Sayaka menatapku, “Tidak apa-apa,” lalu Sayaka menjabat tangan Asuka.
Sayaka menjadi bingung harus mengatakan apa, dia masih melihat tangannya. Tidak percaya dia bisa merasakan tangan Asuka, padahal Asuka sendiri adalah sesosok makhluk lain. Suasana sedikit canggung karena Asuka tidak mengambil apelnya, dia hanya duduk manis terdiam.
“Ini, silahkan,” Sayaka memberikan apel kepada Asuka, dia menerimanya dengan baik namun dia hanya memandangi apel yang ada ditangannya, “Kenapa?” Sayaka lanjut bertanya.
“Ti..tidak,” dengan gigitan yang besar Asuka memakan Apel itu, “Hm…enak! lebih enak daripada Apel yang dibawakan Kei!”
Aku memandangi Asuka dengan tatapan dalam, terlihat dari raut mukanya dia masih menyimpan kesedihan yang dalam. Apa cerita waktu itu masih membekas di dalam pikirannya? Aku tidak tahu pasti. Hal yang terjadi berikutnya mereka berdua menjadi akrab, Sayaka dan Asuka kebetulan memiliki sifat yang agak mirip. Jadi tidak salah jika mereka gampang akrab.
Bunyi bel tanda kami harus berpisah, Sayaka sangat senang dan bilang besok akan datang lagi ke sini membawakan apel kesukaan Asuka. Dia hanya tersenyum saat mendengarnya. Saat pulang sekolah Sayaka masih membahas tentang Asuka, padahal mereka baru saja bertemu tadi di jam istirahat.
Hari-hari selanjutnya menjadi hari yang menyenangkan bagi Sayaka, dia seperti mendapatkan sahabat baru. Semua cerita dikelasnya diceritakan kepada Asuka. Akibatnya sekarang Sayaka sering digossipkan suka berbicara sendiri, sama sepertiku waktu itu. Ketika kami bersama, kami berdua memang duduk berhadapan dengan Asuka jadi wajar jika siswa lain melihat kalau Sayaka sedang berbicara sendiri.
Setiap kali kami bersama, aku semakin curiga terhadap Asuka. Sayaka mungkin tidak menyadarinya tetapi aku rasa Asuka memang menyembunyikan sesuatu. Aku ingin sekali menanyakan tetapi takut menyinggung perasaannya.
“Asuka, boleh aku menanyakan sesuatu?” Sayaka berbicara pelan.
“Yah.”
“Kamu tidak apa-apa? Kamu kelihatan murung,” memamerkan senyuman hangatnya. Ternyata Sayaka menyadarinya juga kalau Asuka berbeda dari biasanya.
“Murung, tidak kok. Lihat aku tersenyum lebar,” memamerkan gigi-giginya yang tersusun rapih. Lalu melanjutkannya, “Eh bagaimana kalau kita jalan-jalan bersama bertiga?”
“Ide bagus! Benarkan Kei?”
Bagaimana mungkin kami bertiga bisa bermain bersama, orang-orang yang melihatnya akan merasa aneh. Mau bagaimana pun sudah jelas hal ini tidak bisa dilakukan kecuali Asuka memasuki tubuh Sayaka baru semua terlihat masuk akal.
“Bukannya waktu itu Asuka masuk ke dalam tubuhku, kita pakai cara itu saja,” Sayaka paling antusias. “aku juga tidak merasakan efek samping apapun kok, mungkin kalau aku mengizinkan kesadaranku tidak akan hilang sepenuhnya. Bukan begitu Asuka?” matanya berbinar-binar.
“Um…mungkin,” jawabannya tidak meyakinkan.
“Kei kamu kok diam melulu sih,” menajamkan matanya kearahku.
“Terserah kalian saja.”
Aku dan Sayaka berpamitan ketika siswa-siswa yang lain mulai membubarkan diri dan berjalan menuju kelasnya masing-masing. Sayaka sangat tidak sabar menunggu momen itu nanti, momen saat kami bermain bersama. Kami setuju bahwa akan melakukannya di saat hari terakhir sekolah sebelum libur musim panas.
Kami berdua berjalan beriringan menuju kelas, langkah Sayaka tiba-tiba terhenti saat melewati kelas 3B. Dia mengucapkan sesuatu, suaranya pelan sampai aku harus mendekatinya.
“Tolong aku…Kei,” wajahnya menghadap ke bawah. Aku pikir dia sedang bercanda sehingga membuatku acuh dan berjalan lagi meninggalkannya. “Aku mohon!” siswa-siswa lain yang kebetulan sedang berada disekitar melihat ke arah kami berdua, lalu Sayaka mengangkat wajahnya ke atas.
“Asuka…,” aku bergegas menariknya dan membawanya menjauh dari kerumunan. Sekarang kami berada di tangga penghubung lantai 1 dan 2,di sini sudah keadaan sudah sepi. “Apa yang terjadi?”
“Aku…aku ingin kembali. Kembali dengan tenang, kamu pasti bisa melakukannya Kei,” memaksa untuk tersenyum walaupun wajahnya dipenuhi oleh air mata.