Aku mencoba diam sebentar, melihat-lihat ke arah pohon. Lalu aku kembali ke kelas sambil menenteng kotak makan, pelajaran dilanjutkan sampai waktu menujukkan kegiatan sekolah telah usai. Karena rumah kami bertetangga aku selalu pulang dengan Sayaka, pertama kami menaiki bis terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan naik kereta. Di dalam kereta aku menghabiskan dengan membaca buku lagi.
“Oh iya Kei, gimana udah dapet temen baru hari ini?” Sayaka bertanya, wajahnya menoleh kearahku. Kami duduk bersebelahan di dalam kereta.
Tiba-tiba aku terbayang wajah Asuka, perempuan yang baru saja mengenalkan diri tadi siang. “Ya…hmm…maksudku tidak, belum.”
“Ahh…tadi bilang iya kok, hihi…”
Dari stasiun kereta menuju rumah jaraknya tidak terlalu jauh, aku lebih suka berjalan kaki karena udara di sini lumayan sejuk dibandingkan di kota besar. Hari masih sore, angin bertiup pelan. Sayaka masih mengintil disebelahku.
“Kenapa yah Kei, padahal kita masuknya bareng tapi aneh ga pernah satu kelas,” dia mulai mengoceh lagi.
“Entah…,” jawabku singkat.
“Ihh!!!” membuat mukanya menjadi bulat, kalau sudah seperti ini mendiamkannya adalah hal yang paling benar.
Setelah berjalan cukup lama sampailah di depan rumah masing-masing. Sayaka masih cemberut saat memasuki rumahnya.
Pagi hari merupakan area di mana rumah menjadi sangat sibuk, Ibu menyiapkan sarapan. Ayah dengan rapihnya berpakaian bersiap berangkat ke kantor, sedangkan adikku paling kecil hanya bisa menguap-nguap karena tidak terbiasa bangun pagi. Kebetulan kemarin dia baru saja masuk taman kanak-kanak, perbedaan umur yang sangat jauh denganku.
“Keita…ini bekalnya,” Ibu memberikan aku kotak makan.
“Ya, terima kasih Bu,” aku mengintip isinya sama seperti kemarin.
Ayah berangkat terlebih dahulu lalu aku menyusulnya di belakang, Sayaka selalu berangkat lebih pagi dengan tempat ayahnya bekerja kebetulan berada di satu wilayah dengan sekolah. Rutenya sama seperti saat pulang kemarin. Sesampainya di sekolah kegiatan berjalan seperti biasanya, waktu istirahat aku kembali kebelakang sekolah tuk memakan bekal.
“Eh…,” seorang perempuan sudah duduk di tempat kemarin. Dari jauh seperti sosok Asuka. Namun aku memastikan dengan mendekati meja itu.
“Hai!” benar itu adalah Asuka, dia memakai seragam sekarang. “Keita ya? Hm..kamu bawa apel lagi ga hari ini?” bertanya dengan memamerkan senyuman paling indah.
Aku hanya bisa mengangguk dan mulai duduk didepannya, lalu dengan sigap membuka kotak makan. Matanya langsung bersinar-sinar ketika melihat sebuah apel merah yang aku bawa. Lalu aku memberinya apel itu, dia terlihat sangat senang. Kami berdua saling diam, aku juga tidak terbiasa memulai obrolan terlebih dahulu.
Entah mengapa melihatnya memakan apel saja membuatku jadi lupa daratan, buku yang biasa aku baca selagi istirahat tertahan di saku celanaku. Kadang-kadang dia memenjam matanya sangking menikmati apel itu.
“Keita, temen kamu yang kemarin mana?” mulutnya masih penuh dengan apel.
“Sayaka? Hm..dia bersama temannya yang lain,” dia cukup mengangguk.
Tak terasa waktu istirahat telah usai, aku menjadi tidak enak hati karena dari tadi hanya diam saja. Kami berdua jalan menuju ke kelas, aku memberanikan diri membuka obrolan.
“Hm..jadi Asuka. Kamu ada di kelas mana?”
“Kelas? aku di kelas 3B, kamu Kei? Um…boleh kalau aku panggil Kei?”
“Ya…boleh saja, aku di kelas 3D,” aku mulai bingung ingin menanyakan apa lagi. Hanya itu saja yang bisa aku tanyakan.
Sekarang sudah ada di depan kelas 3B, sebelum dia masuk dia mengucapkan sesuatu hal kepadaku.
“Kei…tentang apel itu…,” memainkan rambut depannya yang panjang, “kamu bisa membawanya lagi besok?”
Tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan, Asuka masuk ke kelas sambil melambaikan tangan. Saat dia masuk didepanku sekarang ada Sayaka, dia berdiri di depan pintu kelasnya sambil memandangku dengan aneh. Ketika aku lewat dia hanya diam saja, biasanya dia sering bawel menanyakan aku habis kemana.
Memandangku dengan aneh berlanjut sampai di bis bahkan kereta, aku biasanya tahan dengan sikap Sayaka namun pandangannya yang aneh sangat menggangu.
“Ada apa?”
“Apa kau baik-baik saja Kei?” dia berbalik bertanya. “ah sudah lupakan saja,” dia berhenti memandangiku.
Sayaka tidak banyak bicara hari ini, sebelum masuk rumahnya dia kembali memandangiku dengan aneh. Saat aku melihat balik dia tergesa-gesa masuk kerumahnya. Sudah beberapa hari ini aku habiskan waktu istirahat dengan Asuka. Walaupun belum banyak mengobrol karena aku tidak lihai membuka obrolan. Yang aku tahu dia sangat senang berperan dalam drama dan sangat menyukai apel khususnya apel merah.
Jarak beberapa meter dari rumah kami masing-masing. Sayaka yang belakangan kehilangan kekuatan bawelnya mulai berbicara lagi.
“Kei…yakin kamu tidak apa-apa?”
Pertanyaan itu lagi, “Kenapa?”
“Aku tahu kamu sulit berteman dengan orang lain, tapi apa sampai segitunya…beberapa teman dikelasku ada yang membicarakanmu tahu…katanya mereka melihat kamu berbicara sendiri di area belakang, bahkan ada yang bilang kamu sering mengobrol dengan sebuah apel,” aku menanggapinya dengan diam. Sayaka melanjutkan lagi, “aku pernah melihatmu berbicara sendiri di depan kelas 3B waktu itu, kalau kamu butuh teman ngobrol aku mau kok kitakan sudah berteman sejak lama,” mukanya terlihat murung saat membicarakan itu.
Dia sudah masuk kerumahnya, sedangkan aku terdiam di depan pagar rumah. Memikirkan apa yang dikatakan Sayaka barusan. Aku sendiri yakin bahwa beberapa hari ini aku sering mengobrol dengan Asuka khususnya saat jam istirahat.