Ternyata Naim dicurigai menderita kanker darah atau Leukemia, dan disuruh konsul pada dr. Gunarto SpA yang ada di Salatiga Isnaeni dan Slamet tak mengerti sakit apa itu …….kok namanya aneh. Setelah bertemu dengan dokter Gunarto Isnaeni baru mengerti tentang penyakit anaknya.
dr.Gunarto : ” Hallo..Naim…gimana masih lemas…? ”
Naim yang agak malu-malu mengangguk sambil memeluk ibunya, tangannya tak henti memainkan robot-robotan.
Naim : ” Kepala sudah tak pusing….! ” dokter Gunarto tertawa…
Isnaeni : ” Naim lagi malas makan dan hanya mainan dan tidur saja sepanjang hari ”
dr Gunarto : ” Kasih makanan yang lunak-lunak saja..jangan yang keras-keras..kasihan nanti giginya berdarah lagi…”
Slamet : ” Iya dokter, Naim mudah capek…dan malas untuk lari…”.
dr Gunarto : ” Naim harus berolah raga ya sayang….biar tubuhnya kuat, ini pak dokter kasih vitamin biar tak muntah lagi……ya?!”
Naim mau menerima vitamin yang diberikan dokter Gunarto dan mengambil kue yang ada di tas ibunya lalu memakannya…dokter Gunarto senang melihat Naim memamerkan makanannya,
” Bagus…begitu ..makan yang banyak ya..?!” , kata dokter yang membuat Naim senang hatinya lalu mencium tangan dokter pamit pulang. Naim berlari dengan semangatnya tapi Isnaeni melarangnya terlalu semangat dan mendekati Naim untuk naik motor bapaknya agar segera pulang ke rumah.
Ketika sampai rumah bu Gondo mengabarkan kalau Juragan Ramdon datang kerumah dan menyuruh Slamet segera ke rumahnya penting katanya. Slamet istirahat sebentar , lalu pamit mertua, istri dan anaknya kalau akan berangkat kerja.
Isnaeni : ” Malam ini, ‘gak besok pagi sekalian pak…?! ”
Slamet : ” Kerjaku amat berat harus malam ini berangkat….”
Isnaeni : ” Emang ke mana pak…?”
Slamet : ” Ke Jakarta…. sama bos Ramdon saja ”
Dengan memakai tas punggung Slamet menjalankan misinya menuju juragan Ramdon yang sudah menunggunya.
Slamet : ” Maaf Juragan…ngurus anak sakit tadi….”
Ramdon : ” Terus sekarang gimana keadaannya..? ”
Slamet : ” Alhamdulillah….sudah mendingan..”
Ramdon : ” Kau bilang apa pada istrimu..? ”
Slamet : ” Pergi ke Jakarta….”
Ramdon : ” Bagus…jangan pernah beri informasi yang benar pada istrimu…. yang penting keluarga selamat saja..oh ya kamu bulan depan aku belikan mobil Xenia jika malam ini sukses ,
Slamet : ” Alhamdulillah ..insyaAllah selamat juragan….maaf juragan saya belum bisa mengemudi,,,hingga juragan setir mobil sendiri…”
Ramdon : ” Itulah.., makanya aku belikan mobil agar kamu bisa membantuku menggantikan posisi biar bisa bergantian mengemudinya ”
Slamet : ” Siap…, terima kasih juragan ”
Panther touring biru yang dikemudikan Juragan Ramdon mengalami kemacetan mau masuk tol Palimanan sehingga berbalik arah…kembali ke Semarang, dan menginap di hotel murahan Mambo di Cirebon sambil menunggu informasi dari Bandung padahal sudah jam 02.30 deburan air laut terdengar dari dalam hotel. Sebuah mobil mazda capela 616 memasuki hotel Mambo diikuti mobil civic 2010 mereka adalah bos narkoba yang akan bertransaksi dengan juragan Ramdon . Slamet dengan cepat memberikan tas punggungnya dan mendapat ganti yang baru yang berisi uang , juragan Ramdon melihat lewat jendela kamarnya dan Slamet setelah mengecek jumlah uang tersebut memberikan tanda jempol pada juragan Ramdon lalu meninggalkan hotel Mambo. Slamet langsung masuk kamar dan menghitung uangnya. Saat itu juga Juragan Ramdon langsung pindah hotel di Tegal agar nyaman tidurnya.
Jam 10 pagi Slamet sudah bangun persiapan pulang, juragan Ramdon langsung mandi dan menyuruh Slamet menunggui tas punggung barunya. Setelah sarapan yang dihidangkan dikamarnya disantap habis segera pulang arah Semarang langsung ke Salatiga. Juragan Ramdon membelikan xenia 2013 sebagai hadiah kelancaran kerja Slamet, yang diantar langsung kerumah Juragan Ramdon. Setiap hari Slamet latihan mobil yang dibantu Edward pengirim gula. Karena sudah lancar menyetir xenia Ia bawa pulang…alangkah senangnya keluarga bu Gondo mereka diajak muter-muter Salatiga bersama Slamet suami Isnaeni dan juga Naim.
Warung tempat jualan bu Gondo menjadi garasi untuk memparkir xenianya, jualan Isnaeni dipoles Slamet menjadi Warung Makan Bu Gondo .Dia yang memasakkan setiap masakan sedangkan Isnaeni meladeni pembeli baik yang makan di situ atau dibawa pulang.
Pelanggan A : ” Bu …njenengan aslinya mana…?
Isnaeni : ” Saya asli sini saja…Salatiga..”
Pelanggan A : ” Berarti bu Gondo hafal yang makan dan beli di sini dong…?! ”
Isnaeni : “Saya bukan bu Gondo, saya anaknya Ya ada yang kenal dan ada orang lain kan warung kluar masuk, seperti sampeyan….kan baru makan disini” Orang itu tak enak ,karena baru makan dan kenal terlalu banyak tanya dan Iapun diam. Bu Gondo memasukkan koyor yang sudah matang, baunya harum sekali sehingga orang itu ingin merasakan koyor yang baru matang.
Pelanggan A : ” Waaah saya ingin mencoba koyornya…”
Isnaeni : “Waaah…nambah ya…ini silahkan..diincipi kalau enak boleh nambah ” Pelanggan itu berkenalan yang bernama Warsono dia seorang intelejen di kepolisian.
Iskandar : ” Makasih mbak, saya sering lewat sini..dan saya akan mampir kesini..kebetulan cocok masakannya ”
Isnaeni : ” Ya makasih pak polsi…selamat bertugas..”
Warsono dan dua temannya langsung keluar untuk kembali ke markasnya .
Hujan amat kencangnya Slamet yang sedang membawa mobil pergi ketemuan di Mranggen menemui tuan tanah yang bernama pak Yoso untuk bernegosiasi harga tanah, mereka akhirnya menyetujui harga tanah yang ditawar oleh Juragan Ramdon dan langsung dibangunnya khusus dibangun untuk bisnis haramnya dan yang menenpati Slamet kadang Isnaeni pernah nginap disana. Tujuh bulan bangunan itu kini berdiri megah untuk keamanan usaha bangunan tersebut kepemilikannya atas nama Slamet.
Warga Mranggen senang memiliki bangunan yang megah yang mempercantik Mranggen, tapi Isnaeni tak betah tinggal disana karena amat bising. Mranggen sudah menjadi daerah yang maju , Ramdon banyak membangun supermarket dan sekolah SMA serta universitas swasta. Bisnis tetaplah bisnis dengan ganja Slamet merasa nyaman dan sudah terbiasa melakukan bisnis haram yang sudah menjadi kehidupannya ,tapi dasar Slamet dia meracuni Masyarakat Mrangen dan membuat bangga dengan membangun masjid agar percaya bisnisnya.
Maulana dan Jafar merasa iri atas kemajuan Slamet dan berharap Juragan Ramdon mau merekrutnya agar seperti Slamet. Ramdon sebenarnya merasa bisnisnya sudah diawasi polisi makanya segera membangun Mranggen tapi mereka tak mengerti dan hanya Slamet yang tahu makanya apapun yang dilakukan Juragan Ramdon diturutinya dan tak mau mempersulitnya yang membuat Ramdon leluasa bergerak.
Ramdon mengikuti alur Slamet yang slow dalam bermasyarakat dan memilih satu orang generasi penerusnya tapi belum memberikan tugas dan musti harus lebih hati-hati bahkan Slamet tak tanggung-tanggung merekrut aparat untuk melindungi bisnisnya .
Ramdon memperkenalkan Kransabling dari negara Thailand yang datang di Indonesia memakai pesawat pribadi dan memilih Semarang untuk tempat tinggalnya dan kali ini datang ke Mranggen menyempatkan bertemu dengan Slamet intuk menjalankan bisnisnya.
Naim akhirnya melakukan tranfusi darah karena penyakitnya dengan badan yang pucat dan tak mau makan, atas petunjuk dokter Gunarto Isnaeni menerima kalau memang harus demikian. Slamet merasakan segar badannya setelah melakukan tranfusi darah dan nafsu makannya bertambah.
dr.Gunarto : ” Gimana Naim…, segar kan…badanmu tak lemes lagi…”
Naim : ” Iya dok..tapi apakah Naim akan tranfusi lagi….?”
dr.Gunanto : ” Kalau badanmu terlalu lemas dan tak ada daya ya harus tranfusi darah ”
Slamet begitu mendengar anak sulungnya karus segera menjalani tranfusi menuju Salatiga dan membawanya ke Semarang , Naim yang kini klas dua SD sangat sedih karena harus bolak-balik Semarang Salatiga untuk menjalani tanfusi darah. Dia memandangi kuku-kukunya yang sudah memerah habis tranfusi yang sebelumnya pucat sekali kahkan seluruh tubuhnya terasa capek, makanpun tak banyak. Naim sudah berupaya makan banyak tapi hasratnya tak bergairah serta malas mengunyahnya karena giginya sakit untuk mengunyah.
Naim : ” Buk…mengapa sakit Naim seperti ini…..?”
Isnaeni : ” Sabar ya sayang… sini ibu elus bagian mana yang sakit…? ” . Slamet menangis melihat putranya , bu Gondo memapah Slamet keluar karena kasihan kalau Naim melihatnya , Satu kantong darah belum bisa membuat Naim beranjak, baru setelah ditambah satu kantong lagi Naim bisa berjalan-jalan lagi. Naim senang dan mencium bapak, ibu serta neneknya.