Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo. episode 16

Dimulainya Test of Faith.

Wartasuro langsung melesat ke tempat di mana Roni berada. Dalam sekejap suasana tegang di sana berubah menjadi suasana yang mencekik dan menakutkan. Suara tawa yang tak dikenal dan mengerikan muncul dari segala arah, seperti omen akan suatu yang teramat buruk.

Tak disangka-sangka, tiba-tiba Roni memuntahkan darah yang teramat banyak, keluar dari mulutnya. Membuatnya juga teman-temannya terkejut bukan main. Tak sampai di situ, mulut, kedua belah matanya, kupingnya, dan setiap pori-porinya mengeluarkan asap hitam yang teramat panas yang bisa dirasakan oleh teman-temannya.

Roni saat itu seperti ingin mengatakan sesuatu kepada teman-temannya. Yang dipastikan ialah dia sudah menyesal dan ingin kembali ke pelukan teman-temannya, namun sangat disayangkan. Tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan organ-organ dalam yang sudah tercabik-cabik menjadi beberapa potongan kecil. Dan di saat itulah, diapun tewas.

Semua teman-temannya tak ada yang bisa berbuat apapun untuk menolongnya, mereka semua cuman terdiam, menyaksikan Roni kesakitan saat itu, sampai dia tewaspun mereka masih belum bergeming untuk keluar dari pelindung.

“Dasar anak-anak manusia! Tidak memiliki rasa kesetiaan dan rasa belas kasihan. Kalian banyak berujar untuk menyelamatkan teman kalian, namun di saat seperti ini, kalian tak ada yang mau menyelamatkannya.” Kata Wartasuro yang barusan keluar dari tubuh Roni. “Aku heran pada Tuhan kalian, bagaimana kalian bisa menjadi Raja di muka bumi, sementara kalian selalu berbuat kerusakan, dan selalu berharap kalian sebagai pahlawan saja.”

Mereka masih terdiam, terpaku tak berdaya.

“Ah, sudahlah! Tugasku bukan untuk menceramahi maupun memakan kalian. Katakan kepada teman kalian yang sedang merogo sukmo di sebelah kalian kalau Dark Mistress akan datang pada keluarganya sebentar lagi.”

Setelah itu, Wartasuro mengambil kitab Septo Tapo ‘Sin of Madness’ itu dari tangan Roni dan langsung berlalu tanpa peringatan lebih lanjut.

Setelah Wartasuro pergi dari hadapan mereka, akhirnya merekapun dapat bergerak lagi. Ada sebuah penyesalan mendalam pada diri mereka yang tak bisa bergeming untuk menyelamatkan temannya. Walaupun Roni adalah seorang yang jahat dan sudah jadi gila karena kitab iblis itu, namun dia tetaplah teman sekaligus adik kelasnya.

Tak lama setelah itu, bu Ike dan anak-anak kelas satu yang lain berdatangan ke tempat itu dan menemukan kalau Roni telah bersimbah penuh dengan darah, sementara Amelia sedang dibopong oleh Intan dan Siwi.

“Intan, Siwi, apa yang terjadi?” tanya Bu Ike penuh tanya. “Mengapa Amelia tak sadarkan diri seperti itu … dan mengapa Roni bersimbah penuh darah?”

“Anu, bu … Roni, dia sudah meninggal,” jawab Intan menahan deru tangisnya. “Amelia selamat kok, namun … jiwanya masih tergadai dengan keempat penunggu BPM sini, dan saat ini, kak Umam lagi menyelamatkannya!” tambahnya.

“Astagfirullah, Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un …” Bu Ike langsung pingsan seketika mendengar jawaban dari Intan. Sementara itu, Alex berkeinginan untuk menggendong pacarnya itu, dan hal itu disetujui oleh Intan dan Siwi.

Mereka semua dalam keadaan kacau. Syaiful dan Bagos meminta beberapa siswa kelas satu untuk ikut membantu membawa jenazah Roni kembali ke perkemahan. Dan mengetahui apa yang telah diperbuat Roni pada sahabat-sahabatnya, tidak ada yang mau maupun sudi membantu Syaiful dan Bagos membawa jenazahnya.

Miris sekali.

Keadaan semakin mencekam di dunia gaib sana. Pertarungan manusia melawan bangsa lelembut kelas atas terjadi.

