Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo. episode 4

Tanah Perjanjian.

Sebelum kulanjutkan cerita ini, mimin mau kasih tahu kalau cerita ini punya sudut pandang orang lain, yang berkaitan dengan cerita ini.

So stay tune, guys.

Kenyataan memang terasa pahit. Pahit untuk semua orang. Kehilangan sosok orang tua yang selalu menyayangimu, tempat kau mencurahkan segala suka dukamu.

Aku, yang seorang putri sulung harus merelakan kepergian adik laki-lakiku, karena dijadikan tumbal oleh orang tuaku. Katanya hal ini penting, penting untuk keberlangsungan perusahaan ayah, dan adikku tak mati secara sia-sia. Namun, aku tahu itu cuma bualan mereka semata. Seberapa teganya mereka menumbalkan adik laki-lakiku yang sangat kusayangi kepada penghuni Tanah Perjanjian itu.

Dulunya, kehidupan kami terlihat sederhana dan berkecukupan, walaupun begitu, kebahagiaan masih menyelimuti suasana rumah kami. Bahkan ayah kami mampu mendirikan salah satu Villa yang rencananya akan ia sewakan.

Rencananya pun berhasil. Doa kami pun dikabulkan Tuhan, dan dua tahun kemudian ayah kami mampu mendirikan sebuah Villa tepat di wilayah Singosari, Malang. Dan sesuai rencana, Villa itu benar-benar ia sewakan, karena waktu itu banyak mahasiswa-mahasiswi yang mencari kontrakan murah untuk disewa.

Semua berjalan lancar, banyak mahasiswa-mahasiswi yang mengontrak di villa kami, sampai kedatangan orang itu dua tahun kemudian.

Entah apa yang gadis yang bernama Cynthia itu lakukan, namun setelah kedatangannya, suasana di villa kami terasa begitu mencekam. Setiap malam tercium bau kemenyan keluar dari kamarnya, dan suara-suara yang benar-benar membuat bulu kuduk berdiri. Tapi, setiap kali di cek di sana, kami sama sekali tidak menemukan barang-barang yang mencurigakan.

Kejadian ini terus berlangsung setiap malam, semakin membuat mahasiswa-mahasiswi lain merasa takut dan tak betah tinggal di villaku itu. Bahkan, ada sebuah kejadian aneh, yaitu setiap awal bulan purnama, setiap mahasiswa-mahasiswi dikabarkan hilang, bahkan tak meninggalkan jejak sedikitpun. Hal itu semakin membuat para mahasiswa-mahasiswi parno dan memutuskan untuk keluar dari villa ini.

Orang-Orang menyebutnya Sebagai Villa Terkutuk.

“Ayah, tidakkah sebaiknya kita usir saja Chynthia itu? Eren merasakan ada sebuah keganjilan padanya,” kataku menyarankan. “Begitu ia menginjakkan kaki di villa kita, banyak sekali kejadian-kejadian yang tak masuk dinalar. Terlebih lagi menghilangnya beberapa mahasiswa-mahasiswi yang kos di sini,”

“Aku sudah menanyakan perihal ini ke Chynthia, sayang. Dia memang mengakui kalau garis keluarganya masih mempercayai kejawen. Namun, saat ayah tanyakan apakah dia sering melakukan hal-hal supranatural, dia hanya menggeleng.” jawab ayahku yang terdengar membela Chynthia. “Sudah ah, jangan berprasangka buruk, jadi suudzon nantinya. Selama belum ada bukti yang menguatkan, maka ayah tidak punya hak untuk mengusirnya dari villa. Paham??”

Aku hanya terdiam mendapati jawaban ayah yang terdengar malah membela gadis belia itu. Tanpa meneruskan makan lagi, aku bergegas untuk pergi melanjutkan studiku di salah satu Universitas di Malang.

Di Universitas Negeri MU (Singkatan yah) aku bertemu dengan seorang mahasiswi aneh, yang sama anehnya dengan Chynthia, dia adalah Rully Novita Sari, atau enaknya di panggil Vita. Vita adalah salah satu temanku saat pertama masuk ke universitas ini. Kami bertemu saat dia menyelamatkan beberapa maba yang kesurupan saat OSPEK. Rumor mengatakan kalau Vita ini adalah anak indigo, meskipun itu benar, Vita masih sesosok teman yang berarti buatku.

“Hi, Eren,” sapanya dari kejauhan.
“Hi Vita. Maaf aku telat,” jawabku meminta maaf.
“Nggak apa-apa. Lagian gue juga baru sampai. Kau sudah bawa tugasnya?”
“Udah nih, Vit. Kemaren aku begadang buat nyelesaiin skripsi ini, dan sekarang beres deh pokoknya!”

Kami pun melangkah mendekati ruang dosen, bermaksud untuk menyerahkan tugas skripsi kemaren lusa. Namun dengan tiba-tiba, Vita menghentikanku.

“Tunggu dulu, Ren! Aku mencium bau yang menyengat keluar dari tubuhmu. Aku tahu bau ini… bau tanah perjanjian.” kata Vita tiba-tiba, sambil mengendus-endus aroma tubuhku.

“Tanah Perjanjian? Apa itu, Vit?” tanyaku yang mulai parno akan apa yang dikatakan Vita padaku. “Aku bahkan tak tahu apa maksudmu, Vit!”

Vita pun langsung menghela napas panjang-panjang, “Itu artinya ada seorang di antara keluargamu yang membuat perjanjian dengan demit. Dan jikalau hal ini tercium dari tubuhmu, maka kau akan dijadikan tumbal selanjutnya,”

Aku langsung lemas mendengar kata-kata yang diucapkan Vita padaku. Aku serasa sudah ingin pingsan kala itu, namun Vita bergegas merangkulku dan membawaku ke UKS. Di sana ia menceritakan semuanya mengenai takdir mengerikan yang bakal menimpaku.

“Gini loh, Ren, Aku mau jelasin kamu sedikit mengenai Tanah Perjanjian itu, apa kau tak merasa ada yang aneh terjadi pada dirimu belakangan ini?” tanya Vita pelan, sepertinya ia masih ingin menjaga perasaanku yang sedang kalut.

“Ada, dan ini semua pasti ulah seorang mahasiswi yang kos di Villaku beberapa bulan lalu. Semenjak kehadiran gadis itu, suasana di sana menjadi lebih mengerikan.” jawabku yang langsung kepikiran mengenai Cynthia.

Vita pun menggeleng.

“Bukan dia, Vit! Bukan Cynthia penyebabnya. Ada seseorang yang bergerak di balik layar yang membuat Cynthia dijadikan sebagai kambing hitam dalam hal ini. Tapi aku yakin kalau dalangnya masih bergerak dan terus mengawasi villa orangtuamu, Ren!”

“Lalu siapa orangnya, Vit? Yang kuketahui di sana yang berperilaku aneh dan mencurigakan cuma Cynthia doang,” kataku dengan suara yang kaku.

“Aku juga belum tahu, Ren! Pokoknya kau harus lebih hati-hati dengan sekitarmu, dan jangan lupakan Tuhanmu!” nasehat Vita padaku. “Aku akan membantumu, Ren! Tenang saja, ya!”

Begitu kondisiku sudah mulai baikan, aku pun kembali ke ruang kelas di mana pak Ahmad, seorang dosen Psikolog sudah menunggu kedatangan kami berdua.

Pak Ahmad adalah dosen kelulusan di bidang Psikolog Jerman dan memutuskan untuk mengajar di Indonesia karena ia sangat mencintai Indonesia. Yuhuu…

“Eren, apa kondisimu sudah membaik? Vita memberitahu bapak kalau kondisimu sempat drop tadi, apa itu betul?” tanya Pak Ahmad ramah. “Kalau kondisimu belum membaik, kau tak perlu mengikuti jam kuliah bapak, tapi bapak akan tetap memberimu PR,”

“Tidak usah, pak. Kondisiku sudah membaik,” jawabku ramah. Sebenarnya aku cuma tak ingin diberi PR lagi.

“Ya, udah, silahkan duduk di tempat duduk kalian!”

“Baik, pak!”

Kami pun duduk di tempat duduk kami masing-masing, mendengarkan Pak Ahmad yang sedang mengajar. Tak lupa kami menyerahkan tugas skripsi kemaren lusa padanya.

Lagi-lagi terjadi sesuatu yang ganjil saat Pak Ahmad melihat tugas skripsiku. Dengan cepat, dia langsung memanggilku.

“Eren, sini sebentar nak!” panggil Pak Ahmad ramah.
“Iya, ada apa ya, pak?” tanyaku yang mulai kebingungan.

“Lihat ini, nak Eren! Kenapa kertas yang kau gunakan untuk menulis skripsi malah kena tumpahan darah nak?” tanya Pak Ahmad sambil menunjukkan kertas skripsiku yang sudah ternodai dengan banyak tetesan darah.

Seketika aku pun lemas, badanku tak kuat melihat pemandangan yang mengerikan itu, dan diriku langsung tak sadarkan diri.

Bangun-bangun, aku sudah berada di UKS bersama Vita, Pak Ahmad, dan Tia. Mereka bertiga terlihat panik melihat kondisiku yang tiba-tiba drop itu.

Dengan segera, Pak Ahmad menanyakan keadaanku. Mengapa ia sampai drop ketika melihat tetesan darah itu, dan apa yang sebenarnya sedang terjadi di wilayah keluarga Eren.

“Aku turut prihatin, nak Eren! Bapak tak tahu kalau dirimu phobia dengan darah. Maaf sudah menunjukan hal mengerikan itu padamu, nak!” ucap Pak Ahmad meminta maaf. “Apa kondisimu sudah membaik sekarang?”

“Tidak apa-apa pak. Saya sendiri yang harusnya minta maaf karena telah merepotkan bapak dan teman-teman.” jawabku yang masih terlihat pusing dan shok, “Apa Pak Ahmad dan Tia percaya akan adanya hal-hal gaib?”

Mendengar kata-kata itu membuat Pak Ahmad dan Tia terkejut. “Bukannya kami selaku manusia yang hidup di era moderenisasi seperti saat ini tidak percaya kalau ada kehidupan lain yang berdampingan dengan kita. Namun, selama kita hidup secara harmoni dan tidak berhubungan dengan mereka, maka hal-hal gaib itu tak akan pernah bersinggungan dengan kita, nak!” jawab Pak Ahmad dengan ramah menjelaskan.

“Iya, Ren! Dulunya aku tak percaya dengan hal gituan, namun setelah berteman denganmu dan juga Vita, aku jadi tertarik mempelajari hal-hal gituan dan akhirnya gue pun percaya kalau hal-hal gaib itu ada,” tambah Tia riang.

Mengetahui kondisiku sudah mulai membaik, Pak Ahmad pun keluar, membiarkanku ditemani kedua sahabatku. Aku merasa lega melihat Pak Ahmad keluar, karena aku tak ingin membuatnya prihatin.

“Vita, apa yang harus gue lakukan? Teror-teror itu sudah semakin menggangguku. Bisa-bisa aku jadi gila nantinya,” keluhku pada Vita. Berharap kalau dia punya sebuah solusi untuk menangani masalah ini.

“Maaf, Ren! Sebelum kita tahu siapakah dalang sebenarnya dalam masalah ini, aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolongmu.” jawab Vita menggelengkan kepala. “Tapi aku akan tetap membantumu kok. Tenang saja!”

“Kalian berdua ini bicarain soal apa sih? Kok sedari tadi cuma bahas hal-hal yang gaib melulu?” tanya Tia yang oonnya kembali. “Kalau ada hal seru, aku ikutan dong!”

Aku pun menabok dahi Tia yang oon itu dan kami bertiga pun tertawa. Mempunyai teman seperti mereka adalah sebuah anugerah buatku, karena tanpa dukungan dari mereka, pastinya aku sudah menyerah dengan kehidupan ini.

Karena tak ingin berlama-lama di sini, aku meminta Tia untuk mengambilkan tasku, dan sementara itu aku ngobrol dengan Vita membahas mengenai solusi dari masalah yang kuhadapi.

“Bagaimana ini, Vit? Kalau Cynthia memang benar bukan pelakunya, jadi hidupku masih dalam bahaya dong!” celetukku. Tanganku mulai berkeringat dingin, saking takutnya.

“Iya, Ren! Tapi, untuk berjaga-jaga, aku akan kasih kau gelang ini. Apapun yang terjadi jangan sampai kau lepas gelang ini. Besok aku akan menemui kak Cynthia bersamamu untuk mencari tahu. Oke?”

Aku hanya mengangguk dan memasang sebuah gelang cantik berwarna merah yang dikasih oleh Vita. Obrolan kami berhenti ketika melihat Tia sudah kembali ke ruang UKS dan menyerahkan tasku.

Aku meminta Vita untuk mengantarku sampai di rumah, namun dia menolak. Katanya orang yang mengincarku dari jauh bakal melakukan hal yang lebih mengerikan padaku jikalau dia tetap ikut, karena energi spiritualnya akan saling menghantam satu sama lain, dan memaksa orang itu berbuat yang lebih buruk padaku.

Tapi dia sudah berjanji kalau esok hari dia akan datang ke rumahku.


Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo.

Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo.

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekitar dua abad yang lalu, saat terjadi perebutan kekuasaan antara VOC dan Britania di nusantara, ada sebuah kisah. Kisah seorang Kyai yang mampu menghentikan para demit-demit yang menghantui seluruh Jawa Timur ini. Kuntilanak, Pocong, Genderuwo, demit, jin-jin kafir, dan lain sebagainya. Dia menyegel semua demit itu di sebuah gerbang gaib yang diberi nama Angus Poloso, sebuah gerbang gaib yang memungkinkan para demit kelas atas itu tak bisa keluar dalam waktu lama. Seperti yang kita ketahui, tidak ada yang abadi di dunia ini, ya termasuk gerbang gaib itu. Oleh karena itu, setiap seratus tahun sekali gerbang gaib itu akan terbuka dan menimbulkan teror di Jawa maupun di seluruh negeri ini. Pria yang menyegel para demit-demit itu adalah Kyai Marwan, atau lebih dikenal sebagai Ki Ageng Selo. Gelar Ki Ageng Selo itu di dapatnya setelah berhasil mengalahkan Nyi Imas, seorang yang sakti mandraguna dan pengguna Santet Lemah Ireng, sebuah santet yang menargetkan setiap jiwa di sebuah wilayah tertentu. Beda dengan santet-santet pada umumnya yang hanya menargetkan targetnya dan juga keluarganya serta anak-cucunya, santet ini menyerang siapapun yang berada dalam satu kota/desa dengan si target. Sebelum lanjut, mari kita bahas dulu mengenai Santet Lemah Ireng. Santet Lemah Ireng adalah sebuah santet yang tidak memerlukan bantuan para jin, setan, dan makhluk2 halus pada umumnya, tapi santet ini hanya mengandalkan lemah ireng dan target yang berjalan di atas tanah dalam suatu wilayah, tempat di mana lemah ireng itu diambil, tempat orang yang ditargetkan itu berada. Selama orang-orang masih menginjak tanah, mereka pasti mati. Santet ini seperti gabungan dari Santet Malam Satu Suro, Santet Pring Sedapur, Santet Sewu Dino, dan Santet Janur Ireng. Selain itu, para pemuka agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Konghucu) tidak ada yang sanggup ataupun berani mengatasi santet ini. Santet ini tidak bisa diajarkan kepada siapapun, karena yang menguasai ilmu santet ini dia harus menjadi satu dengan Raja Iblis Nusantara. Raja Iblis itu akan masuk ke dalam raganya, dan apabila raganya kuat, maka dia akan memperoleh kekuatan besar, sedangkan jikalau tidak, maka mereka hanya akan mati konyol. Seratus Sebelas tahun setelah penyegelan itu, Angus Poloso yang waktu itu diletakkan (ditanam) di tanah keramat yang berlokasi di Blitar, tanpa sepengetahuan mereka, berdirilah sebuah sekolah SMA. Sebenarnya pihak pengembang sudah berkali-kali diingatkan kalau tanah tempat didirikannya sekolah itu adalah tanah berkah, yang orang2 kita sebut sebagai tanah keramat. Mendengar ucapan dari para warga setempat, pihak pengembangpun menganggap kalau ini semua hanyalah tahayul, dan terus memaksakan pembangunan itu. Dan selama beberapa tahun pembangunan, akhirnya sekolah itu berdiri juga. Berserta SMP dan Universitasnya (1976). Sebenarnya sebelah yayasan pendidikan itu sudah berdiri pondok pesantren yang didirikan oleh Kyai Marwan seratus sepuluh puluh tahun lalu sebagai antisipasi jikalau Angus Poloso itu terbuka. Sekolah megah dan luar biasa, menindih Angus Poloso yang ada di bawahnya. Karena tak bisa terelakkan, waktu itu keturunan Kyai Marwan, yaitu Mbah Wo, Mbah Carik, Cokropati, Mbah Jayos, dan Mbah Ibu, yang usianya sudah mencapai seratus tahunan, memberikan sebuah pager gaib di sekitar sekolah itu untuk mencegah terjadi apa-apa dan mencegah hancurnya segel Angus Poloso di sana. Dan tiga tahun setelahnya, Mbah Cokropati pun meninggal. Cokropati adalah anak Sulung dari Kyai Marwan dan merupakan anak yang paling cerdas dan berpengalaman dari kesemua keturunannya. Sehingga kematiannya menimbulkan lara dan kecemasan, karena sekte Immas takkan pernah berhenti mencoba mengeluarkan Nyi Imas dari segel Angus Poloso. Setelah kematian Kyai Marwan dan Cokropati, perjuangannya diteruskan oleh anak-cucunya. By the way, Kyai Marwan mempunyai tujuh orang anak dan dua belas cucu, sekaligus dua puluh empat cicit. Mereka semua adalah orang-orang hebat, dan kesemua anaknya adalah orang yang berpengaruh di daerahnya. Perjuangan mereka menggantikan Kyai Marwan bisa dirasa mudah dan sulit. Mudahnya karena demit-demit kelas atas yang paling ganas telah disegel oleh Kyai Marwan di dalam Angus Poloso, dan sulitnya adalah demit-demit kelas kecil ini terlalu banyak dan selalu bergerak di bayang2 dan selalu menggunakan cara yang licik, menyerang di balik layar daripada berhadapan langsung dengan keturunan Kyai Marwan. Puluhan tahun kemudian, ketika segel Angus Poloso sudah melemah, ada sebuah petaka yang membuat segel Angus Poloso terbuka. Yaitu Vita, cicit dari Kyai Marwan yang saat itu tanpa ia sadari telah membuka segel itu, sehingga demit-demit yang disegel di dalam Angus Poloso pun keluar dan meneror seluruh penjuru sekolah. Untunglah saat itu, Nyi Imas masih belum bisa keluar. Sementara untuk para demit2 itu, banyak di antara mereka yang tidak bisa keluar dari lingkungan sekolah akibat pagar gaib yang dipasang oleh Kyai Marwan. Meskipun begitu, teror dan kengerian selalu mengancam siapapun yang ada di sekolah itu.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset