Mayangsari termenung hatinya amat gundah karena harus menentukan dua pilihan disisi Ia harus merawat orang tuanya Wartinah yang sudah renta berumur sekitar 70 tahun seorang janda dari suami yang mantan pegawai pemda dan disisi lain dia harus menghidupi dirinya sendiri yang masih melajang padahal Mayang begitu panggilan akrabnya sudah berusia 37 tahun. Meskipun peninggalan bapaknya dibilang cukup untuk kehidupannya dan masih memiliki mobil peninggalan milik bapaknya tetapi belum ada lelaki yang serius padanya .
Mungkin sifatnya yang manja dan selalu berbicara ceplas ceplos kadang membuat sakit hati laki-laki dan menjauhinya,Wartinah ibundanya jengkel karena selalu membantah bila diberi nasihat, ada saja jawabannya.
Wartinah : ” Mayang kamu anak ibu satu-satunya sampai kapan engkau akan melajang…., ibu sudah tua ingin melihat engkau bahagia bersanding dengan lelaki pilihanmu…?!”
Mayang : ” Gak tahulah bu, Bram itu bangsat …… aku hanya diajak ngeceng sana-sini saja gak mau serius….,Wawan hanya moroti aku..Mayang sudah berusaha baik pada mereka dan rela karena umur Bram dan Wawan sudah jelang 40 tahun”.
Wartinah : ” Ya kamu yang menanyakan karena laki-laki itu hanya mau enaknya saja bisa peluk kamu, cium kamu..ah..gak tahulah apa maumu…?”
Mayang : ” Sabar buk…aku bingung dengan pemikiran mereka intinya belum ada yang cocok…. sudahlah bu jangan paksa aku lagi ….”.
Wartinah : ” Terus sampai kapan Mayang…ibu sudah amat capek dan malu pada tetangga yang menggunjingmu “.
Wartinah menangis karena Mayang meninggalkannya dan pergi bersama Bram yang sudah menunggunya.
Mayang memakai rok mini diatas lutut dan memang amat menarik penampilannya sampai Bram terngiler-ngiler.
Bram : ” Kenapa ibumu…?”
Mayang : ” Biasa…kotbah di hari minggu …dasar tua bangka suka cerewet…!”
Bram : ” Jangan begitu…dia itu ibumu lho …jangan kau sakiti hatinya..lagian dia sudah tua…?!”
Mayang : ” Kamu enak ya…ngomong semaumu sendiri…aku gak mau seperti ini terus menerus menyusahkan ibuk karena kamu.”. Mayang jengkel pada Bram yang seenaknya memberi nasihat yang membuat mangkel sekali.
Bram : ” Bukankah kita sudah sepakat tak akan menikah dan ingin menjomblo selamanya dan tak ada ikatan apapun yang kita lakukan hanya sekedar bersahabat…”.
Hati Mayang tambah jengkel dan Bram pun menggodanya , ” Cantik-cantik kok bermuka masam …gak jadi pergi deh….” Bram berhenti dan memandang Mayang yang cemberut. Bram mengangkat dagu Mayang dan mencium pipinya yang merona.
Bram : ” Jadi pergi ‘gak…?” goda Bram
Mayang : ” Terserah……” dengan nada ketus Mayang menjawabnya. Mereka berdua menikmatinya masa muda yang indah tanpa ikatan apapun dan menuju arah arah Simpang Lima.
Bram dan Mayang bekerja di jasa dana talangan tapi berlainan bosnya dan selalu bekerja sama saling bantu demi meraup keuntungan yang besar, apabila kas Mayang kosong maka konsumen dilarikan ke Bram karena bos Bram lebih mampu keuangannya, jaminannya bisa BPKB atau unitnya dan sepeda motor bahkan sampai sertifikat tanah dan bangunan. Mayang akan mendapatkan tip setiap memberikan dana talangan dari bosnya maupun demi nasabahnya maka Ia harus pintar-pintarnya merayu nasabah yang membutuhkan dana tersebut bahkan merayunya demi tip yang dibutuhkan setiap transaksi. Uang tersebut dipergunakan untuk keperluannya sendiri sisanya buat makan-makan bersama teman dan sahabatnya, kadang diberikan ibunya kalau mau tapi ibunya tak mau menerima uang itu karena sudah cukup dengan pensiun almarhum suaminya.
Mayangsari merawat tubuhnya membeli pakaian yang bagus-bagus agar menarik perhatian konsumennya, Bram semakin menikmati keindahan tubuh Mayangsari dan kemanjaannya sehingga kadang tak tega mempersalahkan jika terjadi masalah karena memandang keayuannya. Ini yang menyebabkan Mayang semena-mena memperolok-olokan orang lain yang memerlukan bantuannya, anak buahnya yang salah menghitung akan disantlapnya, seperti halnya Wawan yang suka merongrongnya ikut kena santlapannya hingga Wawan jadi sakit hati. Uang dan uang yang ada di otak Mayangsari, pesta dan pesta selalu di dambanya. Wawanpun membiarkan entah salah atau benar dirinya tak peduli lagi karena Mayangsari hanya butuh sanjungan dan di puja lelaki tapi ia tak mau diremehkan keinginannya. Orang harus mengatakan Mayangsari yang cantik, yang imut, yang aduhai karena itu Ia sering keluar masuk salon demi harga dirinya.
Mayang yang tinggal di daerah Banyumanik selalu menghibur diri di Semarang bersama Bram ataupun Wawan yang menemani baik itu mau nonton, shopping ataupun makan-makan sampai langganan pecel maupun es campur hafal dengan Mayang. Bram yang sedari tadi memperhatikan Mayang merasa heran tak biasanya begini ini orang.
Bram : ” Kenapa cantik….kliatannya kamu agak beda hari ini…?”
Mayang masih melamun saja, hingga Bram mengerem mobilnya secara mendadak dan membuat Mayang tersadar.
Mayang : ” Eh…copot…copot…copot….” Latah Mayang kumat lagi karena kaget.
Mayang : ” Bram…hati-hati dong….kepalaku sakit nih kehantam handle pintu…..”.
Bram : ” Ni dah hati-hati….kamunya saja yang dari tadi ngelamun….mang nglamunin siapa….? Wawan ya….? “.
Mayang : ” Bah…enak aja…ngelamunin sontoloyo itu….?”
Bram : ” Siapa tahu….?!” Gantian Bram yang agak jotek sambil memelankan kendaraannya dan bertanya:
Bram : ” Emang kenapa Wawan kok kamu bilang Sontoloyo…”.
Mayang : ” Uuuuh..capek deh….lagi-lagi….Wawan ..apa gak ada yang lainnya….?!”
Bram : ” Siapa tahu pingin jalan sama Wawan…dia kan lebih muda dari aku…?”
Mayang : ” Lebih muda…? sebelas dua belas lah….”
Bram : ” Aku menemukan ktp aslinya….Wawan berusia 36 tahun dan dah punya anak dua , cewek semua …masih kecil-kecil….istrinya Maemunah asli Riau…”
Mayang : ” Kok kamu tahu….lengkap lagi…jangan-jangan kamu homo…ogah aku kalau jalan sama homo….?!” Mayang balas menggoda Bram sambil menjingkatkan badannya
Bram : ” Mayang…Mayang…sampai segitunya fikiranmu..gak sehat lah maaaak….ha..ha…”. Balas Bram sambil tertawa.
Akhirnya mereka sampai di Simpang Lima dan menuju Pecel mbok Sador
MBok Sador : ” Monggo mbak Mayangsari yang kece…mau makan pakai apa…?” Mbok Sador mempersilahkan mas Bram dan Mayangsari.
Mayangsari : ” Biasanya mbok kasih babat dan bantal… minumnya es campur….”.
Mbok Sador : ” Mas Bram makanannya sama juga kan…?”
Bram : ” Babatnya ganti empal mbok…” . Mbok Sador melayani dengan dibantu ponakannya yang memesankan es campur tersebut. Bram mendengar hape Mayang bergetar lalu mengangkatnya dan Mayang lupa mematikan speakernya sehingga terdengar Bram kalau itu panggilan Wawan.
Wawan : ” Yang….dimana nih….?” Mayang amat kaget speakernya langsung di off kan.
Mayang : ” Di mbok Sador… Wan…”.
Wawan : ” Aku boleh gabung ndak…. ini aku sama istriku…”. Mayang memandang Bram yang agak cemberut tapi membolehkan karena membawa istrinya biar Mayang kecewa.
Mayang : ” Boleh saja Wan…yang traktir Bram…buruan kesini…”. Bram diam saja sambil makan pecel dan memandang wajah ayu Mayangsari yang begitu imuuut. Tak berapa lama Wawanpun sampai dan Mayang langsung menanyakan istrinya.
Mayang : ” Lohhh..mana istrimu…?”
Wawan : ” Ngawur saja…..istri yang mana….ha..ha… ? bergurau saja….serius amat..met malam mas Bram….”. Wawan menyalami Bram yang duduk merapat dekat Mayang dan memesan makanan yang sama dengan Mayang pecel babat dan bantal serta es campur.
Bram hatinya medongkol karena Wawan yang tadinya mau bawa istri ternyata bo’ong belaka …dasar monyet…gerutunya dalam hati. Wawan yang duduk berhadapan dengan Mayang bicara apa saja gak didengerin Bram, bahkan Wawan meremas jari-jari tangan Mayang yang lentik Bram tak melihatnya baru setelah Mayang berteriak Bram baru tersadar kalau dia cemburu.
Mayang : ” Kamu apa-apaan sih Wan…aku tak mau kalau kamu seperti ini ?!” Mayang keluar galaknya dan Bram melerainya.
Bram : ” Sudah…sudah…masak kalian satu kantor kok gak bosen uring-uringan terus..?!” Mbok Sador yang melihat jadi tertawa sendiri karena merasa Wawan membuat cemburu Bram karena memang Bram orangnya cemburuan lalu gak jadi gabung dan mau pulang saja, tapi mbok Sador membungkuskan makanan tersebut agar di bawa pulang saja, maka Wawanpun menurut dan meminta maaf sama Bram karena sudah mengganggu acaranya.
Mayang : ” Dasar kere…..bilang kalau mau gratisan….”
Mayang menggerutu kepergian Wawan. Bram menyudahi makan malamnya dan mengajak menonton film di Gajahmada Plaza sambil menenangkan Mayangsari. Mayang yang mengantuk di gedung bioskop itu meletakkan kepalanya di lengan Bram, dan memeluk Mayangsari dengan mesranya. Hati Mayang menangis karena ulah Wawan dan isaknya terdengar Bram yang sebenarnya tak konsen dengan film tersebut. Lengan Bram basah karena tangisan Mayangsari yang sakit hati dengan Wawan.Bram tahu hati Mayang tlah terpaut pada Wawan yang lebih muda dan memiliki wajah lembut.