Mereka berpikir harus segera menyelesaikan pertarungan keras ini sebelum terjadi peristiwa yang jauh lebih buruk ke depannya. Namun, kekuatan dari para demit-demit itu ditambah dengan keempat Gawur tak bisa dianggap remeh, karena kekuatan keenam demit itu jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Sementara Pak Khoirul tak bisa bertarung karena dia lagi terfokus untuk menyembuhkanku.

“Khoirul, apa sudah selesai?” tanya Mbah Jayos.

“Belum, mbah! Luka yang didapat Umam sangatlah parah. Mungkin jikalau dia tak segera disembuhkan, dia bisa mati.” Jawab Pak Khoirul resah, karena aku sudah dianggap sebagai putra angkatnya sendiri. “Sebaiknya kita melarikan diri saja, mbah!”

“Tidak bisa, pak! Mereka pasti takkan pernah membiarkan kita untuk melarikan diri dari sini. Sebaiknya bapak konsentrasi terus untuk menyembuhkan Umam, biar demit-demit itu kami yang tangani!” sahut Mas Nanang terlihat percaya diri mampu mengalahkan mereka berenam.

“Hahaha … bagaimana, pak tua? Sekarang kau takkan mampu mengalahkan kami semua, ‘kan?” kata Banaspati yang terlihat antusias dan sumringah melihat Mbah Jayos dan Mas Nanang terpojok dan tak mampu berbuat apapun itu. “Sebaiknya kau menyerah sekarang dan jadilah budak kami di neraka!”

Mendengar ucapan kurang ajar yang keluar dari mulut si Banaspati, tiba-tiba Mbah Jayos dan Mas Nanang tertawa. Sepertinya mereka merasa ancaman dari Banaspati itu sebuah lelucon buat mereka.

“Banaspati, Banaspati. Ternyata kau masih suka meremehkan kemampuan orang tapi bodoh, ya? Sedari tadi kalian semua sudah masuk ke dalam perangkap kami, namun tidak ada di antara kalian yang menyadarinya.” Kata Mbah Jayos tertawa.

Tak terduga, dari segala penjuru muncul tombak-tombak api yang sudah mengarah ke arah para demit-demit itu. Dalam sekejap, tombak-tombak api itu langsung menghujam tubuh para Gawur yang langsung membuat mereka tewas tak bersisa.

Menyisakan Banaspati dan Pocong Hitam itu kembali.

“Sialan, kau anak-cucu Adam!” Banaspati mengumpat ke arah Mbah Jayos. “Kau sudah benar-benar berani menentang kami,” tambahnya.

“Lalu kenapa, Banaspati? Apa kau sudah lupa siapa diriku dan apa julukan yang diberikan padaku, hm?” tanya Mbah Jayos sedikit tertawa licik.

“Mentor Utama (Grand Mentor) keluarga Marwan. Atau dikenal sebagai mahaguru yang mengajarkan ilmu kanuragan sakti kepada anak-cucunya,” jawab Banaspati tertatih-tatih. “Itu kau, Jayos?!”

Sebelum Mbah Jayos melanjutkan perkataannya, tiba-tiba di langit muncul sebuah mata raksasa yang tengah mengawasi mereka. Bersamaan dengan munculnya mata itu, dari segala penjuru muncul suara-suara tawa yang mencekik bagi siapapun yang mendengarnya.

“Hahaha, Jayos, Jayos. Kau sama sekali tak berubah, ya?” ujar suara misterius itu yang kiranya muncul dari langit, atau tepatnya keluar dari mata raksasa itu. Suara bergema itu langsung membuat manusia dan demit itu langsung tersungkur tak berdaya, seolah energi spiritualnya terhisap habis.

“Siapa itu?” tanya Mbah Jayos merasakan sesak di dadanya.

Dalam sekejap seseorang gadis dengan jubah hitam muncul di belakang si Banaspati dan Pocong Hitam itu. Tiba-tiba mereka semua mendapati sebuah ilusi mengerikan mengenai kematian mereka. Pak Khoirul dan Mas Nanang mendapati tubuhnya dipenggal oleh kapak merah, membuatnya pingsan seketika. Sementara Mbah Jayos yang kekuatan spiritualnya sudah tinggi, hanya mundur beberapa langkah.

“Ilusi itu … Ilusi Titihan Kembang Bulan Merah,” kata Mbah Jayos yang terkejut melihat ilusi yang pernah ia alami sewaktu ia masih muda. “Ada satu orang saja yang menguasai ilusi itu. Nyi Imas!”

Dark Mistress kala itu hanya tersenyum melihat ucapan Mbah Jayos, sepertinya ia memang ingin bertemu dengan orang-orang keturunan dari kyai yang sempat mengalahkannya. Mungkin dia ingin memberitahu kalau dia sudah kembali, dan tak ada yang bisa menghalangi rencananya sekarang ini.

