“Kapan kamu punya anak?”
Mungkin itu satu-satunya pertanyaan favorit ayahku
Terlahir di keluarga yang kaya raya dimana wanita hanya dijadikan sebagai alat untuk menghasilkan keturunan. Usiaku kini 28 tahun dan bagi sebagian orang mungkin aku sudah “telat”
Di tanganku kini ada foto hampir 50 pria yang berbeda. Mereka adalah kandidat suami yang dipilih oleh ayahku.
Sebagian dari mereka berinisiatif untuk menikahiku karena menginginkan perusahan Ayah. Sebagian lagi untuk menjalin ikatan kuat perusahaan ayahku dengen mereka. Ada banyak alasan yang muncul tapi yang aku tahu, aku harus memilih salah satu diantara mereka.
Karena hanya itu alasanku terlahir di keluarga ini
Aku bertanya-tanya mengapa orang lain begitu mempercayai hal tidak berwujud yang dinamakan “cinta”. Hal yang sangat tidak mungkin untukku.
Mungkin bagi orang lain aku bukanlah orang yang normal, atau mungkin juga karena aku tidak pernah merasakan apa itu rasanya ” dicintai”
Kulepas segala rasa pertanyaanku diatas dan kembali memandangi setumpukan foto pria yang ada di genggamanku.
Akhirnya aku memilih dia
Alasan terbesarku memilih pria ini adalah karena fotonya berada di tumpukan paling bawah. Ayahku punya kebiasan menaruh dokumen yang terpenting pada posisi paling atas. Jadi aku yakin pria ini punya prioritas yang paling rendah di mata ayahku. Sebagai bentuk balas dendam untuk ayahku yang memaksaku menikah, akhirnya kupilih fotonya.
Pria di foto ini adalah pria yang bisa di jumpai dimana saja. Wajahnya tidak tampan, namun dia terlihat sangat rapi dengan gaya rambut yang klimis dengan kacamatanya. Sekilas melihatnya aku terbayang kembali pada teman SMA ku yang pintar matematika dan kutu buku. Di foto itu dia bahkan tidak tersenyum sama sekali bahkan terlihat seperti melotot ke arahku.
Ekspresi datarnya yang aneh itu justru membuatku tertarik
Melihat profil di balik fotonya, aku semakin yakin untuk memilihnya
Setelah lulus dari universitas yang biasa-biasa saja dia kemudian masuk ke perusahan kecil milik kakeknya yang hidup segan matipun enggan. Dan kini telah genap 5 tahun dia bekerja keras di perusahaan itu. Demi menyelamatkan perusahaan kakeknya dari kebangkrutan, dia berinisiatif untuk menikahi orang yang bahkan mungkin tidak dia kenal. Bukan untuk ambisi pribadinya namun untuk kakeknya.
“orang yang bodoh”
Tanpa sadar aku mengucapkan kata-kata tersebut. Sungguh demi perusahaan kakeknya dia mau menikahi wanita yang bahkan dia tidak cinta? entah apakah dia itu berhati terlalu lembut sehingga menjadi bodoh?. Duh benar-benar tidak ketulungan pria ini.
“Sejujurnya aku tidak mencintaimu tapi aku bersedia menikahimu jika kamu tidak keberatan denganku”
Itulah kata-kata yang pertama kali dia ucapkan ketika kami berjumpa. Aku tidak bisa lupa betapa merah padamnya wajah ayahku ketika dia mengucapkan kalimat tersebut kepadaku. Ayahku bahkan berteriak agar aku tidak memilih dia.
Benar2 lucu sekali ketika melihat ayahku marah besar. Kumisnya yang tebal itu naik turun tidak karuan. Aku jadi puas
Disetujui atau tidak akhirnya kami menikah
ketika pesta pernikahan usai, dia mengatakan hal ini padaku
“Aku mungkin akan membunuhmu dan mengambil semua hartamu. Apa kamu yakin mau menjalani pernikahan ini?”
Ya Tuhan! entah apa karena pria kutu buku ini begitu polos atau dia terlalu banyak menonton sinetron? Jika dia benar-benar ingin membunuhku kenapa kamu harus susah payah untuk minta ijin padaku? Aku yakin dia tidak ada niat sedikitpun untuk melukaiku, namun melihat tatapan matanya yang serius aku jadi tidak tahan lagi..aku tertawa terbahak-bahak hingga perutku sakit.
“tidak masalah! ini hanyalah permainan bagiku, suatu saat kamu akan benar-benar jatuh hati padaku”
Dalam hati aku berfikir kalau ini akan jadi menarik jika dia benar-benar jatuh cinta padaku.
Meskipun aku sendiri tidak yakin akan bisa mencintainya dikemudian hari, tapi setidaknya aku bisa berakting seperti wanita yang sedang dimabuk cinta di depannya. Melihat bagaimana cara dia membenciku, dia sudah pasti orang yang tidak pandai berbohong. Dengan berakting layaknya pasangan dimabuk cinta, aku yakin wajah datarnya itu suat saat akan menunjukan ekspresi yang menarik.
“Akting untuk menarik perhatiannya”
Ketika aku membayangkan hal itu, entah mengapa tujuan awal pernikahan ini yaitu untuk menjadi mesin pencetak anak menjadi menarik bagiku. Aneh sekali
“Haruskah aku pura2 terlihat seperti sedang pergi keluar kota dan membunuhmu sekarang?kemungkinanku sukses sepertinya cuma 40%”
Ketika liburan bulan madu kami berakhir, dia tiba-tiba mengatakan hal itu padaku.
Aku tidak mengerti apa maksudnya 40% itu tapi sepertinya dia berfikir untuk membunuhku lagi. Dan lagi-lagi dia meminta pendapatku. Pria yang aneh.
Selama ini kami memiliki pekerjaan sendiri dan tidak tidur satu ruangan.Pagi itu ketika aku keluar dari ruang tidur dan turun dari tangga untuk bekerja, aku terkejut dengan apa yang kulihat..
“pagi”
“…….pagi juga?”
Dia telah sebulan menjadi suamiku dan tidak pernah bersikap seperti ini. Aku benar-benar terkejut dan kehilangan kata-kata. Melihatku yang terdiam tanpa kata, dia menegurku dengan wajah datarnya ” jangan diam saja, kamu ngga telat ngantor?”
Tegurannya itu kembali menyadarkanku. Aku pun berjalan keluar rumah, ketika aku sampai didepan pintu aku berbalik dan mengatakan.
“Sampai ketemu nanti sore?”
“Uhm”
Dia hanya menganggukkan kepalanya.
Alasanku terkejut adalah aku tidak yakin apakah dia bangun pagi hanya untuk menyapaku dan melihatku berangkat bekerja atau tidak. Dia cuma mengangguk dan tidak mengatakan apapun padaku. Namun ketika aku menutup pintu, aku mendengar suaranya yang tidak mungkin akan aku lupakan.
“hati-hati di jalan”
Hanya kalimat itu, namun itu sangat berarti untukku.
Melihat masa hidupku yang lalu, aku tidak pernah merasakan cinta. Ibuku meninggal ketika melahirkanku menyisakan ayahku sebagai satu-satunya keluargaku. Namun ayahku adalah orang yang gila kerja dan jarang berada di rumah. Waktuku bertemu dengan ayah bahkan bisa dihitung dengan jari.
Tapi bagiku itu tidak menjadi masalah. Tinggal bersama pembantu sebetulnya tidak terlalu buruk. Pembantuku yang seusia nenek terlihat perhatian padaku. Aku jadi terbiasa hidup tanpa ayah dan ibu.
Ketika aku beranjak SMP, pembantuku meninggal dan ayah berjanji untuk mencarikan pembantu baru. Aku menolaknya, pembantuku adalah keluarga bagiku dan posisinya tidak akan pernah tergantikan.
Tapi sepertinya ayah tidak mau tau dan mencarikanku pembantu baru meskipun tahu aku menolaknya.
Dan Kehidupanku yang sendirian pun dimulai sejak saat itu.
Rumahku begitu besar tapi juga menyedihkan. Semua serba kulakukan sendiri. Ayahku yang sangat jarang berada dirumah bahkan sangat jarang berbicara padaku.
“Kalau aku mati, akankah ada orang yang tau dan bersedih?” pertanyaan itu terus berulang-ulang muncul di benakku hingga pada akhirnya kini aku jadi terbiasa “hidup sendiri”
“hati-hati di jalan”
Itu adalah kata-kata kecil yang aku rindukan sepanjang hidupku.
Lebih lagi itu datang dari mulut suami yang tidak mencintaiku sejak sebulan lalu menikah, dan mengancam membunuhku 2 minggu lalu.
hariku jadi terasa sangat lucu dan aneh, namun juga ada perasaan hangat yang muncul.
Aku tanpa sadar tersenyum, masuk ke dalam mobil dan teringat wajah suamiku yang masam itu. Pikiranku dipenuhi dengan cara agar dia jatuh hati padaku. Itu pasti lucu.
Pernikahanku mungkin baru sebulan tapi ini terasa menarik terlebih ketika aku memilih kado kejutan untuknya sekarang,
“Kemungkinan aku jatuh cinta denganmu untuk setengah tahun kedepan mungkin sekitar 0,5%”
Hanya itu kata-katanya saat akan menerima kado kejutan dariku ketika makan malam.
Oke, itu artinya mungkin akan butuh waktu yang sangat lama untuk melelehkan hatinya yang sekeras baja itu. Sejujurnya aku tidak terlalu terkejut karena semua itu masih ada dalam perkiraanku.
Kuteguk segelas air dan bersikap seperti tidak peduli dengan apa yang di ucapkannya barusan. Tapi sepertinya dia tidak senang dengan sikapku dan jadi sedikit tersinggung.
“Aku yakin sebenarnya kamu cinta padaku” ujarnya
Oh My GOD!, kata-katanya barusan benar-benar membuatku melongo.
Aku yakin dia hanya ingin membuatku marah dan berfikir kata-katanya diawal akan membuatku salah tingkah. Sayangnya tidak! dan kini dia bahkan berani bilang aku jatuh hati padanya?
“uhm…jadi kapan kamu berniat akan membunuhku lagi?”
ketika aku menanyakan hal yang provokatif tersebut, dia menjawab dengan suara sedikit serak dah lemah. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan bertanya seperti itu
“Kamu ingin aku membunuhmu?”
“Sejujurnya nggak, aku lebih ingin dicintai daripada dibunuh”
Tanpa dipungkiri itu adalah perasaanku yang sebenarnya
Di depan mataku, dia membuka laptopnya dan membuka suatu program kalkulasi. Program itu sepertinya memiliki judul ” probabilita aku dapat membunuh istriku tanpa ketahuan”
Aku mengerti sekarang, jadi dari program itu dia bisa mengatakan 40% dsb padaku. Aku tahu dia sangat pandai berhitung namun aku tidak menyangka dia dapat membuat program seperti itu.
Setelah lama terdiam, aku berikan kado kejutan yang membuatku menghabiskan waktu 1 jam lebih itu untuknya. Aku tahu dia sangat merawat kacamata miliknya itu. Jadi memilih main aman, aku belikan tempat kacamata untuknya.
Hitam dibalut dengan ukiran yang indah dan teruliskan namaku dan namanya. Jika dibilang itu adalah barang mewah maka tidak bisa dibilang seperti itu karena barang seperti itu bisa dijumpai dimana saja.
Dan dia membuangnya begitu saja ketempat sampah
Aku terkejut, Benar-benar terkejut. Aku tahu ini hanya akting agar dia jatuh cinta padaku namun sikapnya benar2 diluar perkiraanku. Seharusnya aku tidak perlu merasa marah namun tanpa sadar aku menggigit bibirku dan terdiam. Dia kemudian buru-buru kembali ke ruang kerjanya sementara aku membisu seorang diri diruangan ini.
Itulah satu bulan pertama pernikahanku, dan tanpa sadar kini telah berjalan setengah tahun. Aku terus melanjutkan aktingku sebagai istri yang sangat cinta pada suaminya dan sepertinya dia tetap selalu mengecek program probabilitanya setiap hari.
