Bersama hujan episode 3

Chapter 3

Aku kembali menyesap cappuccino hangat di sudut ruang itu. Ruang yang sama di sebuah café ketika aku melihatmu bernyanyi. Suasana yang sama juga seperti waktu itu. Hujan rintik-rintik. Di sudut inilah aku bisa melihatmu dengan jelas. Menikmati alunan nada yang kau mainkan melalui gitarmu, dan juga suara merdu yang tak pernah bisa kulupakan, sambil sesekali menyesap minuman favoritku.

November datang lagi. Sudah setahun yang lalu sejak kepergianmu mengadu nasib di Jakarta. Sudah setahun lalu sejak pertanyaanku tak pernah terjawab. Sudah setahun lalu sejak kamu berjanji akan mengabariku. Sudah setahun kamu tak pernah mengabariku. Sudah setahun aku mencoba menghubungimu namun selalu gagal. Sudah setahun seolah-olah kita tidak pernah saling kenal.

Sementara hujan mulai deras. Aku memesan kembali segelas cappuccino kepada pramusaji yang sudah tidak asing itu. Dia pasti tahu benar kebiasaanku untuk menikmati cappuccino hangat di sudut ruang ini. Sendiri. Aku memandang sekeliling. Tidak ada yang berubah dari ruangan ini. Sama seperti setahun ataupun dua tahun yang lalu. Yang berbeda hanya, tidak ada kamu. Itu saja.

…but if you could heal a broken heart, wouldn’t time be out to charm you…

Di suatu siang. Seminggu yang lalu.

“Berikut adalah new comer di musik Indonesia. Lagu yang berjudul ‘Andai Aku Bisa Mencintaimu’ berhasil duduk sebagai bubbling video minggu ini. Langsung saja saksikan video berikut!” terdengar suara seorang VJ dari televisi rumahku.

Aku sibuk membolak-balik majalah fashion yang baru saja kubeli. Rencananya aku akan meminta temanku yang designer itu untuk membuatkan gaun malam seperti yang dikenakan seorang model dalam majalah itu. Perkimpoian sahabat kecilku bulan depan akan menjadi saksi gaun itu pertama kali kupakai. Sayup-sayup aku mendengar suara si penyanyi baru itu. Suara yang tidak asing. Rasa-rasanya aku pernah mendengarnya. Seperti suara….

“Armo!” pekikku tak percaya.

Sosok yang selama ini menghilang dari pandanganku tiba-tiba muncul sebagai seorang selebritis baru. Armo, ternyata kamu berhasil. Tanpa sadar aku tersenyum. Ikut bangga pada keberhasilanmu. Sejenak aku melupakan apa yang pernah terjadi. Melupakan mengapa kamu berlalu begitu saja tanpa kabar apapun. Melupakan sebuah pertanyaan, yang mungkin bodoh, yang aku tanyakan waktu itu. Armo berhasil.

***
Aku meletakkan cangkir yang berisi cappuccino itu di meja. Itu cangkir terakhir untuk hari ini. Hujan mulai reda, lebih baik aku pulang saja. Sementara November Rain mengalun dibelakangku ketika aku meninggalkan café itu. Bukan dari Armo tentu saja. Tapi dari penyanyi café baru yang aku minta untuk menyanyikan lagu itu. Walau nyanyiannya tak sebaik Armo.

…’cause nothing lasts forever, even cold November rain…

***
Armo menginjak pedal rem dalam-dalam. Sore itu hujan cukup deras mengguyur jalanan utama Jakarta. Dia terjebak kemacetan yang biasa terjadi pada saat jam pulang kantor. Di mobil sedan biru itu mengalun November Rain. Lagu yang selalu mengingatkan dia pada Sinta. Dan betapa bersalahnya ia menghilang dari perempuan itu tanpa kabar. Perempuan yang cukup baik yang pernah ia kenal. Armo tak berani membayangkan betapa terlukanya gadis itu bila Armo menjawab pertanyaannya setahun yang lalu. Tidak tega rasanya menyakiti hati gadis yang memepercayainya sepenuh hati.

“Ah. Andai aku bisa mencintaimu, Sinta,” ujar Armo menggumam.

Digenggamnya tangan seseorang disamping joknya dengan erat. Seseorang yang selama ini dicintainya dengan sepenuh hati. Seseorang yang selama ini ia sembunyikan. Seseorang yang juga mencintainya dengan teramat sangat.

“Sudahlah, Mo. Suatu hari nanti kamu harus berterus terang pada Sinta,” ujar orang itu.

“Yah. Suatu hari nanti,” ujar Armo.

“Aku mencintaimu. Kamu tahu itu.”

“Aku juga begitu, Firman,” balas Armo.

Pria itu kemudian semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Armo.

Sore itu hujan deras di Jakarta. Suatu hari nanti, Sinta akan tahu keadaan Armo yang sebenarnya. Semoga dia tidak kecewa.

TAMAT

ternyata armo seorang Maho


Bersama hujan

Bersama hujan

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2014 Native Language: Indonesia
Gerimis di malam itu , tidak akan pernah aku lupakan....lantunan lagu November Rain yang kau bawakan saat itu...membuat perasaanku hanyut dalam petikan gitarmu.Tetapi , aku telah salah dalam menilaimu...aku tahu ini bukan salahmu....kebodohanku yg mengira kita dapat bersama....

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset