Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo. episode 40b

Horror 40b - (Test IV) Firasat Dan Kecurigaan.

[Third POV]

Perjalanan Feby, Agung, dan Siti pun berlanjut. Mereka memutuskan untuk segera mencapai tengah hutan sebelum malam datang, karena menurut penjelasan dari Pak Khoiri, mereka tidak boleh memasuki hutan gaib itu saat malam hari atau mereka akan hilang selama setahun penuh.

Sementara itu, di tempat Andre dan kawan-kawan, tanpa mereka sadari, Mela sudah menghilang dari tempat mereka. Hal itu membuat panik mereka semua, saat mereka bertanya kepada Pak Khoiri, dia hanya menjawab kalau dia sama sekali tidak melihat kedatangan ataupun kepergian seorang gadis yang mereka maksudkan. Hal itu membuat mereka semua merinding, dan juga panik.

Tak mau terjadi apa-apa padanya, Andre berlari keluar rumah dan bergegas mencari keberadaan Mela. Hal ini sempat ditentang oleh Cici, namun Andre sudah keras kepala ingin mencarinya. Ketika Andre melepaskan tangan Cici yang menggenggam tangannya, membuat hati Cici hancur. Dia menduga kalau Andre kini telah terpincut oleh Mela, dan dari sanalah, hubungan cinta mereka berdua berakhir.

Sebelum teman-teman yang lain mengejar Andre, Pak Khoiri mengingatkan kalau gadis yang ingin Andre cari bukanlah gadis yang sebenarnya. Oleh karena itu, Pak Khoiri mengingatkan untuk berhati-hati jikalau mereka ingin mencarinya.

[Feby POV]

Kami bertiga telah memasuki hutan gaib itu. Di sana, kami merasa banyak mata yang melirik ke arah kami, namun tak tahu mengapa mereka hanya mengintip dari kejauhan, tanpa berani ataupun mau untuk mendekat.

Kata Siti, mereka tidak mendekat karena takut akan perewangan yang menyertaiku dan juga Siti sendiri.

“Tenang saja, Nona Feby. Mereka tidak akan dan takkan berani mendekat,” kata Siti yang masih terus berjalan di sampingku. “Bersyukurlah karena kita berdua memiliki perewangan gaib, sedangkan Agung memiliki mental yang kuat dan juga membawa pegangan bambu kuning, sehingga mereka tidak berani mendekat.”

Tak beberapa lama kemudian, mereka akhirnya tiba di tengah hutan, dan betul di tengah hutan ada sebuah rumah dari kayu yang sudah agak reyot, namun cukup besar. Tak mau menunggu lama, kami bertiga segera menuju rumah itu dan mengetuk pintu. Dari sana, belum kelihatan ada seseorang yang hendak membukakan pintu, malah di dalam terdengar suara seorang perempuan yang sedang menjalankan sholat.

Mendengar hal itu, kami bertiga saling bertatapan satu sama lain, mereka semua bertanya-tanya bagaimana mungkin ada sesosok jin yang sholat di dalam rumah, kan biasanya setiap jin muslim selalu berada di dalam masjid.

“Woy, bukankah ini aneh?” tanya Agung penasaran. “Bukankah jin muslim selalu ada di masjid dan mushola? Lalu, kenapa ada jin yang sholat di dalam rumah?”

Ketika aku hendak menjawab perkataan Agung saat itu, tiba-tiba pintu kayu itu dibuka pelan. Dari sana keluarlah seorang nenek yang terlihat seperti berusia enam puluh tahunan datang menyambut kami bertiga.

“Assalamu’alaikum, nek,” sapaku memberi salam kepada nenek itu. “Kami datang ke mari karena ada perlu dengan seseorang penghuni rumah kayu tengah hutan ini.”

“Waalaikum salam, nisanak. Ya, saya adalah penghuni satu-satunya di rumah kayu ini. Memangnya ada perlu apa dariku?” jawab nenek itu yang masih menatap kami dengan tatapan menelisik.

“Anu, kami di sini … ingin meminta janur kuning emas untuk menyembuhkan seseorang. Boleh?” Agung berusaha menjelaskan maksud kami bertiga datang. Nenek itu masih terlihat sinis menatap kami.

