Niken di dalam kan ? Ayo kak kita masuk. Dito kangen pengen ketemu Kak Niken. “ desak Dito.
“Kak Niken sedang tidur dek. Kita nggak boleh menganggunya. “ bujuk ane.
“Tapi kak, Dito pengen ketemu kak Niken. Sebentar aja kak. “ desak Dito sambil menarik lengan ane dan menunjuk pintu kamar jenasah.
“Jangan dek. Dito sayang kan sama kak Niken ? “ tanya ane.
“Iya Dito sayang sama kak Niken. “ jawab Dito.
“Nah kalau gitu, Dito jangan ganggu kak Niken. Kak Niken lagi beristirahat. “ kata ane sambil mengusap kepala Dito.

Dito mengangguk lalu duduk lagi di sebelah ane. Sepertinya Dito anak yang baik dan penurut. Maafkan kakak, Dito, kakaklah yang menyebabkan kamu harus berpisah dengan kakak perempuan yang kamu sayangi, sesal ane dalam hati. Nggak beberapa lama Ibu Ratna keluar dari kamar jenasah. Matanya sembab dan masih terisak-isak. Dito langsung berlari menyambut ibunya yang disambut pelukan dari ibunya. Nggak terasa mata ane kembali berkaca-kaca melihat ibu dan anak tersebut.


Andai kita tidak pernah bertemu…

Andai kita tidak pernah bertemu…

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2016 Native Language: Indonesia
Kisah seorang pemuda (Alvino) yang bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Niken di sebuah kafe tempat biasa dia nongkrong , dengan wajah penuh kegelisahan Niken menghampiri Alvino yang sedang bersantai sendirian  , Alvino yang terpesona oleh ke elokan Niken kehilangan kata-kata saat bertatapan dengan Niken , namun pertemuan mereka berdua tidak berakhir manis....Penasaran dengan kisah Alvino selanjutnya ? Yuk check it out kisah selanjutnya !

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset