Kan udah aku bilang bahwa belajar filsafat itu Ndak melulu mempelajari alam semesta, sesuatu berasal dari sesuatu, badan itu terdiri dari atom-atom yang kemudian menyatu menjadi sebuah hal indriawi, sesuatu sudah ada sebelumnya dalam sesuatu. Hah? Rumit banget bahasanya seh!
Daripada bahas filsafat yang bahasanya rumit, lebih enak kalau aku membahas filsafat dengan ejoy, ya contohnya adalah bagaimana berdamai dengan rasa sakit.
Dalam buku Filosofi Teras, alahhhhh bosen woy, emang Ndak ada buku lain apa! Buku di aku tentunya ada banyak, tapi yang nyambung dengan pembahasan kali ini, ya buku Filosofi Teras.
Kita hidup di dunia ini, coba hitung berapa kali patah hati, berapa kali kecewa, berapa kali diancam, disakiti, ditinggal pacar nikah, di bully, dibohongi, coba hitung berapa kali? Duh! Saking banyaknya hal tersebut sampai kamu lupa, ya kan?
Sebetulnya aku bukan mengajak kalian mengingat berapa kali mendapat rasa sakit, tapi lebih mengajak kalian ini sadar bahwa kalian ini bisa melewati itu semua.
“Lah iya yah, gue udah ditinggal mantan nikah empat kali, tapi gue sampai sekarang masih bisa enjoy…”, “Lah iya yah, aku sering dikatain jelek tapi sampai sekarang aku masih bisa happy”, “lah iya yah…….”
Mau banyak-banyakan luka, wes pokoknya kamu yang paling menderita di dunia ini, anggap saja begitu. Tapi nyatanya dari beberapa luka tersebut, kalian bisa menyembuhkan sendiri kok, ya to?
Diputusin pacar, galau, lebay! Ditinggal nikah sama mantan, nangis, bikin konten tiktok, lebay! Sebenarnya kamu ini bisa untuk melewati rasa sakit itu, cuma kamu ini manja aja, jadi ya aku kasih tahu.
Dalam buku Filosofi Teras mengutip dari Marcus Aurelius seorang kaisar Romawi, dia pernah bilang “kalau ketemu timun pahit, ya buang aja”, mungkin Marcus Aurelius terlalu asing yah, mungkin lebih enak dari alm. Gusdur “gitu aja kok repot!”, Al Fatihah buat beliau.
Dari Kalimat di atas bisa disimpulkan bahwa kita kadang merespon sesuatu yang memang pernah kita rasakan, tapi selalu saja kita berlebihan, atau kita selalu merepotkan diri sendiri dengan rasa sakit, kalau ketemu timun pahit, buang aja!
Ya elah, ngomong doang, gue juga bisa! Iya gue tau itu, tapi gue bingung gimana caranya sih!
Jika kalian memulai sesuatu, simulasikan semuanya bahwa kamu itu bakal menerima hal buruk, mungkin ini paradoks berdasarkan paragraf 9, ini sebenarnya tahap kedua yang aku baca di buku itu.
Jadi, misal; kamu baru nembak cewek, dia terima kamu, simulasikan bahwa suatu hari nanti dia akan selingkuh, ninggalin kamu, manfaatin kamu, jika sudah seperti itu, pikirkanlah bahwa kamu ini bisa melewati itu kok.
Ya kaya simulasi gempa, simulasi kebakaran, fungsinya adalah ketika ada gempa atau kebakaran, kamu tahu apa yang harus dilakukan, bukan update story apalagi drama sinetron.
Mengutip dari wawancara Cania Citta “10% masalah dalam hidup kita adalah masalah itu sendiri, 90% sisanya adalah how we react to the problem”, Ndak bisa bahasa Inggris? Pokoknya artinya adalah 10% masalah yang kamu alami, itu memang benar-benar masalah, dan 90% sisanya adalah bagaimana kita menyikapinya.
segini aja, Terima kasih sudah baca tulisan ini.