Darman dibawa ke dokter rumah sakit elisabet dan sekarang sedang diperiksa.
dr Paulus : ” Bapak tensinya tinggi 220/150…waaaaah jangan banyah fikiran pak…. buat senang-senang saja , jangan mengikuti kata hati…sok diperiksa tensinya ‘dak…? ”
Karlina : ” Lagi banyak masalah…jadinya bapak tertekan…sampai seperti ini.. biasanya tensinya normal dok..”
dr Paulus : ” waaaaah…. ini kholesterolnya amat tinggi sekali.. ini saya beri obat Amlodipin diminum pagi hari dan ini simfastatin untuk malam hari dan obatnya tak berhenti tiap hari diminum”
Karlina : ” Tu…pak…dengerin..jangan sampai bolong …”
dr Paulus : ” Ini vitamin syarafnya agar membantu proses penyembuhan….diminum siang hari saja biar efektif ”
Karlina mengajak pulang menuju Kewengen dan menjelaskan pada Wuni cara meminum obatnya, Darman hanya bisa thengel-thengel saja kepalanya dan berpesan pada Wuni serta memberikan uang untuknya dan keperluan Darman.
Karlina : ” Bapak jangan boleh menangis….ataupun bersedih, jika kakakmu..siapa namanya yang nakal itu…?”
Wuni : ” Imam tante….”.
Karlina : ” Ya..Imam biarkan saja tak perlu disanggah…turuti saja agar menjauhi bapak…telpon tante kalau ada apa-apa..” sambil mencium tangan Darman Karlina pamit, diikuti Weni yang masih memeluk Darman yang hanya bisa ah..eh….ah..eh….
Darman memandang kepergian Karlina hanya sampai kamar saja karena kaki kirinya masih lemas, sebenarnya Darman tak tega Karlina menyetir sendiri, tapi harus bagaimana dia sendiri tak berdaya. Kemarin bisa bicara walaupun tenggorokan serasa di cengkal …saat ini dia lemas kaki juga tangannya sebenarnya Darman masih ingin bersama Jali dan Sari yang dirumah sendirian tapi belum dibolehkan Karlina nunggu bulan depan.
Sumarti diberi tahu Imam kalau bapaknya diperiksakan ke dokter oleh Karlina.
Imam : ” Buk…, bapak kena stroke….dan tante Karlina membawanya ke dokter…”
Marti : ” Sukurlah….dia masih mau membantu kita….tolong hapemu…ibu pinjam sebentar….”
Imam : ” Hape Imam sudah tak ada….Imam jual….” Sumarti nampak sedih karena ia ingin bicara sama suaminya Darman dan Yusuf serta yang ada di rumah
Marti : ” Sudahilah permainan judimu…tak ada yang menguntungkan dalam hidupmu…” mata Sumarti memerah karena menahan tangis dan memeluk Imam baru terisak tangisannya. Sumarti nampak menyesal sekali telah menyakiti Karlina, meskipun Karlina tak mau bicara dengannya Sumarti tetep menyinggung kebaikannya karena belum memberikan maaf padanya. “Karlina….maafkan aku…yang telah menjadi duri dalam rumah tanggamu, sampai memiliki enam anak dan satu meninggal..sedangkan engkau memiliki tiga orang anak dan mereka jadi orang semua tak seperti keluargaku yang kurang perhatian sama anak-anakku dan hanya mengurusi Darman saja, tapi sekarang dia terkena stroke dan aku tak ada disampingnya ” tangis Sumarti amat menghiba. Imam yang sangat sayang sekali sama ibunya setiap ada kesempatan bezuek Ia pasti ke sana.
Imam pulang ke rumah melihat bapaknya sedang tidur, Wuni yang selalu menunggui Imam pulang sambil menjaga tokonya sebagai sumber penghasilan . Yusuf ternyata menanti kakaknya pulang dan mengajaknya ngobrol.
Yusuf : ” Mas Imam.., mau kerja ‘gak ini ada kesempatan kerja dikantorku yang membutuhkan operator forklift, mas Imam kan bisa mengendarainya dan pernah kerja praktek di pabrik kain tiga jempol …karena yang bisa diterima yang pengalaman…”
Imam : “Masmu ini tak pengalaman kalau nyopir angkot ya pengalaman….kan mantan sopir carteran….”
Yausuf : ” Mas besok ke kantorku di USG nanti tak kenalke mas Bambang bagian kendaraan ”
Imam : ” Apa bisa aku kerja ditempatmu…..lawong dulu saja tak diterima….”
Yusuf : ” Ini lain bidang mas….pokoknya besok ikut aku ke kantor…karena mas Romandhon kecelakaan waktu berangkat kerja dan meninggal ditempat…”
Imam : ” Ya… besok pagi dibangunkan..aku ngantuk banget, makasih sudah memberikan kabar baik…”
Sumarti pagi itu sedang membersihkan rumput , keringatnya bercucuran terkena panas pagi yang menyehatkan setelah itu semua pada berolah raga tapi Sumarti tak mau mengikutinya dan menyelesaikan tugas membersihkan rumput, petugas sudah biasa melihat Sumarti melakukan ini sampai jam sepuluh pagi. Sumarti membersihkan badan dan mengambil sarapannya…
Petugas : ” Sumarti tunggu kawan-kawanmu dulu..”