“Maafkan aku, kisanak! Bukan berarti aku tak ingin memberikan janur kuning emas itu padamu, namun aku sudah diperintahkan untuk menjaganya, dan tanpa izin dari orang itu, aku tidak bisa memberikannya kepada kalian. Ini sebuah amanat, nak.” Jawab nenek itu menolak maksud baik kami. “Kalau sudah tidak ada keperluan lain, silahkan untuk segera meninggalkan tempat ini sebelum sorop. Bahaya!”

Tak punya pilihan lain, kami memutuskan untuk pergi dengan tangan kosong, meski begitu, kami masih sangat menghargai sosok jin muslimah itu yang menyambut kami dengan ramah, walaupun agak sinis.

Namun sebelum kami pergi, dari ranselku keluar sosok naga yang panjang dan dipenuhi oleh api di sekujur tubuhnya.

“Lama tak bertemu, Nyi Masramah,” kata naga itu tersenyum.

“Ah, Naga geni. Sudah lebih dari empat puluh tahun semenjak pertarungan kita. Apa yang membuatmu kemari? Tunggu, kalau kau ada di sini, itu berarti Mbok Ruqayah telah memberi izin kepada manusia-manusia itu!” sahut Nyi Masramah tertegun.

“Iya. Mbok Ruqayah memintaku untuk mendampingi anak-anak manusia itu. Dan Mbok Ruqayah menginginkan janur kuning emas itu untuk menyembuhkan cicitnya. Grrggh!” jawab Naga Geni yang kemudian kembali masuk ke dalam ranselku.

Setelah itu, Nyi Masramah manggut-manggut lalu mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam rumahnya. Di sana, rumah Nyi Masramah terlihat biasa-biasa saja, layaknya seperti rumah manusia pada umumnya, namun cuman hambar saja, tak ada hiasan maupun perabotan rumah tangga.

Ketika kami hendak melangkah mengikuti nenek tua itu ke belakang, nenek itu melarangnya.

“Nggak usah. Kalian tunggu saja di sini. Biar aku ambilkan janur kuning emas itu,” kata Nyai Masramah ramah namun masih penuh kewaspadaan. “Dimohon bagi yang penasaran untuk tidak menginjakkan kaki kemanapun, terlebih lagi untuk mengintipku.”

Mendengar nasehat sekaligus ancaman dari nenek Masramah, membuat kami merinding seketika. Saat berada di rumahnya, kami hanya terdiam, tidak berani melangkah satu langkahpun untuk mengintip apa yang sedang dilakukan oleh nenek tua itu.

Setelah menunggu sekitar tiga puluh menitan, nenek tua itu kembali dengan membawa sebuah janur kuning yang begitu berkilau, seperti emas, membuat kami semua takjub dengan itu. Sebelum nenek tua itu menyerahkan janur kuning emas itu, Nyi Masramah mewanti-wanti untuk menjauhkan janur itu dari orang-orang yang memiliki hati dan aura yang jahat ataupun buruk, terlebih lagi kepada orang yang cemburu.

“Cemburu, nek?” tanyaku heran.

“Iya. Aku merasakan ada aura kecemburuan yang berselimut di dalam kelompok kalian. Sekali janur ini merasakan aura jahat itu, maka janur ini akan segera berubah menjadi hitam,” jawab nenek tua itu. “Hati-hatilah dengan kecemburuan, nak! Karena kesombongan dan kecemburuan, iblis menggoda nenek moyang kalian, sehingga dikeluarkan dari syurga.”

“Lalu, bagaimana caranya melindungi janur kuning emas ini supaya terhindar dari aura hitam, nek?” tanya Siti.

“Hati pemegangnya. Selama hatimu tidak tertutupi oleh kabut negatif, maka janur itu akan baik-baik saja.”

Setelah itu, kami bertiga pun pamit. Ketika kami selangkah keluar dari rumah Nyi Masramah, tiba-tiba kami diteleportasi kembali ke rumah Pak Khoiri.

Sesampainya di sana, Pak Khoiri menyambut kami dengan senyuman penuh kepuasan dan juga sesuatu yang membuat kami resah. Ketika aku masuk ke kediamannya, aku tidak menemukan siapapun dari teman-temanku berada di sana. Kemudian, Pak Khoiri menyuruh kami untuk duduk lalu menjelaskan semuanya.

“Bagaimana? Apa kalian sudah bertemu dengan Nyi Masramah?” tanya Pak Khoiri meminta kepastian, walaupun aku yakin kalau dia sudah tahu.

“Ya, kami berhasil bertemu dengannya. Namun anehnya, dia merupakan jin muslim. Padahal aku sudah yakin kalau jin itu adalah jin yang sama seperti jin-jin pada umumnya,” jawabku menjelaskan. “Dan juga, setelah kami tiba di depan alas gaib, kami dihadang oleh Genderuwo Wowo Langsang. Untung saja perewangan Siti, Balasadewa datang dan menolong kami, jadi kami bisa selamat.”

Pak Khoiri sedikit tertawa. “Hahaha… kalian anak-anak yang menarik. Aku suka itu. Di alam kegaiban, banyak hal yang belum kita ketahui, nak. Sosok jin yang bernama Nyi Masramah itu dulunya adalah jin kafir, yang melindungi janur kuning emas itu. Mbok Ruqayah lah yang berhasil mengalahkannya dan mengislamkan jin itu lewat bantuan dari Mbah Jayos dan Mbah Bakrie.”

“Hm… begitu, ya?” sahut Agung manggut-manggut. “Kalau begitu, di mana teman-teman kami?”

“Haahh… mereka mengejar teman kalian yang bernama Andre itu. Setelah mendapati kalau teman kalian yang bernama Mela menghilang.” Jawab Pak Khoiri sambil menghela napas.

“Dari saat itulah, aku merasa ada sesuatu yang teramat buruk sedang menimpa mereka. Aku ingin menyusul mereka, namun aku juga harus menjaga amanat untuk menunggu kalian bertiga.”

[Third POV]

Sementara itu, jauh di lain pihak Andre sedang mencari Mela palsu itu. Saat itu, Cici tanpa lelah mencoba menghentikan kenekatan si Andre untuk berhenti mengejarnya, namun Andre tetap ngeyel dan tetap pada pendiriannya untuk mencari Mela.

Perjalanan mereka mengantar mereka ke sebuah telaga yang di pinggirnya banyak sekali pohon bambu yang begitu tinggi dan kuno. Kuno karena seperti tidak ada seorangpun yang pernah melangkah ke tempat itu.

“Ci, hentikan!” kata Andre yang sedikit membentak. “Aku tak ingin kehilangan seseorangpun di antara kita. Oleh karena itu, aku harus mencari keberadaan Mela.”

“Kau mencarinya karena takut atau kau sudah punya perasaan padanya!?” Cici mengatakan dengan penuh emosi dan cemburu. “Aku sudah tahu kok! Sikapmu beberapa hari ini terlihat aneh dan kau terlihat terlalu peduli padanya. Kau suka kan padanya!?”

“Nggak, Ci. Enggak!” bentak Andre. Setelah itu, Andre pun melepas pegangan Cici dengan paksa dan berlalu dengan cepat. “Kalau begini terus, lebih baik kita putus saja!”

Tak beberapa lama kemudian, teman-teman Cici, seperti Ella dan Nanda segera bergegas menghampiri Cici yang masih terpaku, wajahnya sudah basah akan air mata. Sepertinya dia merasa patah hati.

Meskipun Andre adalah seorang urakan dan preman, namun Cici begitu amat menyukainya. Namun sekarang, semua terasa terebut dari dirinya.

“Ci, kamu baik-baik saja kan?” tanya Nanda yang terlihat prihatin dengan kondisi Cici saat ini. Namun Cici masih saja terdiam, terpaku. Menangis.

“Ci, coba ceritakan pada kami. Apa yang terjadi di antara kau dan Andre?” Ella menyahut dan bertanya pula pada Cici yang masih tetap diam. Menangis.

Tak mau membuat Cici kenapa-napa, mereka berdua pun bergegas membawa Cici kembali. Baru setengah jalan, mereka bertemu dengan Feby, Agung, dan Siti.

“El, Cici kenapa?” tanya Feby khawatir. “Kok dia melamun sambil menangis seperti ini?”

“Nggak tahulah, Feb. Ketika aku menemukannya di jalan sana, dia sudah seperti ini. Mungkin ketika kondisinya sedikit membaik, kita bisa menanyakan apa yang terjadi padanya,” jawab Ella mengangkat kedua bahunya.

Sementara itu, Andre yang tengah mencari keberadaan akhirnya menemukan keberadaan Mela yang tengah duduk di atas batu di sebuah tempat yang teramat asing. Tanpa ragu sedikitpun, Andre menghampiri Mela yang tengah memunggunginya.

“Mel, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Andre yang celingak-celinguk memanggil Mela.

“Kau memang manusia bodoh yang mudah tertipu akan perasaan, ya? Kenapa kalian mudah sekali melakukan kesalahan dan kecerobohan? Apakah kalian tidak bisa membedakan kami dengan sesama manusia seperti kalian?” jawab Mela waktu itu. Dia pun bergegas membalikkan wajahnya, menatap ke arah Andre.

Begitu melihat wajah Mela yang tidak mempunyai wajah, Andre langsung terkejut. Dia tidak bisa bergerak dan berbicara ketika melihat hal yang begitu menyeramkan itu. Dengan cepat demit tanpa wajah itu mendekat ke arah Andre. Hanya dalam sekedipan mata saja, dia sudah berada 50 cm di depan muka Andre.

Saat itu, tangan demit itu mengangkat tangan busuknya, memegang kepala Andre. Ketika tangannya itu menyentuh kepala Andre, terasa ada sebuah aura yang keluar dari tubuh Andre yang kian lama semakin membuat Andre tak mengantuk, sampai tidak butuh waktu dua menit, Andre sudah pingsan tak sadarkan diri.

Sebelum demit itu, yang dijuluki Ki Amor itu hendak mencuri keseluruhan emosi Andre, tiba-tiba muncul tangan memedi yang langsung menarik tubuh Andre yang tak sadarkan diri itu masuk ke dalam tanah. Hal yang perlu diketahui adalah Ki Amor tidak akan bisa memasuki tanah, karena bumi sudah tidak mau menerimanya.

[Feby POV]

Kami membawa Cici yang masih termangu itu ke rumah Pak Khoiri. Sesampainya di sana, Cici segera dibaringkan di atas tikar bambu. Sempat kami berkata mengapa Cici tidak dibaringkan di atas ranjang empuk, namun kata Pak Khoiri tidak baik jikalau orang yang kesambet dibaringkan di atas ranjang.

Setelah selesai menyembuhkan Cici, Pak Khoiri segera menyuruh kami untuk membawa Cici ke tempat Mbok Ruqayah untuk menyembuhkannya secara utuh, karena ada sesuatu di dalam diri Cici yang mencegah penyembuhannya dari dalam.

“Kalian harus segera membawa Cici ke Mbok Ruqayah segera,” kata Pak Khoiri yang terlihat cukup panik melihat kondisi Cici. “Ada sesuatu dalam dirinya yang mengganjal penyembuhannya. Kalian harus cepat membawanya ke Mbok Ruqayah!”

“Tapi kenapa?” tanya Ella.

“Aku tak bisa jelasin sekarang. Yang lebih penting saat ini adalah kalian segera membawanya ke rumah Mbok Ruqayah!” jawab Pak Khoiri.

Tak mau menunggu lama, Pak Khoiri segera membawa tubuh Cici keluar dari rumah. Setelah sampai di teras, Pak Khoiri menyerahkan tubuhnya kepada Ella dan juga Nanda, setelah itu Pak Khoiri segera mengambil sebuah ranting pohon rambutan dan melukiskan lingkaran yang cukup besar di hadapan kami semua.

Setelah itu, Pak Khoiri meminta kami semua untuk memasuki lingkaran itu. Tanpa menanyakan apapun, kami memasuki lingkaran itu tanpa basa-basi. Setelah memasuki lingkaran, kami semua diteleportasi ke tempat yang sudah kami kenal sebelumnya.

Ya, kediaman Mbok Ruqayah.

Sesampainya di sana, ada Mbah Gel yang baru pulang dari sawah, diikuti oleh Pak Zaenal dan juga Mbah Jayos. Dan begitu melihat kondisi Cici, Mbah Jayos segera menyuruhku untuk membawa Cici masuk ke dalam.

Tanpa menunggu lagi, kami bawa tubuh Cici masuk ke dalam, dan segera dibaringkan di tikar bambu yang letaknya dua kamar dari tempat kak Umam terbaring.

“Astagfirullah, apa yang terjadi, nak Feby?” tanya Mbah Gel cemas.

“Ndak tahu, Pak! Ketika kami kembali dari mencari janur kuning emas itu, dia sudah ditemukan seperti ini,” jawabku menjelaskan. “Kata Ella dan Nanda yang menemukan Cici, keadaannya begini karena ulah Andre, pacarnya!”

“Dia kesambet aura Ki Amor, nak Feby!” jelas Pak Zaenal menerangkan sembari menerawang kondisi Cici. “Biasanya Pak Khoiri bisa menyembuhkan orang dengan kondisi seperti ini, namun ada sesuatu kekuatan di dalam tubuh Cici yang mencegah penyembuhan itu.
Sepertinya sosok yang ada di dalam tubuhnya akan menyerang siapapun yang mencoba mengusir dirinya dari tubuh Cici.”

Kami semua panik mendengarnya.

Belum sempat kami kaget, tiba-tiba pintu depan diketuk oleh seseorang. Mbah Gel pun berdiri dan membuka pintu itu, yang mana ternyata Mela yang tengah merangkul Andre yang tengah kosong.

Begitu melihat Mela, tiba-tiba dahi Cici mengeluarkan mustika kecil berwarna hitam. Setelah itu, Cici pun bangkit dan mencoba menyerang Mela. Gerakannya yang sangat cepat, mustakhil orang-orang yang ada di situ untuk memprediksi dan menghentikan langkah Cici. Namun, dengan tenang Mela langsung mengangkat telapak tangannya tepat di depan Cici, membuat Cici terpental seketika.

“Apa-apaan ini? Baru datang saja sudah mendapat sambutan yang tak mengenakkan,” ujar Mela sedikit kesal.


Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo.

Angus Poloso. Legenda Ki Ageng Selo.

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekitar dua abad yang lalu, saat terjadi perebutan kekuasaan antara VOC dan Britania di nusantara, ada sebuah kisah. Kisah seorang Kyai yang mampu menghentikan para demit-demit yang menghantui seluruh Jawa Timur ini. Kuntilanak, Pocong, Genderuwo, demit, jin-jin kafir, dan lain sebagainya. Dia menyegel semua demit itu di sebuah gerbang gaib yang diberi nama Angus Poloso, sebuah gerbang gaib yang memungkinkan para demit kelas atas itu tak bisa keluar dalam waktu lama. Seperti yang kita ketahui, tidak ada yang abadi di dunia ini, ya termasuk gerbang gaib itu. Oleh karena itu, setiap seratus tahun sekali gerbang gaib itu akan terbuka dan menimbulkan teror di Jawa maupun di seluruh negeri ini.Pria yang menyegel para demit-demit itu adalah Kyai Marwan, atau lebih dikenal sebagai Ki Ageng Selo. Gelar Ki Ageng Selo itu di dapatnya setelah berhasil mengalahkan Nyi Imas, seorang yang sakti mandraguna dan pengguna Santet Lemah Ireng, sebuah santet yang menargetkan setiap jiwa di sebuah wilayah tertentu. Beda dengan santet-santet pada umumnya yang hanya menargetkan targetnya dan juga keluarganya serta anak-cucunya, santet ini menyerang siapapun yang berada dalam satu kota/desa dengan si target. Sebelum lanjut, mari kita bahas dulu mengenai Santet Lemah Ireng.Santet Lemah Ireng adalah sebuah santet yang tidak memerlukan bantuan para jin, setan, dan makhluk2 halus pada umumnya, tapi santet ini hanya mengandalkan lemah ireng dan target yang berjalan di atas tanah dalam suatu wilayah, tempat di mana lemah ireng itu diambil, tempat orang yang ditargetkan itu berada. Selama orang-orang masih menginjak tanah, mereka pasti mati. Santet ini seperti gabungan dari Santet Malam Satu Suro, Santet Pring Sedapur, Santet Sewu Dino, dan Santet Janur Ireng. Selain itu, para pemuka agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Konghucu) tidak ada yang sanggup ataupun berani mengatasi santet ini.Santet ini tidak bisa diajarkan kepada siapapun, karena yang menguasai ilmu santet ini dia harus menjadi satu dengan Raja Iblis Nusantara. Raja Iblis itu akan masuk ke dalam raganya, dan apabila raganya kuat, maka dia akan memperoleh kekuatan besar, sedangkan jikalau tidak, maka mereka hanya akan mati konyol.Seratus Sebelas tahun setelah penyegelan itu, Angus Poloso yang waktu itu diletakkan (ditanam) di tanah keramat yang berlokasi di Blitar, tanpa sepengetahuan mereka, berdirilah sebuah sekolah SMA. Sebenarnya pihak pengembang sudah berkali-kali diingatkan kalau tanah tempat didirikannya sekolah itu adalah tanah berkah, yang orang2 kita sebut sebagai tanah keramat. Mendengar ucapan dari para warga setempat, pihak pengembangpun menganggap kalau ini semua hanyalah tahayul, dan terus memaksakan pembangunan itu.Dan selama beberapa tahun pembangunan, akhirnya sekolah itu berdiri juga. Berserta SMP dan Universitasnya (1976). Sebenarnya sebelah yayasan pendidikan itu sudah berdiri pondok pesantren yang didirikan oleh Kyai Marwan seratus sepuluh puluh tahun lalu sebagai antisipasi jikalau Angus Poloso itu terbuka.Sekolah megah dan luar biasa, menindih Angus Poloso yang ada di bawahnya. Karena tak bisa terelakkan, waktu itu keturunan Kyai Marwan, yaitu Mbah Wo, Mbah Carik, Cokropati, Mbah Jayos, dan Mbah Ibu, yang usianya sudah mencapai seratus tahunan, memberikan sebuah pager gaib di sekitar sekolah itu untuk mencegah terjadi apa-apa dan mencegah hancurnya segel Angus Poloso di sana. Dan tiga tahun setelahnya, Mbah Cokropati pun meninggal.Cokropati adalah anak Sulung dari Kyai Marwan dan merupakan anak yang paling cerdas dan berpengalaman dari kesemua keturunannya. Sehingga kematiannya menimbulkan lara dan kecemasan, karena sekte Immas takkan pernah berhenti mencoba mengeluarkan Nyi Imas dari segel Angus Poloso.Setelah kematian Kyai Marwan dan Cokropati, perjuangannya diteruskan oleh anak-cucunya. By the way, Kyai Marwan mempunyai tujuh orang anak dan dua belas cucu, sekaligus dua puluh empat cicit. Mereka semua adalah orang-orang hebat, dan kesemua anaknya adalah orang yang berpengaruh di daerahnya.Perjuangan mereka menggantikan Kyai Marwan bisa dirasa mudah dan sulit. Mudahnya karena demit-demit kelas atas yang paling ganas telah disegel oleh Kyai Marwan di dalam Angus Poloso, dan sulitnya adalah demit-demit kelas kecil ini terlalu banyak dan selalu bergerak di bayang2 dan selalu menggunakan cara yang licik, menyerang di balik layar daripada berhadapan langsung dengan keturunan Kyai Marwan.Puluhan tahun kemudian, ketika segel Angus Poloso sudah melemah, ada sebuah petaka yang membuat segel Angus Poloso terbuka. Yaitu Vita, cicit dari Kyai Marwan yang saat itu tanpa ia sadari telah membuka segel itu, sehingga demit-demit yang disegel di dalam Angus Poloso pun keluar dan meneror seluruh penjuru sekolah. Untunglah saat itu, Nyi Imas masih belum bisa keluar. Sementara untuk para demit2 itu, banyak di antara mereka yang tidak bisa keluar dari lingkungan sekolah akibat pagar gaib yang dipasang oleh Kyai Marwan. Meskipun begitu, teror dan kengerian selalu mengancam siapapun yang ada di sekolah itu.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset