Mirae menjelaskannya lagi, Suzuha memang tidak membenci Daimonji. Hanya saja cara menatapnya membuat Suzuha menjadi kesal, karena dia jadi teringat dengan kisahnya di masa lalu. Di mana dia terjebak dengan tatapan yang seolah tulus tetapi kedepannya yang ada malah pengkhianatan. Sejak itulah jika Suzuha mendapati seseorang melihatnya dengan tatapan penuh perasaan maka dia langsung mencap orang tersebut mempunyai tatapan mesum.
“Oh seperti itu,” kata Daimonji yang tiba-tiba lesu karena mengetahui bahwa pernah ada laki-laki lain di hati Suzuha.
“Walaupun Suzuha tidak lebih cantik dariku,” memuji diri sendiri. “tetapi dari awal masuk sampai sekarang ingin lulus banyak laki-laki yang naksir kepadanya,” menahan dagu dengan mengepal kedua tangannya. “aku iri sih sedikit.”
“Aku sangat paham, mungkin sulit untuk lepas dari senyum manisnya itu,” Daimonji bertanya lagi. “oh iya kenapa kamu cerita ini semua? Bukannya lebih baik jika aku tidak mengetahui hal ini?”
“Kamu salah…,” memperbaiki cara duduknya. “aku hanya tidak ingin sahabat baikku dikenal sebagai orang jahat, sikapnya memang agak kasar sih kepadamu. Tapi semua itu kan ada alasannya.”
“Iya karena aku seorang mesum?” Mirae tertawa mendengarnya.
Pak Norita mengambil piring-piring yang berserakan, lebih baik katanya jika mereka mengobrol dengan keadaan meja yang bersih. Tidak lupa dia memberikan dua buah teh hangat dalam segelas cangkir bulat.
“Teh ini memang enak!” Mirae meneguknya lagi. “kamu tahu, sudah lama aku tidak melihat Suzuha yang begitu antusias menceritakan seseorang. Maksudku walaupun intonasinya tinggi tetapi dia dengan sangat detil menceritakannya, bahkan aku ingat saat dia bilang ‘laki-laki mesum itu menutupi wajahnya padahal aku ingat bagaiamana wajahnya!’ hehe…seperti itu.”
Senyum kecil terukir di wajah Daimonji, walaupun ceritanya kurang mengenakan tetapi ada kesenangan sendiri jika dirinya diingat dan diceritakan oleh seseorang yang dia suka. Lalu Mirae membuka ranselnya dan menuliskan sesuatu di kertas dan memberikannya kepada Daimonji. Sebuah nomor telepon yang sayangnya bukan milik Suzuha melainkan milik Mirae.
“Nomor telepon? Untuk apa?” tanya Daimonji.
“Minggu depan Suzuha ulang tahun, dan rencananya aku dan teman yang lain ingin memberikan pesta kejutan. Aku ingin kamu datang dan memberikan hadiah padanya, pasti sangat seru.”
“Eh…apa ini jebakan? Apa dia tidak tahu mungkin saja kehadiranku akan merusak suasana hati Suzuha di saat ultahnya?” Daimonji sangat tidak yakin dengan ajakan ini. “tidak…aku tidak ingin merusak pesta kalian,” jawabnya.
“Ih! Dasar lelaki payah!” Mirae malah membentaknya. “bukannya ini kesempatan bagus untukmu untuk memperbaiki citra ‘buruk’mu itu? Aku beritahu yah, tidak ada perempuan yang menjadi marah jika dikasih hadiah!”
Bagaimanapun Daimonji bukanlah temannya Suzuha atau orang yang spesial dihidupnya, begitu pikir Daimonji. Pertemuan mereka juga bisa dihitung dengan jari, dia tidak ingin merusak momen di hari lahirnya itu. Tetapi semakin Daimonji menolak Mirae malah semakin keras memaksanya, sikapnya mulai menjadi aneh.
“Aku hanya ingin melihat Suzuha bahagia kembali,” ucap Mirae sangat pelan.
“Apa? kamu bilang apa?”
“Ah tidak,” meneguk gelas teh terakhir. “pokoknya kamu harus memberikan hadiah kepadanya, berikan dia hadiah yang tidak bisa dia buang! Nanti aku berikan detilnya, jangan lupa kabari aku lewat nomor itu…” begitu saja lalu Mirae pergi dari kedai setelah membayar makanannya.
Pak Norita dengan wajah penuh senyuman datang sehabis mencuci piring, dia bilang bahwa percapakan Daimonji dengan Mirae sampai terdengar ke dapur. Mungkin suasana kedai yang sepi mendukung.
“Mirae…anak itu, selalu dipenuhi dengan energi yang banyak,” ucapnya.
“Apa dia lebih lama berlangganan sushi di sini?” Tanya Daimonji.
“Jelas!” jawab pak Norita yakin. “dia pelanggan yang paling saya suka karena dia tidak datang pada akhir bulan saja,” melihat sinis ke arah Daimonji dengan maksud menyindirnya secara halus. “oh iya menurutku juga tidak ada salahnya memberikan hadiah kepada seseorang yang berulang tahun.”
“Begitukah?” hal ini menjadikan suatu problema dalam diri Daimonji.
Perjalanan pulang sehabis dari kedai dipakai Daimonji untuk berpikir perihal pemberian hadiah kepada Suzuha. Satu sisi dia ingin memberikannya, benar juga kata Mirae bahwa kesempatan ini sangat bagus untuknya untuk membuka hati Suzuha. Namun sisi lainnya bagaimana kalau kehadirannya malah membuat keadaan semakin buruk. Daimonji sampai di rumah dengan situasi hati yang tidak karuan, dia langsung beranjak tidur.