Siang itu sebelum pulang ke rumah aku meminta data siswa yang ada di kelas 3B diruangan guru melalui wali kelas. Wali kelas itu tidak banyak bertanya untuk apa data siswa yang aku pinta. Saat keluar sekolah Sayaka menunggu di pintu gerbang, dia tidak terbiasa pulang sendirian. Kereta kali ini tidak begitu ramai seperti biasanya, banyak bangku kosong di kanan kiri maupun depan. Aku melihat Sayaka, model rambutnya masih normal.
“Sayaka…kemarin kamu benar tidak ingat apa-apa?” tanyaku
Sayaka berpikir sejenak, “Aku ingat menemuimu di belakang sekolah, lalu duduk-duduk di sana dan kemudian tau-tau aku terbangun di kasur saat pagi hari.”
“Foto itu boleh aku melihatnya lagi?” Sayaka meraih tasnya lalu mengeluarkan selembar foto. “kamu tidak ingat merubah rambutmu seperti ini?” Sayaka memperhatikan foto itu.
“Eh…..sejak kapan model rambutku seperti itu,” dirinya mulai kesal.
Cuaca hari ini agak dingin, Sayaka menggosok-gosok bahunya saat perjalanan pulang menuju rumah. Aku memberinya jaket yang aku pakai, sekarang dia diam tidak melakukannya lagi. Sesampainya di rumah dia mengembalikan jaketku. Malam hari aku membuka kertas data siswa yang diberikan wali kelas 3B. Isinya nama dan alamat rumahnya serta alamat email siswa-siswa yang ada di kelas 3B.
Aku melihatnya satu-satu, nama siswa di kertas ini di acak. Aku mengulangnya sampai tiga kali tetapi aku tidak bisa menemukan siswa yang bernama Asuka. Jadi sebenarnya siapa itu Asuka? Aku yakin betul bahwa beberapa hari yang lalu bertemu dengannya dan sempat mengantarnya ke kelas. mungkin yang dikatakan oleh teman-temannya Sayaka ada benarnya juga.
aku mengingat-ngingat wajah Asuka dengan gaya rambutnya yang khas. Kalau dipikirkan lagi Sayaka juga berpenampilan sama dengannya kemarin. Hal ini semakin membingungkanku. Akhirnya aku terlelap tidur dan berharap keadaan besok lebih baik.
Pagi harinya aku mengintip lagi bekal yang disiapkan oleh Ibu, isinya buah jeruk lagi. Lalu aku ingat lagi perkataan Sayaka sebelum dia merubah gaya rambut dan sikapnya, “Aku tidak suka jeruk.” Aku melamun memikirkan ini sampai Ibuku menegurku, “Hei! Melamunkan apa? Sayaka yah?” Ibu hanya bisa tertawa saat mengucapkan itu.
Aku mendatangi kelas Sayaka, masih ada siswi-siswi yang berbisik saat aku datang. Sayaka terheran-heran saat aku mendatangi mejanya.
“Bagaimana kalau nanti istirahat kita makan bersama di belakang sekolah?” muka Sayaka memerah.
“Eh?…Kei, kamu tidak apa-apa kan? Lagi ga sakit kan?”
“Tidak…, bagaimana?” Sayaka setuju.
Kami berdua duduk-duduk seperti biasa di halaman belakang sekolah, Sayaka diam memperhatikanku. Mungkin dia merasa heran karena aku bersikap tidak biasa hari ini. Ini aku lakukan untuk membuktikan sesuatu. Sambil memakan bekal aku mulai memperhatikan Sayaka, entah itu gerak-geriknya ataupun bahasa tubuhnya. Semua masih tampak normal, ketika bekal kami sudah habis yang tersisa hanya sebuah buah jeruk yang selaku aku sisakan saat akhir.
Aku mengambil buah jeruk dari kotak makan lalu menawarkannya kepada Sayaka, “Um…kamu mau jeruk?” sambil terus memperhatikan Sayaka.
“Jeruk? Hm…aku tidak suka jeruk,” mengambil ikat rambut dari saku depan seragamnya lalu melakukan hal yang sama seperti waktu itu.
“Inilah Saatnya! Ucapku dalam hati lalu lanjut bertanya, “kamu sebenarnya siapa? Kenapa kamu bisa ada di sini?”
Muka Sayaka mendadak bingung, tidak tahu apa yang sedang terjadi. “Eh? Kei..maksudnya? Kamu benar tidak apa-apa Kei? Ini aku Sayaka.”
“Bagaimana dengan Asuka, apa kamu mengenalnya?”
Sayaka tertunduk, aku tidak bisa melihat mukanya.
“Iya, aku Asuka!”