Kasanah yang biasa dipanggil Yu Nah buka usaha aneka masakan kambing di Pedurungan dekat Satlantas merasa sedih karena tak seperti biasanya satenya sepi pembeli padahal ia masak bumbunya tak ada bedanya.” Apakah aku dicurangi..? tapi sama siapa..? semua aku yang atur, yang uleg dan aku awasin sendiri tapi mengapa sampai jam segini belum ada yang laku..? ” Yu Nah masih termenung memikirkan semua kesalahannya Semua daging ia kasih bumbu..karena takut dagingnya tidak segar lagi, daging separo ia masukkan ke kulkas biar segar dan separo langsung di tusuk siap dibakar dan diberi tambahan merica dan bawang putih sedikit. Membakarnya pindah diluar biar orang-orang mencium bau lezatnya. Belum dibakar saja baunya sudah harum..Yu Nah beberapa kali mencium bau lezatnya dan ia menjadi pingin ngincipin, maka Ia membakar sepuluh tusuk. Alhasil satenya membaui kemana-mana. Dan pada waktu jam makan siang banyak yang makan bahkan melebihi biasanya
Yu Nah, merasa lega satenya kembali laris lagi, ternyata aku harus masak diluar biar baunya menyebar ke segala penjuru, bahkan satenya tambah lezat, melayani pembeli yang memborong satenya membuat Yu Nah kecapekan , dia memanggil adiknya Kundori untuk membantu membakarnya.
Tiga ekor kambing dalam sehari dengan 3 orang pembantunya masih bisa mencukupi kebutuhan keluarganya yang bikin jengkel sekarang pembelian tidak bisa hanya dagingnya saja, tapi harus utuh per ekor ini berarti Yu Nah harus membuka gulenya atau tongseng di warung nya…” yaaah gak apa aku akan buat gule hari ini. ” Yu Nah mencoba resepnya dan dimodifikasi dengan resep yang lain hasilnya uueeennaaaakkk dan semua dicatat dibuku rahasia makanan Yu Nah. seisi rumah menikmati masakan Kasanah ” hhmmmm nikmat buk uenaaak tenan gulenya” baik besok ibuk akan mencoba membuka menu Gule Yu Nah ” Esok harinya Gule Yu Nah bisa menyaingi Sate, bahkan seminggu berturut-turut persaingan sama melonjaknya.
Tinggal satu resep yang masih di uji coba yaitu Tong Seng, Kasanah memasak dagingnya biar mateng dulu dan dibumbui masakan tersebut ditiriskan dipisahkan cairan kuahnya jadi bumbu nempel di dagingnya apabila ada pelanggan meminta tongseng, maka tinggal menumisnya dan menambah kubis baru kuahnya dicampurkan, hhmmmm nikmaat..apalagi kalau pedas seperti sekarang ini, rambut pada basah karena keluar keringat besar-besar di kening. Kasanah tak mau resepnya di tiru orang, jadi dia memasaknya dan mereka hanya menambah tumisan dan tak usah memberi garam lagi. Resep Tong Seng akan segera diluncurkan dan di warung makan ada promosinya tapi untuk Senin depan pelanggan pada membaca promo tong seng Yu Nah. Kini Kasanah tak menjual lagi jeroan dan kepala ataupun telinga dan lain-lain ,kini seluruh kambing diolah semuanya dengan satu orang penjagal dan dua orang pembantunya bisa membereskan kambing sebersih bersihnya.
Sudah ada sate, dan ada gulai, sekarang segera ditambah tong seng dalam masa tunggu, mereka masih menanyakan tong seng. Sekarang saatnya meluncurkan tong seng yang guriiih dan sedap..semakin membludak warung makan Yu Nah. Kasanah mulai menabung untuk membuka cabang di Semarang Barat, dia mencari tempat yang strategis dan menguntungkan dikeramaian kota, Akhirnya Kasanah menemukan tempat di jalan Imam Bonjol dekat stasiun Poncol , disana tempatnya besar dan lahan Parkirnya luas juga aman , makanan yang disajikan sama yaitu Sate, Gule, Dan Tong Seng, dengan empat karyawan. Di Poncol warung buka 24 jam melayani penumpang dll juga melayani oleh-oleh aneka masakan kambing Yu Nah Oleh-oleh itu yang paling laris karena bisa dibawa di Jakarta masih enak tinggal panasin saja tutupnya kedap masih ada dosnya pula.
