Juragan Ramdon memakai daster pemberian Slamet dan terpaksa mengubah penampilannya dengan naik angkot ia menuju pasar Peterongan dengan bersandal jepit dan hanya membawa dompet dan tas belanja milik Isnaeni sedangkan tas kopernya masih dihotel Sriwijaya tempatnya menginap. Petugas hotel merasa heran dengan penampilannya tetapi karena Ramdon sudah terbiasa sama petugasnya sehingga mereka paham dan Ramdon selalu memberikan tip buat mereka semua.
Naim berangkat ke kampus dan disusul Slamet menuju hotel Sriwijaya karena juragan Ramdon akan segera berangkat ke Meksiko, Slamet menyarankan berhati-hati ke Bandara, dia membawakan semua barang-barang juragan Ramdon yang mengatakan kalau Ramdon akan lama di Meksiko dan mengurusnya di Australia selama seminggu.
Slamet : ” Jadi ini juragan akan ke Australia dulu…?”
Ramdon : ” Iya Slamet kemungkinan aku akan sangat lama di Meksiko…jaga kesehatanmu saja ya…”
Slamet mengantarnya keluar dari hotel dan langsung balik menuju Ungaran, hatinya begitu lega dengan kepergian juragan Ramdon yang membuat ketar-ketir ketenangannya.
Naim meradang gara-gara Slamet kedapatan berfoto dengan Ramdon di hotel Sriwijaya yang namanya mulai membuat telinga Naim memanas…karena tertulis ” Siapa yang ada dibelakang Ramdon ? “.Foto yang diambil sembunyi-sembunyi itu memang kurang jelas dan tampak samar karena hanya memfokuskan Ramdon sang Raja Ganja dari Meksiko. Koran itu tersebar dan sampai ditangan Slamet.
Naim : ” Pak…! ini siapa dibelakang Ramdon…?! ”
Slamet : ” Siapa….? bapak tak tahu…memakai jas dan berdasi…entahlah….mungkin temannya yang lain…bahkan mungkin orang tak dikenal ”
Naim : ” Ini seperti bapak….tapi memang bapak tak memiliki jas macam ini…?! ” Naim juga ikutan bingung karena Slamet tak mengakuinya.
Slamet dalam hatinya bingung sendiri sepertinya posisi seperti itu adalah dirinya tapi kenapa kok bisa berfoto disini….?, terus siapakah yang memfotonya…? Slamet bingung sendiri ..saking bingungnya dia menabrak Isnaeni istrinya yang masih menata makan siang akibatnya tumpah sayur yang mau dihidangkan.
Naim : ” Kenapa buk….kok tumpah…melamun ya…kalau mau libur ..libur saja….tak usah bingung …kan ada Yahmi yang mengolah makanan restorannya….”
Isnaeni : ” Iya lee…ibuk akan istirahat bersama bapak melihat kebun yang disebelah timur karena sudah siap di panen..ikut sekalian apa…?”
Naim : ” Tidak buk…nanti Naim sidang skripsi…mohon doanya ya….pak/ buk ”
Slamet : ” Semoga diberi kelancaran ya lee….”
Naim : ” Aamiin pak, ..buk ”
Isnaeni : ” Sing tenang di depan dosen…..berarti Wicaksono ikut mengujimu juga dong…”
Naim : ” Iya..bahkan akan membantuku….jika ada pernyataan yang salah…semoga saja tak ada…”. demikian Naim menjelaskan.
Ramdon sampai Bali , dia tak berani ke Jakarta yang sarat keamanan. Ramdon mengendarai bis karena takut ketahuan polisi dan mempersiapkan paspor palsu yang sudah dipersiapkan dari Meksiko, Ramdon menginap di hotel beristirahat sehari untuk menjaga kesehatan dan kebugaranya. Sedikit cekcok dengan petugas bandara tentang ke emigrasian Ramdon karena memakai nama Ramdon yang sedang diawasi pemerintah, Ramdon lolos karena sedikit uang mel saja demi keamanannya dan pesawat segera take off menuju Sydney Australia disana dia sudah ditunggu komplotannya diterminal kedatangan. Chintya menyambutnya dia adalah bandar narkoba dan sudah mengamankan Ramdon.
Chintya : ” Apa enaknya di Indonesia namamu sudah merah disana ”
Ramdon : ” Ya benar…..aku harus memastikan sendiri keamanan tersebut serta berpamitan dengan Slamet dimana anaknya hendak memidanakan aku..”
Chintya : ” Disini kau aman wilayah Canbera sudah aku kuasai ” sambil mencium Ramdon sambil merokok. Ramdon masih penasaran saja sama Chintya karena selalu merayunya.
Ramdon : ” Berapa ladang ganja siap panen…? ” . Chintya memberikan catatannya untuk dicek Ramdon.
Chintya : ” Ini sedang dipanen..bos akan melihatnya…?”
Ramdon : ” Itu adalah urusanmu…aku mau istirahat dahulu…karena aku mau ke Meksiko mengecek penanaman dan pengolahan yang sedang berlangsung”.
Chintya : ” Boss tak usah ke kemana – mana nikmati saja hidup ini sepuas-puasnya tanpa rasa takut ….saya akan selalu menjaga keamanan boss ” Ramdon tersenyum sinis dan menampar Chintya dengan marah
Ramdon : ” Yang mengatur aku….!! bukan kamu…!! ” Chintya meminta maaf pada Ramdon dengan takutnya sambil memegang kaki Ramdon.
Slamet bersama keluarga hendak liburan ke Bandung merayakan kelulusan Naim anaknya.
Naim : ” Aku lega karena bapak sudah terlepas dari Ramdon yang amat membahayakan…”
Slamet : ” Iya Lee…aku juga sudah tenang sejak kepergiannya ”
Naim : ” Sedekat apa hubungan bapak dengan Ramdon…? ”
Slamet : ” Bapak hanya karyawan yang diperintah saja….hanya itu..”
Naim : ” Sebenarnya Naim ragu…karena bapak membela Ramdon sedemikian rupa…”
Slamet : ” Tidak…bapak hanya sekedar menolong saja…karena Juragan Ramdon meminta tolong pengawasan gula impornya..”
Naim : ” Tinggalkan saja bisnisnya …kita fokus pada pertanian anggur yang sudah berkembang saat ini..”
Slamet : ” Iya…akan aku serahkan pada Edward dan Maulana ”
Naim memberitahukan kalau saat-saat ini harus hati-hati karena polisi sedang mengawasinya karena foto yang ada dikoran tersebut dan harus bersifat netral…sambil menyetir mobil Naim bercerita sementara Isnaeni menyarankan Naim segera berumah tangga.
Isnaemi : ” Kapan to Lee..kamu menikah…mbok kenalkan sama ibu dan bapak pacarmu itu…”
Naim : ” Dia sedang ambil S2 untuk gelar MM nya karena dia orang ekonomi agar membantu bapak..”
Isnaeni : ” Owh …kamu hebat nak…bapakmu pasti senang…ya ‘gak pak….?! ” ternyata Slamet tertidur dan mendengkur keras
Naim : ” Bapak sebenarnya pusing kalau Naim tanya tentang Juragan Ramdon…sebenarmya apa yang sudah terjadi selama ini buk…?! ”
Isnaeni : ” Kalau boleh jangan dulu kau berceritra juragan Ramdon, bapakmu ingin kepergian kita untuk merayakan kelulusanmu jadi singkirkan dulu urusan Ramdon…bagaimana…? ”
Naim : ” Baiklah….Naim terlalu menggebu-gebu jika mendengar berita dari siapa saja tentang narkoba yang beredar di bumi Parahiyangan yang melibatkan oknum tak bersalah sampai terpenjara bahkan masuk Nusakambangan sampai terpidana mati ”
Isnaeni : ” Yah itulah ….karena kamu yang sedang gigih-gigihnya memberikan sosialisasi tentang narkoba, bahkan sekarang kau memilih pengacara Hukum Pidana menambah wawasan yang amat luas ”
Naim : ” Ya buk..mungkin sudah suratan yang diatas sana Naim harus memilih disini ”
Isnaeni : ” Ya….tapi bantu bapakmu jangan sampai memikirkan yang berat-berat….”
Naim : ” Bapak itu kuat…. orangnya juga sabar, Naim percaya bapak bisa mengatasinya…dan tak mudah frustasi..Naim ingat waktu operasi sumsun tulang belakang…Naim menangis karena kesakitan sementara badan Naim lemas sekali bapak begitu menghiburku sampai selesai operasi sumsun tulang belakang bapak tak pernah pergi dari sisiku malah ibu pingsan karena tak tega melihat aku sakit dan merintih kesakitan ”
Isnaeni : ” Omong-omong masalah penyakit Leokimiamu, apakah masih kumat lagi…?”
Naim : ” Sampai saat ini aku baik-baik saja buk, bisa lulus kuliah dan segar bugar, karena sel induk yang di cangkokkan dan dibuat prof Soemantri tlah tumbuh dan memproduksi dengan baik sel-sel darah merah ,mungkin begitu buk…sayang sekali profesor Soemantri sudah meninggal…”
Isnaeni : ” Iya Naim …operasi kamu yang membiayai Juragan Ramdon…maaf ibu baru menceritakan saat ini padamu..karena sangat banyak urusan waktu itu karena kasus Mranggen yang bertepatan dengan Juragan Ramdon ketipu orang Thailand dan bapak yang membantu menjualkan aset-asetnya, ibuk dengar rumah yang berada diUngaran akan diserahkan padamu..sebagai hadiah kelulusanmu ” Naim berhenti sebentar karena sebentar lagi masuk kota Bandung dan makan malam sekalian biar dihotel langsung tidur. Slamet terbangun dan meminta kopi dan bergantian mengemudinya.
Slamet : ” Kamu istirahat biar bapak yang mengemudikannya…”
Naim : ” Baik pak…naim langsung istirahat…ibuk juga…hotelnya sudah dikontak pak ? ”
Slamet : ” Sudah…kamar sweet room sudah ready di Ibis hotel “. Mereka semua memasuki hotel dan beristirahat dengan nyamannya.