Mike mengikuti Faisal suamiya dan tinggal di Pekanbaru, Imam mengabari bapaknya kalau ibuknya Sumarti seminggu lagi akan pulang keluar dari LP Bulu dan Sumarti menginginkan Darman berada di Kewengen . Imam yang datang kerumah Karlina disambut baik oleh Sari dan Jali.
Darman : ” Bagaimana kabar ibumu….? ”
Imam : ” Baik pak…ibu mengharap bapak menjemputnya ”
Darman : ” Iya…bapak akan menjemputnya ….mobil xenia selalu kau panasin kan…? ”
Imam : ” Inggih pak….kemarin Imam pakai untuk kerja di Aparel..karena untuk mengambil meja kursi untuk mengisi rumah sebelah pak….”
Darman : ” Iya…pakailah karena bapakpun sudah tak mampu menyetirnya dan sekarang lebih enakan pakai ojol saja lebih praktis dan ‘gak makan tempat…”
Imam : ” O..iya pak kemarin mobilnya sudah Imam panjangkan pajaknya , besok Sabtu Imam jemput ya pak….Imam mau pulang dulu karena esok hari ada rapat penting ”
Darman : ” Ya…hati-hati…pamit dulu sama Sari dan Jali dong…” Darman memanggil Sari dan Jali karena hendak pulang
Sari : ” Kok buruan….tak makan dulu…ini sudah Sari siapkan…ayo makan dulu….” Karena sudah disiapkan Imam tak enak mengecewakannya , mereka akhirmya makan berempat. Selesai makan Sari memberikan bingkisan dari mamanya sebagai oleh-oleh. Jali memeluk kakak tirinya yang membawa motor dari kewengen dan berpesan agar selalu hati-hati. Imam merasa terharu netapa perhatiannya adik-adiknya terhadap Imam, inilah yang merasa Imam selalu bersalah kepada mereka.
Karlina pulang ke Ungaran dan mau meminta pendapat suaminya karena akan membuka cabang rumah makan dan ingin beristirahat biar lebih dekat dengan anak-anaknya .
Karlina : ” Papa belum kesini…? ” Jali dan Sari menceritakan pulangnya Sumarti dari LP Bulu
Jali : ” Seminggu yang lalu kak Imam menjemput papa …tapi kak Imam baik kok Ma…dia meminta ijin pada kami yang dirumah…” Jali bingung menceritakan karena takut mamanya marah karena belum waktunya pulang ke Kewengen.
Karlina : ” Ya sukurlah…semoga papa senang dan lebih mawas diri dengan kembalinya Sumarti ibu tiri kalian”. Jali lega karena Karlina tak memarahinya.
Jali : ” Ibu tak marahkan sama Jali dan Sari yang belum bilang sama mama….?”
Karlina : ” Mengapa harus marah….kalian bisa belajar mana yang lebih baik buat papa…agar papamu bisa lekas sembuh dari strokenya ”
Sari : ” Tapi kenapa kalau Sari dan kak Jali rindu papa, mama tak ijinkan ke Kewengen …?”
Karlina : ” Sari….Sari…. engkau kurang faham tentang ilmu ketuaan….belajarlah menerima orang lain menginginkan apa yang kita miliki dengan iklas karena apa yang kita miliki belum tentu mutlak mama miliki seutuhnya….contohnya papa…dia harus membagi kehidupannya dengan Sumarti dan anak-anaknya..walaupun dia masih kangen sama kamu tapi ia tak mau menyakiti Imam dan semua yang ada di Kewengen…jadi mending bersabar saja…”
Sari dan Jali terdiam mendengarkan keterangan Karlina yang seolah-olah menerima perlakuan Sumarti yang semena-mena kepada keluarganya.
Jali : ” Tapi apakah perasaan mereka sama dengan perlakuannya terhadap kita…?” Jali merasa agak berbeda dengan pemikiran Karlina
Karlina : ” Semua itu yang menilai papa kamu…apakah kamu rela papa kamu sakit dan bersedih terus menerus…? ”
Sari : ” Ya mah….yang penting papa selalu sehat menyayangi kita kalau disini dan semoga saja papa bahagia juga bila bersama keluarga disana..” Karlina minta tolong Jali untuk melihat-lihat lokasi rumah makan barunya yang berada dekat terminal Bawen tepatnya dekat ring roat Salatiga. Jali mengantarkan Mamanya dan Sari tak mau ketinggalan karena kuliahnya sedang libur semesteran.
Jali : ” Mama kok bisa nemuin lokasi lahan kosong ini dari mana…? ”
Karlina : ” Dari pelanggan mama…yang orang sini…namanya pak Wandi dan bu Sri Rahayu, sebentar mama telepon dulu…” Yang ternyata sudah menunggu di tepi jalan menuju perempatan bangjo Gamol Salatiga
Bu Rahayu : ” Okey aku susul kamu…karena barusan aku isi bbm motor aku ” . Tak lama kemudian sampailah bu Rahayu dan Jalipun menepi dari jalan raya, Karlina menyambut bu Rahayu dan mengobrolkan tanah yang sudah ada bangunannya.
Rahayu : ” Jemput saja anakmu untuk membawa sertifikatnya sekalian karena bu Karlina ingin melihatnya ” Pak Wandi istri bu Rahayu menstater motornya balik ke rumah.
