Darman senang sekali berkenalan dengan Faisal seorang pengusaha muda dari Pekanbaru yang datang bersama Karlina dan Mike ke Ungaran, sayang Darman menderita serangan stroke ringan yang sekarang gantian tangannya yang sulit digerakkan . Dada terasa berat untuk bernafas..leher rasanya kaku dan pegal, bicarapun cedal…kaki kanannya terasa capek untuk berjalan..yaaah itulah yang selalu dirasakan , untung saja Karlina selalu menghubungi untuk tetap melakukan therapi kesehatan bila berada dirumahnya di jalan Dahlia tapi jika sudah berada di Kewengen Karlina meminta Wuni yang selalu menjaga kesehatan Darman karena tak enak saja pada Imam anak sulung Darman dengan Sumarti yang masih berada dipenjara
Karlina : ” Nak Faisal jika serius dengan Mike anak kami, tolong orang tua nak Faisal segera melamarkan nak Faisal untuk Mike…bagaimana…? ”
Faisal : ” Iya buk , Faisal akan melakukannya menunnggu dik Mike mendapatkan izin dari penerbangan tempatnya bekerja buk…”
Karlina : ” Kalau begitu tinggal urusan kamu Mike yang segera diselesaikan…”
Mike : ” Iya ma….ini sudah Mike urus dan tinggal menunggu keputusan dari kantor saja izinnya , karena Mike tetep akan bekerja sebagai pramugari setelah menikah dan mas Faisal memperbolehkan Mike tetap bekerja ”
Karlina : ” Baiklah kalau demikian .., jadi kalian sudah merencanakan semuanya..?” Mike dan Faisal menganggukkan kepalanya. Membuat Darman lega hatinya dan Kartlinapun merasa mantap dengan putusan keduamya. Darman yang mulai agak jelas pembicaraannya mencoba berkata pada Mike, tapi Mike tak mengerti apa maksudnya dan Faisal hanya mengiyakan saja karena tak tega hatinya bila dibiarkan . Darman menyadari keadaannya dan hanya berdiam diri dan tersenyum pada semuanya serta percaya dengan Karlina atas semua keputusannya. Jali yang barusan pulang dari Surabaya dan mendengar kalau kakaknya akan memperkenalkan Faisal langsung menjemput adiknya Sari yang sudah selesai ngampus.
Jali : ” Cepetan…tar kita telat keburu kak Faisal terbang balik…”
Sari : ” Iya…ini sudah keluar…kita beli buah manggis dulu buat papa ya di Kembar Jaya toko buah yang segar dan higienis…”
Jali : ” Buah manggis….? untuk apa kegunaannya…? ”
Sari : ” Sebagai pengencer darah yang alamiah..karena kata Omar pacarku yang di fakultas kedokteran akan membantu darah yang menyumbat di peredaran darahnya..”
Jali : ” Ini pacar apa buat mainanmu saja….jangan ganti-ganti pacar dong Sar…?! ”
Sari : ” Ini terakhir kak…. nanti kalau dia sudah jadi koas kita bakan tunangan kok….?!”
Jali : “Wah…aku gimana….masak kau selip…”
Sari : ” Makanya buru-buru kenalkan pacar kakak pada kami…seperti kak Mike….ha..ha..ha…”
Jali : ” Tapi aku belum ada cewek yang cocok…..ya terserah kamulah kalau akan tunangan…karena aku tak mau buru-buru…biar kak Mike beres dulu..”
Jali membawa mobil kantornya langsung menuju toko kembar jaya untuk membelikan buah manggis buat papanya
Sumarti kedatangan Imam yang sudah lama tak mengunjunginya.
Imam : ” Buk…, ada kabar dari tante Karlina kalau dia akan menikahkan putri sulung papa yang bernama Mike…ini undangannya untuk ibu….”
Sumarti : ” Kok ibuk dapat undangan to…kan ibu masih di tahan…..? ”
Imam : ” Ya…mungkin hanya sebagai formalitas saja…dan menghargai ibuk saja …”
Sumarti : ” Sebenarnya ibu hanya butuh maaf dari Karlina saja…bukan undangan macam ini…” sambil merobek undangan dan menangis sesenggukan , Imam merebut undangan yang sudah terbagi dua .
Imam : ” Ibuk ini bagaimana sih….kok malah menyobek undangan dari tante Karlina, katanya mau meminta maaf…kok malah memyakiti hatinya..” dengan sabar Imam menyadarkan ibunya yang sedang emosi.
Sumarti : “Tapi ibuk hanya butuh maaf saja…kok malah diberi undangan…” lagi-lagi Imam menyadarkan ibuknya
Imam : ” Buk….Jika ibuk mau mendapatkan maaf dari tante Karlina ikuti saja apa yang dilakukan tante Karlina, ibu tahu ‘gak ….Weni ikut tante Karlina karena bisa menjadi kasir di rumah makannya…juga pandai memasak….tante Karlina sudah baik pada anak ibuk….berarti mau menerima maaf ibu secara tidak langsung….”
Sumarti : ” Tapi ibuk mau pemberian maaf secara langsung….” dengan agak marah Sumarti memarahi Imam anak sulungnya.