“Hari ini probabilitasnya 17%”
Setiap hari dia melaporkan probabilitas itu padaku. Awalnya aku merasa curiga apa sih maksud dan motivasinya. Tapi sejujurnya, aku sudah terbiasa dengan hal itu. Singkatnya karena itu adalah yang selalu menjadi awal mula percakapan kami.
“Sayang, Hari ini hasil probabilitasmu naik 2 persen dari kemarin, selamat! Hari ini aku juga mengalami hal yang menyenangkan. Lihat! ayam goreng mentega..itu kesukaanmu kan?”
“Uh…kamu benar, tapi kadang aku jadi takut sama kamu”
“Huh? kenapa sayang?”
“Entah”
Melihat senyumku padanya, dia kemudian duduk dan menyantap makan siang bersama
Setiap siang, setiap makan bersama, aku akan selalu membuatkan makanan yang hanya dia suka. Itu bukan karena aku mengikuti ajaran nenek-nenek di televisi yang mengatakan ” kalau ingin lelaki jatuh hati padamu, buat perutnya jatuh hati terlebih dulu”. Tapi memang karena aku ingin dia melihatku sebagai sosok istri yang sempurna.
Dia itu pria yang gampang sekali ditebak apa yang disuka dan tidak. Karena sifatnya yang mungkin polos dan tidak bisa bohong, ketika menyukai sesuatu dia akan menggaruk hidungnya dan ketika dia benci sesuatu dia akan menggerakan kacamatanya dan menurunkan alisnya.
“Gimana? enak kan ayamnya?
“Ya begitulah….”
sepertinya dia menyukai makan ini karena dia terlihat menggaruk hidungnya.
Dan setahun pun berlalu begitu saja
Ayahku terus menelpon dan makin memaksaku untuk segera memiliki keturunan. Namun dia tidak tahu kalau kami bahkan tidak tidur seruangan. Yang jelas tidak mungkin kami akan memiliki anak saat ini. Anak tidak bisa turun dari langit begitu saja kan?
Ketika aku menjelaskan hal itu pada ayah, sudah pasti beliau marah bukan kepalang. Dan hari ini tanpa diundang dia datang kerumah kami dengan wajahnya yang muram.
Dia begitu marah pada suamiku dan menuntut penjelasan darinya. Dan dengan ekspresi datar, suamiku mengatakan hal ini.
“Saya tidak ada niat untuk menyentuh Luna. Saya tidak mencintanya dan saya ragu kalau dia ingin saya sentuh. Wanita bukanlah alat untuk mencetak anak. Jika itu alasan anda menikahkan Luna pada saya, maka andalah yang sebetulnya membuat kesalahan fatal. Kalau anda tidak puas maka ijinkan saya menceraikannya dan tolong nikahkan Luna dengan pria yang benar-benar dia cintai dan mencintainya.
Ucapannya membuatku dan ayah terdiam.
Ayahku pulang begitu saja dan ku siapkan secangkir kopi untuk suamiku
“terima kasih”
itu ucapan tulus yang kuberikan untuk suamiku
“aku tidak mengerti kenapa kamu berterima kasih”
“terima kasih karena telah memikirkan perasaanku”
sambil meneguk kopinya dia berkata dengan sedikit gelisah
“aku….hanya ingin kita bercerai”
Selama setahun membina rumah tangga dengannya, sejujurnya dia adalah pria yang baik namun dia sendiri tidak menyadarinya dan tidak pandai mengekspresikannya.
Aku ingin sekali lagi berterima kasih padanya, namun ucapan yang keluar dimulutku justru malah sebaliknya
“Oh? jadi sekarang kamu ingin kita bercerai? kalau kita bercerai sekarang kamu tidak akan pernah ada kesempatan untuk membunuhku dan kamu bisa lupakan semua uang-uang itu yang akan menyelamatkan perusahaan kakekmu”
“……betul, aku juga tidak ingin demikian”
“lalu apa rencanamu kedepan?”
“Jika aku katakan tentu kamu akan kabur karena tidak ingin dibunuh kan?
“Sebagai istrimu, aku akan siap menerima apapun darimu. jadi jangan pandang remeh aku”
“meskipun aku benar2 akan membunuhmu?”
aku berjalan kearahnya dan mengambil cangkir kopi darinya dan meneguknya.
“Bahkan kalaupun kopi ini berisi racun, akun akan meminumnya”
ketika aku mengatakan hal itu dengan senyum, dia tertawa terbahak-bahak. Tunggu, ini mungkin pertama kalinya dia tertawa seperti itu. Tawa yang tulus tanpa ada beban dibelakangnya. Dan setelah puas tertawa, dia menghampiriku.
” jadi bisakah kamu membawakanku secangkir kopi lagi? tanpa racun kalau bisa”
“aku tidak pernah memberikanmu racun sayang”
Setelah aku mengatakan hal itu, ekspresinya kembali datar dan melihatkan wajah yang kesepian lagi. Jadi, aku memutuskan untuk membuatnya tertawa kembali dikemudian hari.
Aku tahu ini hanya sekilas, tapi sepertinya justru aku yang jatuh cinta padanya.
Aku seharusnya mencampakkannya dikemudian hari, tapi aku malah jadi merasa kasihan.
Aku masih tidak mengerti apa itu cinta, tapi aku tau dia sangat berarti bagiku sekarang.
3 tahun berlalu namun aku masih memainkan permainan untuk membuatnya jatuh cinta padaku. berpakaian dan bertingkah sesempurna mungkin di matanya.
Sejauh ini, sekarang aku hanyalah wanita yang dimabuk cinta. Namun kesombonganku menolak untuk mengakuinya.
Dia pun mulai berubah sedikit demi sedikit. Kami berdua benci memiliki pembantu jadi pada awalnya hanya aku yang bekerja mengurus rumah. Namun kadang-kadang kini dia juga membantuku. Ketika aku komplain bahwa aku lelah karena aku juga memiliki pekerjaan di luar rumah, tanpa kusadari dia mau membantuku merawat rumah.
“kalau ini berat, kamu harusnya bilang sejak awal. Aku tidak mau kamu mati karena kecapean. Aku ingin membunuhmu tanpa diketahui”
kini ketika dia mengatakan ingin membunuhku dia tersenyum sedikit.
Kami sedikit demi sedikit menjadi keluarga yang sebenarnya.
Aku begitu bahagia dan hatiku berdegup kencang ketika berharap memiliki keluarga yang hangat untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Dan ulang tahunnya pun tiba.
Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya dari pagi hingga malam. berdandan yang terbaik agar terlihat paling cantik di matanya.
Aku berfikir untuk berkencan dengannya. memalukan memang setelah 3 tahun menikah ini adalah kencan pertama dalam hidupku. Entah sejak kapan aku menginginkan hal ini.
Aku tahu dia suka akuarium akhir2 ini. Dan ketika kami menonton televisi dan melihat iklan akuarium, matanya terlihat bersinar seperti anak yang menginginkan mainan baru. Aku jadi yakin dia benar2 suka akuarium dan membelikannya sebagai hadiah ulang tahun.
Hasilnya benar2 diluar dugaanku, dia sangat menyukai kado ulang tahunku. Aku jadi sangat senang ketika melihat dia membuka bungkusan kado itu.
“Selamat ulang tahun”
“terima kasih”
Wajahnya yang tersipu malu itu sangat menawan sekali.
Setelah itu setidaknya kami berdua jalan-jalan sebulan sekali. Dimulai dari taman terdekat, hingga kini berlibur keluar kota.
Ketika aku menyiapkan makan siang, terkadang dia menggerakan kacamatanya namun tidak pernah sekalipun dia tidak menghabiskannya. Aku tahu dia tidak menyukainya jadi aku tidak akan memasakan menu itu lagi untuknya.
Siang ini, ketika aku menyiapkan makan siang dia memandangiku dan berkata
“Kamu bisa membaca pikiran?”
pertanyaannya itu aneh sekali…aku hampir tidak bisa menahan tawa. Hmm.. aku rasa kehidupan kami ini cukup menyenangkan.
Setahun kembali berlalu, keinginan terdalamku mulai meluap.
Sudah 4 tahun sejak kami menikah, kami masih tidur diruangan yang terpisah. Saat ini aku tahu dan aku mengakui bahwa aku mencintainya. Dan karena ini lah keinginanku semakin meluap. Aku ingin dia mencintaiku, aku ingin kami menjadi pasangan pada umumnya dan menjadi sebuah keluarga yang sebenarnya.
Sejujurnya aku berjuang sangat keras agar setidaknya dia memperhatikanku sedikit. Tapi dengan wajahnya yang datar aku kadang tidak bisa mengerti isi hatinya.
Karena penasaran aku teringat dia memiliki laptop dan program yang mampu mengkalkulasi apapun. Tanpa dia ketahui, aku membuka laptopnya dan memulai program kalkulasi yang sudah jarang dia buka itu.
dengan gemetar aku ketikan ” kemungkinan suami mencintai istrinya” dan kemudian kutulis namaku dan namanya.
0.0000%
itu adalah hasilnya
hasil yang drastis itu begitu mengguncangkan hatiku dan menyadarkanku
Bahwa keinginanku untuk membuatnya jatuh cinta padaku. Usahaku untuk memasak dan berdandan untuk menariknya. Caraku memulai percakapan untuk mengetahui segala tentang dirinya. Ketika aku memikirkan hal ini, aku menjadi merasa sadar. Aku melakukan semua ini untuk diriku sendiri sedang baginya mungkin ini sangat mengganggu.
Air mata menetes di pipiku
meskipun begitu aku tetap berusaha menarik perhatiannya. Aku benar-benar ingin dia jatuh cinta padaku. Berbicara padaku dengan wajah yang penuh senyum.
Dan pada hari itu tanpa tanda apa-apa
Pagi yang seperti biasa, saat dia akan berangkat bekerja aku mendengar kata2 yang biasa kuucapkan padanya.
“Sampai ketemu nanti sore”
Sekali lagi dia mengatakan itu, kali ini dengan suara yang jelas. Dan kemudian dia masuk ke mobilnya dengan terburu-buru dan pergi begitu saja.
Tanpa terasa air mataku menetes, aku benar-benar merasa bahagia.
Ah.. dia lupa membawa membawa tas kerjanya! aku kembali ke ruang kerjanya dan melihat sesuatu tergeletak di meja kerjanya.
“Sebuah tempat kacamata”
Aku tidak pernah melihatnya membeli tempat kacamata, tapi hanya dia di rumah ini yang mengenakan kacamata. Jadi aku yakin tempat kacamata ini adalah miliknya.
Aku cermati benda itu yang rasanya tidak asing bagiku. Rasanya aku pernah melihat benda ini dan ketika aku mengingat-ingat kembali jantungku berdegup kencang. Aku mengenali benda ini!
Itu adalah kado pertama yang kuberikan padanya. Benda yang dia buang ke tempat sampah begitu saja. Aku tak menyangka kalau dia masih menyimpannya hingga kini. Kugenggam benda itu di tanganku dan tanpa sadar air mataku kembali menetes.
Sejujurnya, awalnya bukan ini yang kuharapkan. Seharusnya akulah yang membuatnya jatuh hati padaku. Tapi kini malah sebaliknya, justru aku yang jatuh hati padanya terlebih dulu. Aku tidak mengerti kenapa aku jatuh cinta padanya. Ada banyak pria dengan penampilan dan personality yang lebih baik darinya. Namun diantara semua pria itu hanya dia yang mengajarkan dan memberikan aku sebuah “keluarga”
Hari itu segalanya terasa sangat indah bagiku, dipikiranku hanyalah dia… pria dengan muka datar yang tak lain adalah suamiku
Hari ini adalah hari ulang tahunku
Tidak pernah ada yang menyadari dan merayakan ulang tahunku. Aku sudah terbiasa dengan semua ini, namun untuk kali ini aku sangat berharap sesuatu akan berbeda.
Aku kesepian. Kesepian. Benar-benar kesepian.
Jika aku bahagia, aku akan mengatakan ‘Aku bahagia’.
Jika aku senang, aku akan mengatakan ‘aku senang’.
Jika aku sedih, aku akan berkata, ‘Aku sedih’.
Aku selalu menginginkan ‘keluarga’ di mana aku bisa bertengkar karena hal-hal sepele itu.
Oh ya, aku akan membeli sebuah kue
Kue yang cukup untuk dimakan 2 orang dengan lilin diatasnya
Aku ingin melakukan hal ini sekali saja . Tak terhitung berapa kali aku diundang ke pesta ulang tahun seorang teman. jadi akan kuciptakan mimpi itu di sini dan sekarang.
Aku yakin dia tidak akan mengatakan, ‘selamat ulang tahun’ atau semacamnya. Tidak masalah. Hanya duduk bersama dan memakan kue itu saja sudah cukup.
Aku jadi terlalu bersemangat dan fikiranku dipenuhi dengan apa yang akan kami lakukan nanti malam. Dengan tergesa-gesa aku turun ke dapur untuk mengambil lilin….dan tanpa kusadari
Aku terjatuh dari tangga
Segalanya mendadak menjadi gelap, tubuhku terasa dingin..tidak ada siapapun disini hanya kegelapan yang menyelimutiku.
Ah, sepertinya aku mengerti satu hal. Tuhan ingin mengatakan padaku agar jangan terlalu senang. Hidup itu terlalu rapuh, kehidupan bisa berputar 180 derajat.
Lagipula hanya 0%. Kemungkinan dia jatuh cinta padaku. Meski sekarang sudah 4 tahun aku membina rumah tangga dengannya tidak mungkin probabilitanya bisa berubah dengan drastis kan?
Dia jatuh cinta padaku adalah suatu hal yang sangat mustahil untuk jadi kenyataan dan aku rasa dia pun akan mengatakan itu padaku.
Ketika aku siuman, aku berada di sebuah ruangan dengan infus terpasang di lenganku. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku koma, yang aku tahu aku merasa sangat kesepian dan ingin menutup kembali mataku.
ketika aku kembali menutup kembali mataku, sebuah cahaya bersinar terang memaksaku berusaha kembali membuka mata ini yang lelah.
” Luna, kemungkinan kamu untuk kubunuh adalah 0% lagi, hari yang baik untukmu lagi”
Aku mendengar suaranya
Agak sedikit pelan, tapi aku yakin itu adalah suaranya.
Tunggu… dia tidak pernah menyebut namaku sebelumnya. Mungkinkah ini semua hanyalah ilusi? ah..aku yakin ini semua adalah ilusi sekarang.
“udara di luar sangat cerah, kalau kamu sudah membaik aku akan mengajakmu berkeliling”
walapun kini aku tidak bisa membuka mataku dan melihatnya sekarang, namun hal itu pasti akan terasa menyenangkan.
“aku ingin berkeliling denganmu”
Tanpa sadar aku menjawabnya. Berbicara dengan sebuah ilusi tampak sangat bodoh namun aku menikmatinya meski suaraku tidak pernah keluar..
Selanjutnya dan sejak saat itu, setiap kali aku siuman aku selalu melihat ilusinya.
“hari ini aku mencoba membuat ayam goreng mentega seperti yang biasa kamu buat dan rasanya malah jadi tidak karuan jadi aku buang begitu saja. Maukah kamu suatu saat mencicipi masakanku?”
“Tentu! karena itu adalah buatanmu, meski ada racun sekalipun pasti aku akan makan. bukankah aku mengatakan itu padamu sebelumnya?”
Aku mencoba namun suaraku tetap tidak keluar.
“Sejujurnya aku barusan memukul dokter karena dia mengatakan hal yang tidak ingin kudengar tentangmu. Aku tidak pernah menyesalinya tapi sepertinya aku harus minta maaf. Kalau kamu sudah sembuh, maukah kamu bersama-sama menemaniku untuk minta maaf padanya? aku rasa itu akan meningkatkan percaya diriku.”
“kamu sudah dewasa, seharusnya kamu bisa minta maaf sendiri”
“Oh ya, Barusan juga aku melihat bunga gazania di halaman rumah sakit. Aku rasa itu cocok denganmu dan aku rasa kita bisa menanamnya bersama-sama suatu saat?”
“ide bagus, tapi aku lebih suka bunga seroja”
Ilusi dari suamiku sering sekali mengatakan kata ” bersama”. Dan ketika aku menyadari bahwa itulah yang selalu ingin aku lakukan, aku tersipu malu.
Apa yang kami bicarakan saat itu adalah apa yang benar-benar aku inginkan. Sebelumnya aku tidak pernah menolaknya dan selalu bersikap manis didepannya.
Aku tahu itu hanya sebuah ilusi namun kalau saja itu benar-benar terjadi, aku akan sangat bahagia.
Aku tidak yakin sudah berapa kali aku siuman, namun aku merasakan kesadaranku sudah mulai kembali.
Hari ini, suaranya yang teredam terdengar jauh lebih jelas dari biasanya.
“Selamat ulang tahun kembali, aku membawakanmu kue ulang tahun yang belum pernah kau cicipi. Luar biasa bukan? kalau kamu sudah bangun kamu boleh minta hadiah apapun yang kamu mau. Tapi aku tidak tau apa yang kamu inginkan jadi jangan lupa memberitahukanku dahulu”
Aku ingin merespon kata-katanya namun suara ku tidak pernah keluar.
“Hey, probabilitasnya sekarang adalah 0%, kenapa kamu masih tertidur?”
kali ini suaranya seperti sedang tersedak, apakah dia sedang menangis? kenapa kamu menangis? ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu
“apa warna kesukaan mu? apa hobi mu?”
“kenapa kamu menangis? apa yang membuatmu kesakitan? apakah kamu sedih?”
“Apa yang kamu lakukan ketika aku tertidur disini? Apa bunga favoritmu?”
“Seperti yang kukatakan sebelumnya aku suka bunga seroja, ada apa? apa kamu bisa mendengarku?”
“Aku ingin melihat fotomu waktu masih kecil, kamu dulu sekolah dimana?
“Akan kutunjukan apapun yang kamu mau dan akan kukatakan apa yang ingin kamu tanyakan. Kamu jangan menangis”
“Aku tidak ingin melihatmu menangis”
Sekeras apapun aku mencoba suaraku tak pernah keluar, bibirku hanya terdiam dan tak bisa bergerak.
Jika dia sedang menangis, maka itu adalah tugasku untuk menghiburnya
karena aku adalah “istrinya”
Dan akupun kembali tertidur
Cahaya mentari tiba-tiba menyilaukan mata membuatku tersadar dari tidur panjang. tenggorokanku yang kering hanya meninggalkan suara yang sangat serak. Tanpa kusadari sebuah bayangan bergerak mendekatiku. Bayangan seseorang yang sangat aku kenal dan tak mungkin salah.
“Selamat pagi Luna, sepertinya kamu tidur nyenyak hari ini”
“Selamat pagi, Dave”
lagi, suaraku tidak bisa keluar dan dia kembali menangis.
Entah sudah berapa lama aku tertidur, namun hari ini aku terbangun dan semua menjadi terlihat jelas.
“apa kamu sudah memikirkan hadiah ulang tahunmu? ingin laptop baru? laptop lama sepertinya sudah rusak kan?atau kamu mungkin ingin kalung atau tas? Wanita suka pada barang yang berkilauan, tapi sepertinya hal itu tidak cocok untukmu?
Dave menanyakan hal itu padaku
“Boleh aku minta apapun?”
“Ya! aku sudah membuatmu menunggu sangat lama, kamu boleh minta apapun yang kamu mau. Tapi please, minta sesuatu yang sesuai kemampuanku. Aku tidak yakin bisa menyaingi raja minyak dari Arab”
“Oh, aku tidak punya keinginan untuk memerasmu ataupun meminta barang2 mahal”
Ketika tenggorokanku mulai terasa kering, tangannya mulai mengelus rambutku dengan lembut membuatku menjadi merasa nyaman.
“Ok! Kalau begitu katakan. Apapun itu”
“Dave, boleh aku pinjam telingamu?”
Karena aku duduk di kursi roda dan tak mampu menjangkaunya. Aku hanya bisa memintanya untuk menunduk.
Kupaksakan suaraku untuk keluar dan kukatakan padanya dengan sekuat tenaga
“Aku ingin memiliki seorang anak”
THE END