“Cinta pada pandangan pertama?” Daimonji menatap keluar, dagunya dia senderkan dipergelangan tangannya. Guru yang sedang mengajar bagaikan burung-burung kecil yang sedang bernyanyi. “dikelasku saja sudah banyak perempuan cantik, sebut saja Haruka, Sayaa,” sambil melirik ketemannya yang dia sebut barusan. “mungkin aku harus menyerah, memang tidak mungkin sih. Bukan seperti di drama televisi,” Daimonji memendamkan kepalanya.
Sepulang sekolah kali ini Daimonji berniat untuk pergi ke kedai sushi pak Norita, hari ini memang bukanlah akhir bulan seperti jadwalnya biasa. Hanya saja mungkin obrolan santai dengan pak Norita bisa menyegarkan pikirannya.
“Jika aku bertemu dengannya lagi secara kebetulan, aku akan langsung pergi tanpa memesan!” tekadnya sungguh bulat untuk melupakan Suzuha, seorang perempuan yang masih asing dalam hidupnya.
Bus kali ini tidak terlalu ramai, dia bisa mendapatkan tempat duduk di belakang supir. Halte tujuan sudah di depan mata, Daimonji bersiap untuk turun. Bus tepat berhenti di samping halte, pintu secara otomatis terbuka. Lalu Daimonji melanjutkan perjalanannya menuju kedai sushi pak Norita. Tidak membutuhkan waktu lama dia sudah berada didepannya lagi. Hanya sebuah kain gantung yang menghalanginya dengan toko.
“Kumohon…aku tidak ingin bertemu dengannya,” berharap sekali lagi, lalu pelan-pelan sekali membuka kain.
“Oi nak Daimonji!” sahut pak Norita menyambutnya, padahal Daimonji hanya mengintip belum sepenuhnya masuk. “masuk sini, tumben sekali,” tangannya melambai-lambai meminta Daimonji untuk masuk.
Daimonji masih melihat-lihat, siapa tahu ada Suzuha di sini meskipun presentasenya kecil. Keadaan sangat aman membuat Daimonji masuk saja tanpa mengkhawatirkan sesuatu. Pak Norita seperti biasa menyiapkan tempat makan spesial di dekat meja kaca yang menampilkan potongan-potongan sushi.
“Menu biasa pak!” Daimonji memesan, sambil melirik-lirik kondisi kedai yang sepi. “akhirnya aku bisa makan dengan tenang,” anggapan yang ternyata salah, salah satu pelanggan yang sedang makan mengenalinya.
“Eh kamu kan?” Mirae duduk tepat diseberangnya, tempat yang sama ketika Daimonji memperhatikan Suzuha. Karena Mirae yang duduk membelakangi pintu masuk dia tidak menyadari ketika Daimonji datang.
“Oh..dia hanya temannya, tidak masalah,” Mirae malah beranjak dari tempatnya sambil menenteng nampan berisi makanan lalu pindah duduk di sebelah Daimonji. “eh?”
“Tidak apa-apa kan? Lagipula kita sudah saling mengenal bukan?” tawanya canggung. “Suzuha sering membicarakanmu lho,” sontak perasaan Daimonji menjadi tidak enak.
Pak Norita yang sudah hapal betul dengan menu andalan Daimonji dapat menyiapkan makanannya dengan cepat, lalu agak terkejut melihat Daimonji dan Mirae yang duduk bersebelahan.
“Ah…kalian saling kenal?” tanya pak Norita sambil menyimpan makanan pesanan Daimonji ke atas meja.
“Ya! Kita beda sekolah sih, hehe,” Mirae yang menjawabnya.
Mirae, teman Suzuha yang bermata sipit ini merupakan salah satu pelanggan tetap kedai sushi pak Norita sama seperti Daimonji. Dia jugalah yang mengajak Suzuha dan teman yang lainnya untuk makan di tempat ini. Daimonji hanya menatap makanan yang datang, dia lebih penasaran dengan apa yang dimaksud Mirae dengan perkataannya barusan.
“Sudahlah makan dulu, nanti aku ceritakan setelah makananku juga habis,” keduanya lalu makan tanpa berbicara sedikit pun.
Sushi andalan yang sering dipesan oleh Daimonji pun terasa hambar karena kalah oleh rasa penasarannya yang tinggi. Dia juga makan dengan lahap sangking penasarannya. Mirae sampai terkejut melihat seseorang memakan sushi seperti makan cemilan pasar.
“Terima kasih atas makanannya!” piring Daimonji terlihat sangat bersih.
“Eh..kamu sepertinya penasaran sekali yah…,” Mirae juga sudah menghabiskan makanannya. “baiklah..jadi itu…,” Daimonji memperhatikan dengan serius. “dia tidak membencimu kok,” sebuah awal yang mengejutkan bagi Daimonji.
“Eh?” wajahnya seakan-akan turun saat mendengarnya.