Budiarto tak tega melihat Diana menderita dan tubuhnya tergolek di rumah sakit karena tekanan darahnya tinggi, Maria yang saat itu menjaga ibunya amat marah pada papahnya,
Maria : ” Puas…Puas sekarang papah melihat mamah kau permainkan dengan perempuan lain…?” Budiarto memandang Diana amat memelas karena terserang stroke dan tak bisa terkata-kata hanya ah..ih…uh…saja perkataannya dan bersuara seperti tangisan sambil jari jemarinya bergerak-gerak, Budiarto tak menyangka istrinya sampai seperti ini… menjadi lumpuh dan suaranya tertahan-tahan.
Maria : ” Kalau ada apa-apa dengan mamah akan kau bayar 10 x lipat kebejatan nafsu papah , aku ini juga wanita seperti Mayangsari…apakah papah ingin aku seperti dia menjadi perusak rumah tangga orang lain dan hanya menguras hartanya saja …? teganya kamu pah….! tak menghargai kerja mamah selama ini…! “.
Budiarto : ” Maafkan aku maaaahhh…aku salah…mataku tertutup oleh nafsu sehingga engkau seperti ini…”
Budiarto membuang kontak Mayangsari dan berjanji tak akan kembali padanya, Maria mendengar semua janji papahnya dan berharap sadar kembali.
Budiarto : ” Maafkan aku anakku…papa khilaf… aku akan menjaga mamah selamanya dan biar sembuh serta pulih kembali seperti sediakala ”
Maria : ” Awas kalau papah sampai mengulang lagi…aku tak terima…!!”
Budiarto : ” Tidak… tak mungkin lagi..anakku…aku tak ingin mamahmu seperti ini…” tangis Budiarto memohon kepercayaan Maria dan Diana sambil mencium pipi istrinya dan terdengar ucapan sengau dari mulut Diana yang tak bisa diartikan, suaranya kacau tak berarti dan air mata Diana mengalir yang tak tahu apa maknanya. Badan Budiarto bergetar dan air matamya bercucuran menyaksikan istrinya tak bisa bicara dengan jelas.
Dokter Paulus memeriksa dan berbicara pada Budiarto.
Paulus : ” Dia amat tertekan karena usahanya morat-marit kata Eva anak keduanya yang bercerita sedikit tentang Diana mamahnya, kalau bapak suami bu Diana ya…”
Budiarto : ” Iya pak dokter…saya suaminya…”
Paulus : ” Buat dia bahagia dan jagalah perasaannya jangan sampai hancur ” Budiarto kanya mengiyakan segala ucapan dokter Paulus karna berharap istrinya lekas sembuh, banyak nasihat diberikan dokter Paulus pada Budiarto.
Karena kangen sama Mayang , Budiarto mampir sebentar bertandang ke rumahnya , tentu saja Wartinah amat senang karena bakal dapat duwit dari Budiarto dan berebut sama Mayang untuk memasakkan mie goreng kesukaan Budiarto, ternyata benar Budiarto menyantuni ibunya Mayang yang disambut gembira dan suka cita. Mayang merajuk dan berkata kalau dirinya hamil sontak saja Budiarto lemas istrinya sakit belum sembuh tapi malah Mayangsari hamil tapi Budiarto menyimpan kegundahan hatinya.
Mayang : ” Mas akhirmya aku hamil..apakah mas senang ?”
Budiarto : ” Tentu saja senang karena ada teman untukmu sebagai ganti kalau aku sedang luar kota ” Mayang amat menyayangi Budiarto yang sudah beristri tanpa merasa bersalah
Wartinah amat senang sekali diusia yang ke 45 tahun anaknya memiliki keturunan dan memeluk Budiarto dan mengucapkan terima kasih telah memberikan cucu untuknya.
Budiarto : ” Kita harus segera menikah karena tak mau pak RT tahu duluan..bisa tambah celaka”.
Mayangsari : ” Iya mas…kita nikah siri saja yang penting resmi dan sah ” .
Budiarto lega karena Mayang maupun ibunya tak menuntut apa-apa dan sebelum istrinya pulang harus sudah menikah biar aman nantinya. Dan pernikahan itu dirayakan amat amat sederhana dihadiri pak RT dan Basuki sebagai saksi beserta Arifin.
Sudah sebulan Diana berada dirumah sakit dan sudah mulai belajar jalan serta bicarapun mulai lancar walau kadang sedikit sengau. Budiarto mulai pulang rumah dan memberesi pekerjaannya yang morat-marit, ya…akibat pinjamannya pada Parikesit berdampak kepemilikan barangnya di sita Arifin.
Budiarto : ” Mobil xenia ada dimana Bas..? ” dia bertanya pada Basuki sopir pribadinya.
Basuki : ” Kemarin dibawa mas Arifin , katanya di sita karena belum membayar bunganya ”
Budiarto : ” Apa…? disita Arifin karyawanku…? manamungkin…? ” kepala Budiarto cekot-cekot …ternyata seperti ini maksud Parikesit yang akan membabat perusahaanku begitu menderitanya aku guman Budiarto dalam hati sambil meletakkan kepalanya di meja kerjanya. Arifin yang di telepon Budiarto segera datang sambil membawa xenianya.
Arifin : ” Maaf pak Budiarto saya terpaksa membawanya hanya sebagai bukti saja kepemilikan yang mudah dibawa ”
Budiarto : ” Tapi untuk apa…? bukankah aku terlambat karena Diana masuk rumah sakit dan saya kira kamu mengerti serta membela saya…” Arifin tersenyum sinis.
Arifin : ” Pasalnya boss Prayit minta agunan barang dan khawatir terlambat lagi pembayarannya…karena keuangan bergulir sepanjang waktu pak ”
Budiarto : ” Ya… seperti inilah rentenir…cara kerjanya lain dengan perbankan…aku menyesal telah menurut keinginanmu sama Mayangsari yang ternyata kong kalikong ”
Arifin : ” Bukan begitu pak mbak Mayang malah mengusulkan agar selamat dari rentenir dengan mengagunkan rumahnya..itu demi anak yang di kandungnya”
Budiarto : ” Kok kamu tahu kalau Mayang hamil ?” Budiarto agak terkejut sambil memandang Arifin.
Arifin : ” Ya tahu ….karena boss Prayit kemarin memanggilmya karena segala hutang pak Budiarto yang menanggung mbak Mayang yang menjadi istri ke dua bapak ”
Budiarto : ” Kok sampai seperti itu tanpa tahu saya…?”
Arifin : ” Anggap saja ini surprice katanya….karena segala urusan pak Budiarto menjadi tanggungannya dan bapak musti menurut aturannya ”
Budiarto : ” Apa-apaan ini…bisa-bisanya dia memutuskan sendiri kemauannya tanpa bilang padaku…”.
Arifin : ” Bukankah ini surprice…dan amat menguntungkan pak Budiarto dan mbak Mayang berharap usaha bapak semakin maju bersama mbak Mayang ”
Mayang memberikan tepuk tangan atas pembicaraan Arifin dengan Budiarto : ” Benar , saya ingin kamu sukses bersamaku tidak dengan wanita pesakitan tersebut, bisa apa dia cuma marah-marah saja dan mengusik kerjamu…nah mas selamat bekerja..aku berharap kamu sukses bersamaku, bersama bayi kita… sekali lagi bersama aku serta bayi kita “.
Budiarto merasa tersinggung dengan perkataan Mayangsari seolah-olah menyepelekan Diana padahal Diana sangat berpengalaman dan selalu mengingatkan dirinya setiap saat dan Budiarto yang menyepelekannya sekarang gantian Mayangsari yang menyepelekan Diana, Budiarto diam mungkin ini olah Arifin yang memojokkan Diana atau mungkin ingin membuat sengsara Mayangsari…? Budiarto merasakan pusing oleh perbuatan Arifin , tapi Mayang malah memuji Arifin yang penuh ide.
Tiga bulan Diana menjalani therapi dan sembuh dari stroke yang menimpanya dan melakukan usaha dibantu anak-anaknya dengan berjualan sup buah karena karyawannya dudah mulai pada keluar sendiri-sendiri dan mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan termasuk Arifin si tukang peras tanpa perasaan . Rumah dan kantor tempat tanggal Diana akhirnya diambil paksa oleh boss Prayit untuk menutup bunga pinjaman, Budiarto kasihan sama anak dan istrinya dan mencarikan kontrakan di dekat pasar Karangayu sambil berjualan es buah dibantu Maria dan Eva sedangkan Budiarto sendiri hidup bersama Mayangsari. Diana tetap tegar untung anak-anaknya selalu mensuportnya meski habis rumah dan mobilnya serta karyawannya sudah kepas semua Diana malah lega Budiarto tak bisa menipunya lagi membiarkan hidup bersama Mayangsari yang kena damprat boss Prayit yang menjeratnya.
Anak Mayang sekarang berumur tiga tahun , tak ada perbaikan dalam kehidupannya dan malah dicari-cari rentenir setiap hari agar membayar hutangnya , rumah milik Mayangsari sudah ludes diambil rentenir dan tinggal rumah kecil yang ia tinggali bersama Wartinah ibundanya Mayangsari.
Dulu Budiarto disanjung-sanjung oleh Wartinah kini berganti dihujat selama hidup bersama Mayangsari , Budiarto dianggap tak becus mengurusi rumah tangganya dan menyusahkan hidup anak perempuannya, Wartinah menjadi kurus kering dan muak pabila bertatap muka dengan Budiarto.
Rasa penyesalan melanda diri Budiarto yang akhirnya kembali pada Diana dan anak-anaknya. Sebenarnya Ia amat sayang pada anak yang diberikan Mayangsari tapi Budiarto tak mau menemuinya karena selalu dihujat Wartinah mertuanya. Diana memaafkan Budiarto dan menerima apa adanya mungkin ini sudah takdirnya karena telah salah melangkah dan terjerumus oleh rentenir tempat kerja Mayangsari. Bos Prayit akhirnya mendepak Mayangsari yang sudah tua dan kurus kering serta menanggung permasalahannya akibat perbuatannya sendiri.