Ah itu dia, ane lihat Niken berjalan cepat menuju pintu depan mall. Ah dasar cewek maling nih umpat ane dalam hati. Pura-pura baik dan lugu padahal ngincer HP ane. Langsung aja ane kejar dan setelah hampir terkejar ane langsung panggil dia, “Niken..!! “ Niken kaget dan menoleh dan bukannya berhenti malah makin mempercepat larinya. Beneran nih dia mencuri HP ane. Ane bisa aja teriakin dia maling, tapi ane nggak tega. “Hei, Niken, tunggu..!! “ ane berlari mengejar sembari terus memanggilnya.
Kami berdua pun kejar-kejaran dan menjadi perhatian banyak orang. Dan saat Niken bermaksud menyeberang jalan raya tiba-tiba…. CIIIIITTT BRAKKK!!! Sebuah mobil menabrak Niken dan membuatnya terpental beberapa meter. Ane hanya bisa terperangah tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata ane. Niken tergeletak di jalanan aspal dan tidak bergerak. Sedangkan sopir mobil tersebut, yang ternyata bapak-bapak langsung diamankan massa. Beberapa orang membopong Niken dan membaringkannya ke pinggir trotoar.
Dengan perasaan nggak karuan, ane mendekati Niken yang tergeletak tak berdaya. Kondisinya sungguh menggenaskan, dari hidung dan mulutnya mengeluarkan darah segar. Melihat ane mendekatinya, tangannya berusaha menggapai ane, dengan berlinang air mata dan suara tersengal-sengal dia berkata “Ibu… ibu… “ Niken nggak mampu menyelesaikan kata-katanya dan kemudian tak sadarkan diri. Ane hanya diam mematung dan tidak mempercayai semua ini. Kami berdua tadi barusan mengobrol dan sekarang…??
“Hei mas kamu kenal mbak ini ? Kamu pacarnya ? “ tiba-tiba seorang pemuda bertanya pada ane, yang ternyata adalah security mall.
“Iya kenal sih tapi saya nggak… “ ane agak bingung menjawabnya.
“Ya udah sekarang kamu ikut bapak itu ke rumah sakit. “ kata security itu.
Niken kemudian dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil yang tadi menabrak Niken. Rupanya bapak tersebut mau bertanggung jawab. Niken dibaringkan di jok belakang dan ane disebelahnya. Sepanjang perjalanan Niken nggak bergerak sama sekali. Pingsan ataukah… tidak mungkin, ane berusaha menyingkirkan pikiran buruk tersebut. Dia akan sembuh, dia akan baik-baik saja begitu harapanku. Sesampainya di RS, Niken langsung dimasukkan ke UGD. Sedangkan ane bersama bapak tadi duduk di lobby dengan gelisah. Agar menghilangkan kegelisahan ane, ane mencoba mengobrol dengan bapak itu. Tiba-tiba dokter yang memeriksa Niken datang dan ane langsung menemuinya.
“Dok gimana keadaan Niken ? “ tanyaku.
“Anda siapa ? “ dokter itu balik bertanya
“Saya temannya Niken dok. “
“Maaf mas, saudari Niken sudah meninggal. Sepertinya dia meninggal diperjalanan. “
Ane nyaris pingsan mendengar penjelasan dokter itu. Kabar yang sulit dipercaya. Cewek yang barusan ane kenal sekarang telah meninggal secara tragis.
“Kalau begitu kami bisa minta tolong anda untuk menghubungi keluarganya ? “ tanya dokter tersebut.
“Saya kenal Niken belum lama dok, jadi saya belum tahu dimana rumahnya. “ jawab ane.
“Atau begini dok, mungkin di sakunya ada kartu pengenal atau identitas lain, nanti saya coba cari alamatnya. “ tambah ane.
“Kami tidak menemukan identitas apapun di baju saudari Niken mas. “ jawab dokter.
Astaga kacau nih, kok bisa-bisanya nih cewek gak bawa apapun saat keluar rumah. Daripada masalah semakin berlarut-larut kami memutuskan melaporkan hal ini ke yang berwajib. Ane sempet ditanyai berbagai macam pertanyaan oleh polisi dan semuanya ane jawab apa adanya. Karena status ane hanya sebagai saksi ane kemudian diperbolehkan pulang. Pihak polisi berjanji akan menghubungi ane via telpon rumah jika mereka telah berhasil menemukan keluarga Niken. Sedangkan bapak yang menabrak ditahan untuk proses lebih lanjut. Ane kasihan juga dengan bapak itu, karena dia hanya sopir sebuah perusahaan dan mobil yang digunakan merupakan mobil inventaris. Sedangkan HP ane yang dicuri Niken hilang entah kemana. Mungkin terpental ke selokan atau diambil orang… ah entahlah. Ane juga nggak berniat mencarinya. Sesampainya di rumah hari udah malam sekitar pukul 11, ane disambut oleh muka masam ibu ane.
“Kamu dari mana saja Vin ? Dari tadi ibu telpon nggak diangkat. “ tanya ibu ane.
“Dari tempat temen bu. Tadi motor aku mogok. HP di tas jadi nggak denger. “ ane jawab sekenanya.
“Kamu kenapa kok pucat banget ? Kamu sakit ? “ ibu ane penasaran.
“Nggak bu, capek aja dorong motor tadi. “ ane bohong lagi.
Ane langsung menuju kamar. Teriakan ibu ane yg menyuruh makan malam nggak ane pedulikan, karena ane udah nggak selera makan lagi. Setelah mandi ane memutuskan untuk ke tempat tidur. Meskipun ane capek banget, tapi ane nggak bisa memejamkan mata. Ane masih terbayang-bayang wajah Niken, dan kata-kata “ibu” yang dia ucapkan sembari menangis menjelang ajalnya. Pasti Niken meminta ane untuk memberitahu ibunya tapi mana mungkin, alamatnya aja ane nggak tahu. Nggak terasa ane terlelap juga.
Dan malam-malam ane terbangun karena mendengar sebuah suara yang nggak asing lagi. Suara alarm HP, alarm HP ane !! Tapi mana mungkin, HP ane udah hilang saat Niken tertabrak. Namun kenyataannya sekarang HP itu tergeletak di meja samping ane dengan alarm berbunyi. Dan itu jelas HP ane soalnya ane sering nge-set alarm untuk berbunyi jam 2 pagi soalnya ane demen nonton siaran bola Liga Champions.
Langsung ane ambil HP tersebut. Tapi siapa yang mengembalikan HP ane malam-malam begini sedangkan seingat ane pas ane beranjak tidur HP ini nggak ada di meja. Apakah…. Ah nggak mungkin, jaman modern gini mana ada yang namanya hantu, ane buang jauh-jauh pikiran tersebut. Mungkin saja tadi ada temen yg ngembaliin lalu ibu ane yg menaruhnya di meja, dan ibu mungkin lupa bilang. Tapi kalau memang begitu kenapa ibu malah nanya kenapa kalau ane ditelpon tidak diangkat ? Meskipun ane nggak habis pikir tapi ane masih mencoba tetep berpikir logis. Sebenarnya ane ingin menanyakan perihal HP ini ke ibu tapi pasti ane ketahuan kalau bohong. Bisa-bisa ane dimarahi soalnya ibu paling tidak suka kalau dibohongi.