Di Poncol ini masakan Yu Nah merupakan pendapatan yang tertinggi dengan empat kambing per harinya kalau di pedurungan tiga kambing per hari dengan tiga karyawan pelayanannya. Yang di Pedurungan yang pegang anak Sulungnya Wati sedangkan yang di Poncol yang pegang anak lelakinya Wawan. Tahun ini Kasanah akan membuatkan untuk anak ketiganya Nunik, dia masih kuliah di Fakultas Ekonomi di UNTAG dia pandai memasak karena sering membantu ibunya di dapur uji coba resep Yu Nah. Sedangkan Nugroho anak terkecilnya masih kelas 3 SMA belum diberikan usaha nunggu lulus sekolah dulu.
Nugroho anak yang rajin dia tak penah menyusahkan orang tuanya dan selalu mendapat beasiswa karena kepandaiannya. Ketika Ia ditawari ibu Kasanah untuk membuka usaha aneka masakan Ia memilih kuliah di Tehnik Sipil, tapi Yu Nah tetap akan memberikan usaha itu padanya. Anak-anak Yu Nah semuanya menguasai resep masakan YuNah, karena Yu Nah mewajibkan usaha itu untuk anak-anaknya, termasuk Nugroho, dia juga mahir memasak cita rasanya tinggi kini Kasanah sudah tua tapi masih mengecek masakan anak-anaknya terutama bumbu-bumbunya , Kasanah memiliki tenaga kerja khusus untuk mengolah masakannya dan Wati maupun Wawan akan mengambilnya setiap jam 05.00 untuk diolah di warung makannya. Saat ini anak-anaknya sudah menikah dia berharap cucu dan ingin bersama cucu-cucunya sepanjang hari . Tinggal Nunik dan Nugroho yang belum menikah karena mereka masih ingin kuliah.
Ketika Nunik di wisuda Kasanah memberikan hadiah Warung Makan terletak di Terminal Mangkang karena Nunik memilih rumah di Mangkang karena disana tidak ada kuliner yang senikmat Yu Nah. Nunik ingin menguasai areal Mangkang sampai Pasar Bulu . Sesuai perhitungannya di Mangkang , Sate dan Tong Seng serta Gulainya banyak yang diserbu pelanggan. Pekerja Nunik teman-teman kuliah dan pelanggan mereka anak-anak muda. Nunik membuat resep sendiri yang dibuat ibunya dan dia hafal diluar fikirannya, karena setiap hari membantu ibunya menguleg bumbu-bumbu itu. Nunik didukung temen-temen kuliahnya dan ingin membuka di Bandara Ahmad Yani ada juga yang ingin membuka usaha di Polda Jateng dll. Padahal Nunik hanya membuat bumbu dan mereka tinggal mengambil untuk mengolahnya. Memang bumbu masakan Gulai buatan resep Yu Nah betul-betul lezat.
Kini Nunik hanya membuka pesanan teman-temannya yang meminta setiap hari di orderin Gulai… dan bumbu tongsengnya, kalau sate tidak di buatkan hanya khusus keluarga. Wawan minta tolong Nunik untuk mengisi oleh-oleh aneka masakan Kambing Yu Nah karena persediaan sudah menipis karena ini jatah adiknya Nunik untuk bapak ibunya. Nunik segera melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.Selama satu bulan Nunik menjatah buat ayah ibunya dengan mengirim keuntungannya sebagai tanda bakti kepada orang tuanya. Anaknya Wati dan anaknya Wawan setiap hari dititipkan kepada ayah dan ibunya , ketika mereka bekerja di warungnya . Anak Wati sudah kelas 3 dan anaknya Wawan baru TK .