Tak terduga, Dark Mistress mengeluarkan auranya yang tambah mencekik suasana di sana, auranya itu kemudian berubah menjadi tangan-tangan transparan yang langsung menghujam tubuh Banaspati dan Pocong Hitam tanpa mampu mereka tangkis.

“Grr, apa yang kau lakukan?” tanya Banaspati itu geram. “Kalau kau berani, hadapi aku dengan adil, pengecut!” tambahnya mengumpat.

“Maaf Banaspati, tapi aku butuh dirimu saat ini. Izinkan aku untuk memakanmu dan teman pocongmu di sana!”

Tiba-tiba Banaspati dan Pocong Hitam itu langsung berubah menjadi orb warna hitam yang kemudian diraihnya dengan tangan-tangan transparannya, kemudian Dark Mistress itupun menelan kedua orbs itu.

“Ah, yummy. Ternyata kedua demit itu punya rasa yang lumayan juga. Makasih atas hidangannya, ya!” kata Dark Mistress itu.

“Apa yang kau lakukan di sini, Nyi Imas?”

“Aku hanya ingin mencari santapan yang lezat hari ini. Mungkin keturunan ayahmu di sana rasanya bakal nikmat sekali bila kumakan,” jawab Dark Mistress sembari menunjuk ke arahku yang tengah pingsan.

“Takkan kubiarkan! Ajian Ronggolawe!”

Mbah Jayos langsung menyerang Dark Mistress. Ajian Ronggolawe itu mampu menekan ilusi Titihan Kembang Bulan Merah. Namun tekanan dari ilusi itu masih terus menekan fisik dan mental Mbah Jayos, sehingga sebelum dia berhasil menyerang, dia sudah terduduk lemas.

Ajian Ronggolawe yang merupakan ilmu tarian Naga yang bertumpu pada tongkat Cokropati. Setelah menari tarian naga, tongkat itu langsung berubah menjadi pedang api, yang sering disebut sebagai pusaka Pedang Naga Api. Sebenarnya ada nama yang cukup bagus, namun aku tak ingin memberitahunya.

Dark Mistress yang kala itu melihat Mbah Jayos mengambil ancang-ancang untuk menyerangnya, namun dalam sekejap tangan-tangan transparan itu langsung menangkap kaki Mbah Jayos sehingga dia tak bisa bergerak.

“Asal kau tahu, Jayos. Aku tidak datang ke mari untuk bertarung maupun mencari masalah denganmu,” kata Dark Mistress melaju, mendekati Mbah Jayos sembari membelai pipi keriputnya. “Tak kusangka sudah delapan puluh lima tahun sejak terakhir kita ketemu. Dan sudah selama itu pula kau menjadi setua ini, Jayos, putraku.”

“Tak sudi aku menganggapmu sebagai ibuku! Meski aku lahir dari rahimmu, namun jiwa dan hatimu telah ditelan oleh iblis! Mana mungkin aku bisa menerima seorang ibu kejam sepertimu!” jawab Jayos yang mencoba memberontak dari kekangan ibunya. “Kau cemburu dan iri kepada ketiga istri lain Marwan bin Muhammad, karena ayahku lebih menyayangi mereka ketimbang dirimu, kan?”

“Ah, andaikata kau mau ikut denganku malam itu, pastinya kau takkan menjadi seperti ini, Jayos. Aku bisa memberimu keabadian dengan ajian Ramuraga itu!” kata Dark Mistress itu menggoda. “Sekarang yang tersisa dari tetua, Cuma kau, Mbah Carik, dan Mbah Ibu. Aku akan sangat senang sekali jikalau ada yang sukarela membantuku untuk menyingkirkan mereka,”

Dan sekejap, Mbah Jayos berhasil keluar dari kekangan Dark Mistress. Tanpa ragu sedikitpun, dia langsung menebas tubuh gadis berusia kira-kira tujuh belas tahun itu sampai menjadi dua bagian.

Anehnya, tubuh yang ditebas Mbah Jayos itu tiba-tiba tersenyum licik, dan kemudian berubah menjadi boneka kayu yang langsung mengeluarkan asap-asap beracun yang sempat melukai Mbah Jayos.