Imam : ” Janganlah ibuk egois seperti ini…harus memaksa seperti kemauan ibuk…mereka juga punya cara yang lebih baik buatnya…terimalah dengan iklas apa yang sudah tante Karlina berikan pasti suatu saat ibu akan mengerti maksudnya…”
Sumarti : ” Kamu sekarang tak membela ibuk lagi…..dan lebih membela tante Karlina ” Imam memeluk ibuknya seraya berkata
Imam : ” Imam itu sayang sekali pada ibuk….sehingga apa yang ibuk lakukan keliru akan Imam katakan keliru …jika benar akan Imam katakan benar….bukannya Imam tak sayang ibuk…sekali lagi Imam sayang pada ibuk ” sambil berulang kali memeluk Sumarti yang cemas karena Imam tak mau membelanya lagi. ” Bapak menitipkan salam buat ibuk..dan saat ini akan dirumah Dahlia menemani Sari yang sedang test kelulusan SMA “, lanjut Imam sambil menyuapi ibuknya bila menjenguknya.
Sumarti menangis karena merasa Imam tak mau menuruti dan tak menyayanginya lagi , tapi Imam merayunya dan menyadarkannya bahkan bercerita kalau Winda sudah masuk SMP dan Wulan naik ke kelas lima dan sekarang akan menjalani EBTA kenaikan ke kelas Lima serta memohon doanya agar naik kelas lalu mohon diri.
Sumarti yang tak menghadiri pernikahan Mike diruang selnya Ia menangis karena kekerasan hatinya yang merasakan dikecewakan Imam merasa bersalah dan mraco-mraco sendiri dalam selnya yang membuat teman- temannya takut, ” Betapa bodohnya akuuuu….Imam maafkan ibuk” . Penghuni sel satu ruangan pada membantu karena Sumarti pingsan dan memindahkan di kasurnya sambil memberikan minyak kayu putih di sekujur tubuhnya karena terasa dingin lalu Sumarti bangun dan berkata: ” Maafkan aku karena sudah membuat repot kalian semua.
Darman dan Karlina mendampingi Mike putrinya saat pernikahan dan segera diunduh mantu di Pekanbaru. Darman sudah bisa berdiri dan sesekali duduk bila kecapaian nampak gembira. Rekan-rekan Mike pada menghadiri pernikahannya. Iman , Yusuf, Weni, Wuni, Winda serta Wulan berfoto bersama pengantin dan Karlina serta Darman berganti-ganti posisinya. Seminggu kemudian gantian Karlina sekeluarga bersama Darman dan Faisal yang berangkat ke Pekanbaru untuk diunduh mantu, meski Darman agak ragu dengan keadaannya tapi tetap ikut berangkat ke Pekanbaru.
Imam semenjak kerja di Apparel sangat memperhatikan adik-adiknya ini yang membuat Yusuf bergantian menjenguk ibuknya di LP Bulu dan mensuportnya agar semangat lagi.
Sumarti : ” Mengapa Imam kakakmu tak lagi menjenguk ibuk…? ”
Yusuf : ” Kak Imam sekarang bekerja giat..dia malu sama kak Mike yang sudah menikah dan sukses pernikahannya dan dinasehati tante Karlina serta bapak ”
Sumarti : ” Jadi tante Karlina mau memberi nasehat sama Imam kakakmu…? pantas kakakmu sudah berani membantah ibuk….” kata Sumarti dengan sedih
Yusuf : ” Ibuk tolong jangan berfikir yang tidak-tidak tentang tante Karlina …dia sudah baik memberikan nasihat pada kami semua…dan membuat kak Imam jadi sadar kembali, mohon ibuk jangan usik lagi niat baik tante Karlina ”
Sumarti : ” Jadi…, tante Karlina sudah mengatur kehidupan kalian…dan engkaupun ikut mendukungnya pula…”
Yusuf : ” Ibuk….mengapa malah seperti ini penilaiannya tentang tante Karlina…..Yusuf sedih kalau ibu begini terus tentang penilaian tante Karlina…”
Sumarti : ” Ini adalah rumah tangga ibuk…bukan rumah tangga tante Karlina..jadi ibuk tak suka tante Karlina ikut mengaturnya…”
Yusuf : ” Baik…kalau ibuk tetap berkeras hati menyalahkan tante Karlina ..besok biar mas Imam, Weni biar tak kerja dan biar menganggur dirumah…biar ibuk puas dengan putusan ibuk yang sepihak tanpa memandang manfaat baiknya buat mas Imam dan Weni…dan menginginkan seperti keadaan yang lalu penuh amarah dan emosi lagi ” Sumarti menangis tak mau Yusuf marah seperti itu karena Sumarti menyayangi Yusuf yang selalu sabar dan lebih baik diam dari pada ramai ikut menghasut.
Sumarti : ” Bukan seperti itu maksud ibuk….kamu kok malah marah…..” Sumarti menangis lagi dan Yusufpun memeluknya.
Yusuf : ” Ibuk sayang Yusuf ‘dak…? kalau masih sayang turuti kemauan Yusuf…atau Yusuf pulang sekarang….”
Sumarti : ” Jangan…jangan pulang..ibuk menurut keinginanmu…apapun keputusanmu ibuk nurut…”
Yusuf : ” Baik karena ini semua demi keluarga kita…” Sumarti memeluk Yusuf sambil berlinangan air mata.