Sumarti : ” Iya buk…itu sudah kumpul dan sebagian menuju kemari…”
Petugas : ” Kamu mulai sekarang bantu ibu membagikan sarapannya setiap hari “.
Sumarti : ” Baik bu…. ” Sumarti menata ompreng tempat makan yang terbuat dari plastik dan membagi kesemua piring ompreng dengan lauk tempe dan sayur bayam.
Pada bulan Agustus Sumarti menerima remisi satu tahun jadi Ia dipenjara kurang satu tahun lagi.
Petugas : ” Engkau harus memperbaiki kehidupanmu….ilmu memasak sudah kau dapatkan selama di sini dan selalu belajar mengaji ya…. walaupun kamu sudah katam Alqur’an teteplah membacanya agar kidupmu nyaman…”
Sumarti : ” Iya bu , terima kasih atas bimbingannya, insyaAllah akan saya baca kembali untuk selalu mengingat kehidupan disini…”
Mereka makan bersama dan kebersamaan ini akan selalu dikenangnya, Sumarti didatangi napi baru yang bernama Amanda……dia menangis karena merasa rindu dengan buah hatinya.
Sumarti : ” Kenapa engkau menemuiku…Amanda….? ”
Amanda : ” Iya bu nanti saya akan selalu disini…”
Sumarti : ” Ya….baiklah kau tidur dipojok sana dekat dengan saya…..engkau dari mana….dan kenapa disini…, Amanda menangis dan menceritakan nasibnya sama Sumarti.
Amanda : ” Saya terlalu percaya dengan suami saya…tapi kepercayaan saya disalah gunakan suami… dia berselingkuh dibelakang saya… karena mulai sulit memberikan uang.. saya jadi curiga jangan-jangan Ia selingkuh…dan benar…aku telah memergokinya…bahkan dia sudah memiliki anak umur tiga tahun… karena jengkel kemaluannya aku potong( di kebiri ) agar tak main-main lagi dengan wanita….puas hati saya melihat kemaluannya kukepras. Ternyata suamiku tak terima dan memasukkan aku kesini. Aku turuti saja apa yang diinginkannya karena aku sudah pasrah pada Tuhan dan pistolnyapun sudah putus…tapi aku puas meskipun aku salah menyakiti suamiku dengan sengaja…tapi masalahnya gara-gara pistolnya dia selingkuhin aku, kini aku masih diadili…aku pasrah saja…perempuan itu juga sudah tak bisa digauli…apa peduliku….rasakan sekarang “.
Amanda yang berusia 33 tahun sebenarnya masa sayang-sayangnya pada keluarganya yang baru memiliki dua orang anak namun sayang suaminya berselingkuh yang membuat hati Amanda meradang. Sumarti diam dan membisu saja…karena sosok Amanda adalah sangat pemberani melawan suaminya , lain dengan Sumarti yang hanya mau menang sendiri lagi pula suaminya Darman amat menuruti semua keinginan Sumarti.
Amanda : ” Kalau ibu kasusnya apa…? ”
Sumarti : ” Ibu sudah tak ingin mengingat-ingat lagi yang lalu-lalu…dan ibu hanya ingin segera pulang…untuk anak-anak ibu yang masih membutuhkan perhatian “.
Sumarti yang selesai mendapat binaan akan berusaha membuat hiasan dari mote dan membantu berjualan kelontong anaknya, rasanya lama sekali karena anaknya sudah beraktifitas sendiri-sendiri , Imampun lama tak menjenguknya . ” Ada apa dengan anak-anakku ? ” , begitu fikirnya….dan air matanya menetes membasahi pipinya yang mulai kendor.
Darman lega karena Imam sudah bekerja sepagai operator forklift tetapi tidak ditempatkan di USG dia dipindahkan di Aparel di pelabuhan makanya jarang pulang dan jarang pula menengok ibunya karena yang dirumah hanya Wuni yang menjaga tokonya dan Yusuf yang berada di rumah kalau sehabis kerja sore hari. Darman sebulan di Dahlia dan sebulan di Kewengen begitu rutinitas setiap bulannya. Sebetulnya Ia ingin menengok istrinya Sumarti tapi kesehatannya belum pulih benar.
Mike yang baru pulang dari Pekanbaru memperkenalkan Faisal calon suaminya pada Karlina di Brebes dan kembali di Ungaran bersama-sama menemui Darman yang sudah menunggu bersama Jali dan Sari. Faisal seorang pengusaha perkebunan di Pekanbaru yang akan melamar Mike sudah mapan kehidupannya. Darman merasa bahagia dan berharap segera melangsungkan perkawinannya dan semoga Karlina dan Darman memberikan restunya.
adakah kelanjutannya episode 11, pengin baca tapi kalau gak ada kelanjutanya jadinya males
terima kasih perhatiannya BSM (Betapa Sulit Memaafkanmu ) masih beberapa episode saja, Selamat menbaca.