“Dasar iblis licik! Beraninya dia hanya menggunakan boneka dirinya untuk melawanku!?” umpat Mbah Jayos sembari menutupi hidung dan mulutnya dengan kedua tangannya. Namun, di sana masih ada cucu dan kedua cicitnya, dia tak tega membiarkan mereka mati konyol akibat racun mematikan itu. “Aku tak bisa membiarkan mereka mati konyol di sini. Pertama-tama aku harus mengirim Umam untuk kembali ke jasad kasarnya. Semoga saja dia bisa siuman di sana!”

Dengan cepat, Mbah Jayos merapalkan sebuah doa yang bahkan penulis tak tahu doa apa itu, yang langsung mengirim jiwa Umam kembali ke jasad kasarnya.

Tak berlangsung lama, sampai jiwa Mbah Jayos terduduk sembari memuntahkan darah. Ini pasti diakibatkan racun yang keluar dari fudu boneka kayu tersebut yang racunnya sangat menyengat dan berbahaya.

Remang-remang tapi pasti, dalam keadaan yang tengah sekarat, Mbah Jayos melihat seorang nenek yang usianya jauh dibawahnya, sekitar 90 tahun sedang berjalan pelan menuju ke arahnya.

“Kak, sepertinya ujian Test of Faith harus kita percepat, mendapati Nyi Imas telah berhasil menitis ke dalam jiwa dan raga keturunan-keturunannya!” usul nenek tua itu. “Aku merasa akan terjadi malapetaka yang teramat besar, dan peperangan besar-besaran akan segera terjadi. Antara keluarga Marwan melawan keluarga Immas,” lanjutnya.

Dia sudah pasti adalah Mbah Ibu, adiknya sekaligus mentor penyembuhan terhandal di keluarga Marwan.

Note : Ilusi Titihan Kembang Bulan Merah adalah sebuah ilusi yang mampu menampakkan bayangan saat kematian orang, namun ilusi ini si pengguna mampu menentukan takdir dan siksaan kematian apa yang cocok, sesuai kehendak penggunanya. Ilusi ini memungkinkan si pengguna mampu mengubah persepsi ruang dan waktu. Pada dasarnya ilusi ini tak sanggup membunuhmu, namun dapat melukai fisik serta membunuh mental dan trauma psikologis. Secara dasar, ilusi ini mirip genjutsu Tsukoyomi milik Itachi Uchiha. Yaitu menjebak lawan yang sudah berkontak mata dengannya dan memasukkannya ke dalam genjutsu panjang penuh siksaan.

Sedangkan soal Dark Mistress yang berubah menjadi boneka kayu? Hmm … kalian tahu karakter Naraku di anime Inuyasha yang mampu menggandakan dirinya dengan tubuh pengganti yaitu boneka kayu? ya seperti itulah cara kerja si Dark Mistress ini. Dia selalu bergerak di belakang layar, sementara klone-klonenya (boneka kayu) selalu bergerak menjalankan misi yang diberikan oleh Dark Mistress yang asli.


Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo.

Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo.

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekitar dua abad yang lalu, saat terjadi perebutan kekuasaan antara VOC dan Britania di nusantara, ada sebuah kisah. Kisah seorang Kyai yang mampu menghentikan para demit-demit yang menghantui seluruh Jawa Timur ini. Kuntilanak, Pocong, Genderuwo, demit, jin-jin kafir, dan lain sebagainya. Dia menyegel semua demit itu di sebuah gerbang gaib yang diberi nama Angus Poloso, sebuah gerbang gaib yang memungkinkan para demit kelas atas itu tak bisa keluar dalam waktu lama. Seperti yang kita ketahui, tidak ada yang abadi di dunia ini, ya termasuk gerbang gaib itu. Oleh karena itu, setiap seratus tahun sekali gerbang gaib itu akan terbuka dan menimbulkan teror di Jawa maupun di seluruh negeri ini.Pria yang menyegel para demit-demit itu adalah Kyai Marwan, atau lebih dikenal sebagai Ki Ageng Selo. Gelar Ki Ageng Selo itu di dapatnya setelah berhasil mengalahkan Nyi Imas, seorang yang sakti mandraguna dan pengguna Santet Lemah Ireng, sebuah santet yang menargetkan setiap jiwa di sebuah wilayah tertentu. Beda dengan santet-santet pada umumnya yang hanya menargetkan targetnya dan juga keluarganya serta anak-cucunya, santet ini menyerang siapapun yang berada dalam satu kota/desa dengan si target. Sebelum lanjut, mari kita bahas dulu mengenai Santet Lemah Ireng.Santet Lemah Ireng adalah sebuah santet yang tidak memerlukan bantuan para jin, setan, dan makhluk2 halus pada umumnya, tapi santet ini hanya mengandalkan lemah ireng dan target yang berjalan di atas tanah dalam suatu wilayah, tempat di mana lemah ireng itu diambil, tempat orang yang ditargetkan itu berada. Selama orang-orang masih menginjak tanah, mereka pasti mati. Santet ini seperti gabungan dari Santet Malam Satu Suro, Santet Pring Sedapur, Santet Sewu Dino, dan Santet Janur Ireng. Selain itu, para pemuka agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Konghucu) tidak ada yang sanggup ataupun berani mengatasi santet ini.Santet ini tidak bisa diajarkan kepada siapapun, karena yang menguasai ilmu santet ini dia harus menjadi satu dengan Raja Iblis Nusantara. Raja Iblis itu akan masuk ke dalam raganya, dan apabila raganya kuat, maka dia akan memperoleh kekuatan besar, sedangkan jikalau tidak, maka mereka hanya akan mati konyol.Seratus Sebelas tahun setelah penyegelan itu, Angus Poloso yang waktu itu diletakkan (ditanam) di tanah keramat yang berlokasi di Blitar, tanpa sepengetahuan mereka, berdirilah sebuah sekolah SMA. Sebenarnya pihak pengembang sudah berkali-kali diingatkan kalau tanah tempat didirikannya sekolah itu adalah tanah berkah, yang orang2 kita sebut sebagai tanah keramat. Mendengar ucapan dari para warga setempat, pihak pengembangpun menganggap kalau ini semua hanyalah tahayul, dan terus memaksakan pembangunan itu.Dan selama beberapa tahun pembangunan, akhirnya sekolah itu berdiri juga. Berserta SMP dan Universitasnya (1976). Sebenarnya sebelah yayasan pendidikan itu sudah berdiri pondok pesantren yang didirikan oleh Kyai Marwan seratus sepuluh puluh tahun lalu sebagai antisipasi jikalau Angus Poloso itu terbuka.Sekolah megah dan luar biasa, menindih Angus Poloso yang ada di bawahnya. Karena tak bisa terelakkan, waktu itu keturunan Kyai Marwan, yaitu Mbah Wo, Mbah Carik, Cokropati, Mbah Jayos, dan Mbah Ibu, yang usianya sudah mencapai seratus tahunan, memberikan sebuah pager gaib di sekitar sekolah itu untuk mencegah terjadi apa-apa dan mencegah hancurnya segel Angus Poloso di sana. Dan tiga tahun setelahnya, Mbah Cokropati pun meninggal.Cokropati adalah anak Sulung dari Kyai Marwan dan merupakan anak yang paling cerdas dan berpengalaman dari kesemua keturunannya. Sehingga kematiannya menimbulkan lara dan kecemasan, karena sekte Immas takkan pernah berhenti mencoba mengeluarkan Nyi Imas dari segel Angus Poloso.Setelah kematian Kyai Marwan dan Cokropati, perjuangannya diteruskan oleh anak-cucunya. By the way, Kyai Marwan mempunyai tujuh orang anak dan dua belas cucu, sekaligus dua puluh empat cicit. Mereka semua adalah orang-orang hebat, dan kesemua anaknya adalah orang yang berpengaruh di daerahnya.Perjuangan mereka menggantikan Kyai Marwan bisa dirasa mudah dan sulit. Mudahnya karena demit-demit kelas atas yang paling ganas telah disegel oleh Kyai Marwan di dalam Angus Poloso, dan sulitnya adalah demit-demit kelas kecil ini terlalu banyak dan selalu bergerak di bayang2 dan selalu menggunakan cara yang licik, menyerang di balik layar daripada berhadapan langsung dengan keturunan Kyai Marwan.Puluhan tahun kemudian, ketika segel Angus Poloso sudah melemah, ada sebuah petaka yang membuat segel Angus Poloso terbuka. Yaitu Vita, cicit dari Kyai Marwan yang saat itu tanpa ia sadari telah membuka segel itu, sehingga demit-demit yang disegel di dalam Angus Poloso pun keluar dan meneror seluruh penjuru sekolah. Untunglah saat itu, Nyi Imas masih belum bisa keluar. Sementara untuk para demit2 itu, banyak di antara mereka yang tidak bisa keluar dari lingkungan sekolah akibat pagar gaib yang dipasang oleh Kyai Marwan. Meskipun begitu, teror dan kengerian selalu mengancam siapapun yang ada di sekolah itu.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset