“Argh…jam berapa ini?” melihat jam di atas meja di samping kasurnya. “sebelas…oh…eh!” bergegas bangun dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi dengan cepat. “Bu! Kenapa tidak membangunkanku sih?!” berteriak sambil mandi di kamar mandi bawah.
“Ah..ibu sudah berusaha semampu ibu tadi, tapi kamunya engga bangun-bangun,” sambil mengelap beberapa gelas yang sudah dibersihkan.
Saat memasuki akhir pekan, Daimonji secara rajin mengikuti les melukis yang diadakan oleh galeri lokal didaerahnya. Seharusnya jadwal untuk Daimonji setiap pagi tetapi karena dia telat bangun membuatnya harus mengikuti kelas siang. Alasan utamanya mengikuti kelas lukis adalah supaya gaya gambar manganya menjadi tipe-tipe menggambar detail seperti mangaka favoritnya yang membuat manga basket.
“Aku pergi dulu!” mengucapkan salam kepada ibunya lalu lekas pergi.
Jalanan di sabtu seperti ini memang tidak begitu ramai dibandingkan hari biasa, lagipula tempat les melukisnya tidak terlalu jauh. Daimonji lebih senang berjalan kaki, tujuan lainnya adalah agar mendapatkan inspirasi nanti ketika melukis.
“Seragamnya sih sudah aku ingat, tapi jika aku ke sana tanpa perencanaan nanti….,” memikirkan hal terburuknya yaitu nanti Suzuha malah berteriak bahwa Daimonji penguntit cabul. Imejnya akan sangat buruk kedepannya. “tidak…tidak usah, nanti kutanyakan saja kepada pak Norita. Siapa tahu mereka pelanggan loyal sepertiku,” berjalan lagi hingga akhirnya sampai ke galeri.
Sudah ada beberapa siswa lainnya juga yang sudah datang, dari beragam umur ada di galeri ini. Daimonji mengambil kelas umum sehingga banyak teman sekelasnya yang usia jauh di atas dan di bawah dirinya. Pelajaran pertama di kelas melukis adalah teori tentang seluk beluk menggambar kemudian kelas selanjutnya aplikasi pada kanvas.
“Kelasnya sudah dimulai?” perlahan membuka pintu dorong didepannya. “ah untunglah kelasnya belum dimulai,” berjalan ke atas untuk menemukan tempat duduk yang enak, tempat ini seperti bioskop sehingga bangkunya naik ke atas. “di tengah saja mungkin.”
Kelas dimulai dengan instruktur masuk ke kelas, seperti biasa Daimonji mengeluarkan buku dan alat tulisnya untuk mencatat. Setelah beberapa saat mulai, ada seorang perempuan yang datang terlambat. Dia tergesa-gesa masuk kelas, membungkukan dirinya sambil meminta maaf karena datang terlambat. Instruktur tidak mempermasalahkan kemudian meminta perempuan ini duduk.
“Hm…APA?!” perempuan yang terlambat tadi adalah Suzuha. “kok dia..bisa sih, duh…,” menjadi salah tingkah sendiri lalu menutup wajahnya dengan buku saat Suzuha mulai naik mencari tempat duduk yang masih kosong. Saat Daimonji yakin Suzuha sudah duduk dia membuka buku diwajahnya pelan-pelan. “gawat…,” tidak bisa mengikuti kelasnya dengan fokus.
Suzuha yang duduk tepat diatasnya merasakan ada yang aneh, seseorang yang duduk dibawahnya tidak bisa diam dan gelagatnya membuat dia tidak bisa fokus memperhatikan instruktur yang sudah mulai mempraktekan teori yang sebelumnya diajarkan.
“Ih! Ada apa sih dengan orang itu?!” Suzuha menggerakan kepalanya ke samping, mencoba mengintip seseorang dibawahnya ini. Karena tidak kelihatan dia beranjak dari bangkunya lalu melihatnya secara langsung. “kamu kan?” secara mengejutkan orang dibawahnya adalah Daimonji, mood Suzuha seketika hancur. “kenapa sih kamu ngikutin aku terus?! Penguntit!” suaranya cukup keras hingga terdengar oleh instruktur di bawah.
“Selalu ngikuti gimana, aku aja baru tahu dia ikut les melukis juga,” Daimonji hanya bisa menutup wajahnya dengan buku. “bayangkan jika kalau aku menemuinya disekolahnya,” tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Suzuha juga langsung memindahkan tempat duduknya di paling bawah dekat instruktur.
Mereka melanjutkan ke sesi berikutnya yaitu praktek melukis. Ruangan melukis cukup besar, kanvas sudah disediakan. Lagi-lagi Suzuha membuang muka ketika melihat Daimonji masuk. Lalu dia memilih tempat di mana dia bisa melihat lukisan Suzuha. Praktek melukis pun dimulai, tema yang diberikan adalah menggambar dengan tema kegembiraan. Daimonji memilih pemandangan langit yang biru dengan beberapa awan sehingga membuat langitnya tersenyum.
“Dia ngelukis apa yah? Sambil mencuri-curi pandang ke kanvas Suzuha. “engga keliatan,” memberanikan diri untuk melihat lebih dekat. Suzuha sangat fokus melukis sehingga tidak menyadari kalau Daimonji ada dibelakangnya. “lukisan anak dengan beberapa balon ditangannya,” Daimonji tersenyum.
“Apa yang kamu lakukan?” Suzuha membalikan badannya karena merasa ada seseorang yang memperhatikannya. “kamu lagi…,” Suzuha mengambil semua peralatannya lalu pergi meninggalkan kelas.
“Salahku apa yah kepadanya?” Daimonji masih berdiri tertegun, dia diperhatikan oleh semuanya.