Kasanah dan Suaminya Parjo berharap pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji , maka anak-anaknya mengumpulkan biaya untuk mereka berdua. Nunik di Warungnya Mangkang sedang melakukan penilaian kemajuan pekerjaannya. Nunik minta grafik kemajuan keuangan, kemajuan pelangan dan kemajuan masing – masing produck mana yang lebih unggul dari masing-masing produck sesuai dengan apa yang ada. “Unggulan pertama adalah Sate, dilanjut Gulai dan Tong seng untuk keuangannya Keuntungan yang terbanyak bulan kemarin bulan ini ada penurunan tapi sedikit karena harus mengisi dana oleh – oleh untuk orang tua Nunik,” Demikian Triana melaporkan Laporan kemajuan kerja kepada bosnya yaitu Nunik , selanjutnya mengecek yang di Pasar Karangayu disitu permintaan yang terbanyak Tong Seng dari laporan Bambang dan yang di Polda kemajuan permintaannya adalah Gulai demikian laporan Rahayu untuk pengeluaran terbanyak emang benar di Terminal Mangkang karena anggaran Oleh-oleh diambilkan di terminal Mangkang.
Melihat kemajuan usaha kakak-kakaknya Nugroho memulai melirik kak Nunik yang handal menghadapi perlawanan dunia kuliner, rupanya Nugroho menginginkan usaha yang dirintis ibunya, dan Nugroho Kuliah di fakultas Ekonomi di UNDIP sambil membantu usaha kakak kakaknya. Nugroho sementara membantu sebagai driver untuk berkomunikasi sama kakaknya Nunik sambil belajar. Ibu Kasanah/ Yu Nah dan Pak Parjo sebulan lagi berangkat haji dia banyak beramal dan berpuasa dirumahnya sering sekali mengadakan pengajian dan berinfak.
” Nugroho…, ibu senang sekali kamu memilih di kuliner yang ibu siapkan, kira-kira kamu akan memilih daerah mana untuk usahamu..?”
” Nugroho akan bantu kak Nunik dulu sambil mencari-cari lokasi usaha sekaligus ternak kambingnya agar bisa memperoleh hasil yang maksimal dengan kambing-kambing yang berkualitas”
” Baik kalau begitu jatah rumah untuk kamu, kau pilih untuk membeli tanah gak apa itu juga bagus” kata pak Parjo ” Berarti warung makan kamu juga harus dekat dengan lokasi kandangmu, apakah kamu sudah ada pandangan tanah Nak ?”
” Ada pak , di Kota Wonosobo dan harganya miring dibanding kota-kota yang lain serta hawanya cocok untuk makanan sate, gulai dan tong seng dan Nugroho sudah uji resep-resep ibu, Nugroho ingin buat resep terbaru yaitu tengkleng tapi nanti setelah Nugroho berhasil menggunakan resep ibu / Yu Nah, bagaimana pak apakah bapak mau melihat tanah itu..?” Nugroho mengajak bapaknya untuk melihat lokasi warung makan anaknya Nugroho di Wonosobo.
Karena masih pagi maka bapak dan ibu mengajak Nugroho berangkat sekarang dan Nugroho yang setir diikuti anak-anak Wawan dan Wati. Bapak dan Ibu senang melihat lokasinya yang bagus dan cocok buat usaha, Nugroho menanyakan harganya apakah bisa diturunkan ? Pak Parjo ikut menawar, karena pak Parjo sering transaksi rumah dan tanah. Mulanya pemilik agak keberatan tetapi akhirnya deal menyetujui tawaran pak Parjo dan transaksi akan dilakukan besok jam 10.00
OLala…Nugroho bergirang hati mendapat tanah yang luas…ditepi jalan raya..depannya pemandangan yang indah penuh bunga, yang jelas harganya super murah karena penjualnya amat membutuhkan uang ” Teima kasih bapak, Ibu….Nugroho senang sekali karena bapak tawarannya begitu bagus”
” Itu kebetulan saja Nug..memang dasarnya orang itu butuh uang ya….Gusti Allah memberikan kemurahannya untuk kamu Nug dan mengabulkan do’a ibumu ingin memiliki usaha di Luar Kota.” Bapak dan Ibu akhirnya berangkat berhajji dengan tenang tanpa pemikiran yang berat karena anak-anaknya sudah memilih pilihan usahanya sendiri-sendiri dan Pak Parjo dan Kasanah bisa tenang dalam beribadah.
Selesai.