“Maafkan aku Kei, semua ini salahku,” dengan ucapan lirih. “jika aku tidak memunculkan diri saat itu mungkin kehidupan kamu dan Sayaka jauh lebih tenang.”
“Tidak, semua sudah terjadi,” aku mencoba membelanya.
“Aku merasa kasihan, kenapa kamu selalu menyendiri setiap berada di sekolah. Seringkali Sayaka harus meninggalkan temannya hanya untuk menemani kamu Kei. Apa kamu tidak merasa kesepian?” aku menggelengkan kepala karena aku sudah terbiasa dengan hal itu. “benarkah?…tapi apakah kamu tahu Kei, di sini aku merasa sangat sepi. Kadangkala aku rindu memiliki sebuah teman, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak bisa melihatku, mungkin itu alasan aku menampakkan diri waktu itu. Aku harap aku bisa memiliki teman dan kamu tidak akan merasakan kesepian lagi. Ternyata aku egois yah Kei…”
“Asuka…”
“Mungkin aku melakukannya agar aku yang tidak kesepian,” mencoba tersenyum, “sewaktu kita bermain bersama aku pulang kerumahku. Untuk memberitahu kepada Ibu dan Ayah bahwa aku tidak kesepian lagi, aku mendapatkan teman baru. Tetapi….,” dirinya diam sesaat dan tangisannya semakin pecah.
Dari kejauhan terlihat dua orang sedang berjalan ke sini, aku bisa mengenali siswa yang satu. Dia adalah ketua kelasku, berarti dia sudah diperintahkan guru untuk membawaku kembali ke kelas. yang satunya seorang siswa, mungkin ketua kelas dari kelasnya Sayaka. Kalau mereka melihat Sayaka menangis hebat seperti ini maka kemungkinan besar mereka mengira bahwa aku dan Sayaka terlibat pertengkaran. Aku sendiri tidak bisa menenangkan Asuka saat ini.
“Ibu…, Ibu duduk dikamarku. Sambil memegang fotoku saat aku baru saja mengenakan seragam smu ini,” Asuka melanjutkan. “lalu Ayah datang menghampiri dan berkata ‘Bu, relakan dia. Asuka sudah tenang di surga.’ Aku tak kuat menahan tangis lalu aku berlari pergi dari rumah. Karena itu Kei…”
Dua ketua kelas sudah berada di belakang Asuka, “Kalian berdua ini,” ketua kelasku berbicara. “bisakah kalian menyelesaikannya setelah pulang sekolah? Oh iya Kei, guru mencarimu. Dia tidak bisa mengajar kalau murid dikelasnya tidak komplit.”
Ketua kelas Sayaka duduk disebelah Asuka yang merasuki Sayaka, “Kamu tidak apa-apa? Wajahmu sangat pucat Sayaka,” dia menempelkan tangannya ke dahi Sayaka. “Astaga…, tubuhmu dingin sekali. Kei! Kenapa kamu membiarkan dia seperti ini?” lalu aku dimarahi.
Ketua kelas Sayaka membawa Asuka ke ruang uks sekolah sedangkan aku ikut dengan ketua kelas kembali mengikuti kegiatan belajar. Saat di kelas aku diceramahi oleh guru, beruntungnya aku tidak dihukum, dan guru mempersilahkan aku duduk. Sepulang sekolah aku diberitahu oleh ketua kelas Sayaka bahwa Sayaka diizinkan pulang terlebih dahulu. Dia ingin mengantarnya tetapi Sayaka bilang kalau pulang ke rumah dia masih sanggup.
Aku pulang sendiri, entah mengapa saat pulang aku merasa sepi. Aku tidak berkunjung ke rumah Sayaka karena aku yakin Asuka masih merasuki tubuh Sayaka. Karena kalau dia sudah keluar pasti Sayaka akan langsung menghubungiku dan menanyakan apa yang terjadi. Sesampainya di rumah aku mengistirahatkan diri, teringat dengan apa yang dikatakan oleh Asuka barusan. Tanpa sadar aku sudah membuka beberapa situs yang isinya bagaimana cara agar arwah penasaran dapat kembali dengan tenang.
Aku baca satu-persatu, kebanyakan dari situs yang aku buka dikaitkan dengan istilah-istilah paranormal. Ada satu situs yang memberikan cara yang paling mudah untuk masalah ini yaitu ‘buat arwah penasaran itu senang dan buat mereka lupa bahwa mereka adalah sebenarnya adalah orang yang sudah tiada’.