“Ah…tidak bisa,” melempar ponselnya lalu menutup wajahnya dengan bantal. “tapi…jika aku terus melakukan ini bukankah namanya cinta bertepuk sebelah tangan? Untuk apa aku berjuang jika perjuanganku hanya dalam satu sisi?” pikirannya malah kacau, dia menutup dirinya dengan selimut kemudian tertidur.
Pagi yang cerah, cahaya matahari masuk dari sela-sela kamarnya. Daimonji sudah siap untuk pergi ke sekolah. Dia mendengar sebuah bunyi dari ponselnya, bunyi notifikasi. Saat ponselnya diambil ternyata ada pesan dari Mirae.
“Hai…aku sudah mendengarnya lho…cieeee….,” Daimonji bersikap biasa, lalu ada tambahan pesan yang datang. “bagaimana kalau sepulang sekolah kita bertemu, maksudku bersama Suzuha juga. Dia bilang ingin mengucapkan terima kasih kepadamu langsung. Kamu tahu kan sekolah kami?”
Daimonji pun mengetikan pesan balasan, “Ya…aku tahu,” lalu mematikan bunyi notifikasi pada ponselnya.
Sebuah pesan dari Mirae mengacaukan perasaannya di pagi cerah seperti ini, padahal hari ini merupakan sebuah awal untuk melanjutkan hidup yang baru. Kegiatan belajarnya menjadi tidak fokus, dia terus mengecek ponselnya untuk melihat apakah ada pesan lanjutan dari Mirae atau tidak. Ternyata tidak ada sama sekali. Sepulang sekolah Daimonji memberanikan diri untuk pergi ke sekolah Suzuha, jaraknya tidak terlalu jauh.
Situasi sekolah Suzuha masih ramai dengan keberadaan siswa-siswi, mereka memperhatikan Daimonji sebagai orang asing. Jelas saja mungkin ini pertama kalinya mereka melihat Daimonji, “Jadi aku harus pergi kemana?” tanya Daimonji yang masih bingung, lalu terdengar suara keras memanggilnya.
“Di sini!” Mirae memanggilnya sambil melambaikan tangannya. Daimonji menghampirinya, “syukurlah kamu datang, ikut denganku…”
“Kemana?” tanya Daimonji.
“Sudah ikut saja,” Mirae menarik lengan Daimonji.
Sungkan rasanya bagi Daimonji berada di sekolah orang lain, meskipun seragam laki-laki mereka sama tetapi tetap saja ada perasaan tidak nyaman. Mirae membawanya jauh mengitari gedung sekolah hingga akhirnya sampai di kantin sekolah. Di sana sudah ada Suzuha yang sedang duduk sendirian.
“Tunggu sebentar yah di sini,” Mirae melepaskan pegangannya, lalu pergi menemui Suzuha.
“Hei Mirae, tingkahmu sangat aneh sekali. Tumben sekali kamu mau mengerjakan tugas sepulang sekolah, memangnya perpustakaan masih buka? Apa kamu bertemu dengan adik kelas incaranmu itu yah dan membuatku menunggu lama di sini?” perkataan Suzuha begitu panjang membuat Mirae tidak mampu menjawabnya satu-satu.
“Ah..itu..ayo ikut denganku,” kali ini lengan Suzuha dia tarik lalu membawanya ke arah Daimonji.
“Kita mau kemana…..sih….,” Suzuha melihat Daimonji berdiri dihadapannya, belum terlalu dekat. Dia menahan tarikan Mirae. “apa-apaan sih Mirae?! Kok dia ada di sini sih?!” mulai mengerti situasi yang dihadapinya. “ah..aku tahu sebenarnya kita bukan ke sini untuk mengerjakan tugas kan? Pantas saja kenapa kamu hanya mengajakku.”
“Ayolah, kamu bilang kan belum berterima kasih padanya bukan?…sekaranglah saatnya, ayo…,” Mirae menariknya dengan paksa.
Kini Daimonji dan Suzuha sudah saling menatap, mereka berdiri menghadap satu sama lain. Di saat seperti itu Mirae malah kabur dengan alasan ada barangnya yang ketinggalan di kelas. Suasana menjadi sangat canggung.
“Ih Mirae!” melihat mata Daimonji lalu menurunkan wajahnya, “duh…kenapa aku jadi gugup…padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini,” berucap dalam hati.
“Dia semakin cantik,” Daimonji hanya tersenyum kepadanya. “lalu apa yang harus lakukan sekarang?” dia menjadi bingung sendiri.
Suzuha memulai, “aku…um…terima kasih atas hadiahnya…walaupun yang kamu berikan itu barang kepunyaanku…tetapi kamu telah membuatnya menjadi lebih bagus…,” wajah Suzuha masih menunduk.
“Ah…soal itu maafkan aku telah merusak karyamu…um..yah..maaf,” Daimonji menjadi sangat canggung.
Mirae mengintip dari kejauhan, rencananya untuk mempertemukan mereka berdua telah berhasil walaupun harus mengerjai sahabatnya.
“Bagaimana Suzuha? Dia orang baik bukan?” Mirae tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang kaku.