Pak Wandi : ” Ini kopian SHMnya seperti kemarin saya ceritakan kalau sertifikat nya ada di bank ”
Karlina : ” Baiklah kita ke bank besok mengambil sertifikatnya , harga tetap tak berubah sekalian ke notaris Napitupulu ”
Pak Wandi : ” Baiklah bu besok jam sepuluh kita deal ke notaris ” Setelah melihat-lihat rumah dan pekarangannya yang lumayan luas Karlina mohon diri untuk pulang . Sesampai rumah Sumarti sudah menunggu sersama Imam dan Darman, perasaan Karlina tak enak ada apa lagi ini gumannya dalam hati karena mobil parkir pas ditengah-tengah jalan mauk pekarangan lalu Jali memberikan klakson untuk mendur dulu karena segera masuk halaman . Sari turun membuka pintu pagar dan memandang Sumarti yang bermuka sinis , Mobil Karlina segera masuk garasi dan mempersilahkan tamunya masuk kerumahnya.
Sumarti diam saja lalu Jali meminta papanya turun…Imam nampak sedih sedangkan raut muka Sumarti berubah garang dan berkata : ” Kau telah merusak tatanan keluargaku…Karlina beraninya kamu melakukannya “.
Karlina : ” Kalau kau tak terima ya… kembalilah ke rumahmu dan jangan injak lagi rumahku, kita memiliki rumah tangga sendiri-sendiri..” Darman takut melihat kemarahan Sumarti dan diam saja Imampun demikian diam seribu basa…..Sari heran pada Sumarti yang baru pulang penjara kok tak ada perubahan ternyata Sumarti cuma ingin melabrak saja karena dia langsung pergi tanpa pamit.
Sari : ” Papa…kenapa papa tak turun….papa…pasti papa amat menderita….” Sari menangisi papanya karena masih rindu padanya, walaupun Darman tak memiliki aktivitas di rumah Karlina cukup membuat tenang perasaan Sari dan Jali.
Karlina : ” Sudah tahukan kamu sekarang kenapa mama lebih baik mengalah yah…itu karena Sumarti yang mau menang sendiri…”
Jali : ” Tapi ibu kan istri sah nya papa….ibu harus melawan kemauan Sumarti….”
Karlina : ” Tuhan Maha Mengetahui segala yang ada di Alam ini..jadi mama minta pada Tuhan saja…”
Jali : ” Meminta maaf hanya di mulut saja…tapi kelakuannya tak berubah, pantes mas Imam marah sama Sumarti karena ia maunya menang sendiri. Buk papa di jemput…! kasihan papa..”
Karlina : ” Papamu saja tak berani…malah tambah runyam nantinya…”.
Sumarti bangga pada Imam yang sudah bisa membangun rumah sebelah dan sudah diisi beberapa perabot atas usulan Karlina tapi Imam tak mau bercerita tentang Karlina sedikitpun pada ibuknya, baik Yusuf dan adik-adiknya tak sedikitpun bercerita tentang Karlina karena tak ingin membangkitkan amarahnya. Darman ingin menelepon Karlina dan meminta maaf kelakuan Sumarti kemarin siang tapi ia mengurungkan niatnya karena Sumarti mengawasinya terus, dan menaruh hapenya di toko. Imam bermaksud mengantarkan bapaknya ke rumah Karlina tapi Sumarti melarangnya bahkan kontak mobil disimpan Sumarti dan semua tak tahu, ketika Sumarti hendak arisan Imam berencana mengantarkan ke rumah Karlina tapi ternyata Sumarti tak jadi berangkat arisan sehingga membuat Darman menangis seperti anak kecil yah …karena suaranya serasa tersumbat . Sumarti bingung dan ikutan menangis…” Lina…kau apakan suamiku..mengapa dia menangis seperti itu….?” begitu teriak Sumarti menyalahkan Karlina. Yusuf yang baru pulang kerja langsung menuju kamar bapaknya yang ditemani Sumarti…
Yusuf : ” Bapak…..bapak kenapa buuukkk…..?”
Sumarti : ” Tak tahu….ibuk bingung…mulutnya tak bisa berhenti..selalu terbuka….”
Yusuf : ” Ibu telah menekan perasaan bapak….dan membuatnya tegang sarafnya..Yusuf akan mengantar ke tante Karlina….”
Sumarti : ” Ibuk harus ikut….ibuk harus mengerti cara Karlina mengobati bapak…Ibuk harus ikut…” paksa Sumarti yang membuat Yusuf tak perduli dan mengangkat bapaknya ke mobil. Tetangga pada keluar karena suara tangisan Darman yang aneh seperti orang tersedak dan membantu Yusuf mengangkat Darman . Yusuf meminta beberapa tetangga untuk menemaninya ke rumah Karlina. Sampai di rumah Karlina Darman langsung diterima Sari dan ditempatkan dikamarnya , Sumarti amat jengkel karena ditinggal pergi oleh Yusuf dan menanti Imam pulang untuk mengantar ke rumah Karlina.
Yusuf : ” Bapak disini dulu ya….kalau bapak sudah sembuh akan Yusuf antar lagi ke Kewengen “. Darman terdiam dipelukan Sari yang memberikan vitamin saraf yang katanya belum diminumi obat tersebut. Yusuf menceritakan keadaan bapaknya karena Karlina sudah berangkat ke Brebes.
di tunggu kelanjutannya ya