Darman mendengar seseorang memarahi Sumarti dan mengatakan kalau Karlina pingsan , Darman bingung ia malu karena barusan telepon Marti dan didengar ibu tersebut dan siapa ibu itu dia tak tahu perasaan bersalah merasukinya. Bersama Mas Janna asisten pak Antok Darman pulang kerumah untuk menengok Karlina dan membawa mobil perusahaan bila nanti ada apa-apa terhadap Karlina. Bu Salamah nampak masih memberikan pertolongan dan Marti membuatkan teh hangat untuk Karlina.
Bu Salamah : ” Maaf pak…ibu barusan bangun , saya mohon diri… ” Bu Salamah nampak malas menemui Darman yang sudah berselingkuh dengan Sumarti pembantunya dan segera berlalu menyuruh Sumarti menjaga Karlina dan menjelaskannya sama pak Darman.
Darman : ” Terima kasih bu Salamah…” Bu Salamah tersenyum dan mengangguk saja dan segera berlalu. Darman bertanya pada Sumarti sebenarnya apa yang sudah terjadi tapi Sumarti tak tahu hanya gedek-gedek saja karena yang tahu bu Salamah padahal bu Salamah sudah pulang. Darman mau mendatangi rumah bu Salamah tapi mas Jannah melarangnya dan akan tambah meradang soalnya muka bu Salamah dari tadi tak bersimpati pada Darman.
Darman : ” Diiik kamu kenapa…? sambil memeluk istrinya dan memangkunya.
Karlina : ” Kepala Lina pusing mas…..Marti tak ada didapur dan Lina tak tahu,,apa yang sudah terjadi.
Darman : ” Jangan capek-capek kasihan yang ada dalam perutmu….anak kita…” Sumarti cemburu melihat kemesraan Darman dan Karlina tapi dia cuma bisa pasrah saja meskipun hamilnya lebih duluan Sumarti yang hamil 4 bulan jalan. Darman mengingatkan jangan capek-capek dan selalu memandang ke depan agar selalu sehat. Karlina memeluk Darman sambil berkata : ” Mas… apa betul mas Darman selingkukuh sama Sumarti…? ” Darman terperanjat heran dengan nada halus Ia tidak membenarkan kabar buruk itu .
” Dapat kabar dari mana kamu sayang,,,,? ” Selidik Darman agar Karlina mau menjelaskan.
” Adalah orang cerita …tapi Karlina tak percaya, sampai teganya melakukan padaku istri yang syah….baru menikah lagi ..” sanggahya. Sumarti yang mendengar pembicaraan Karlina dan Darman agak sepaneng…tampak mukanya cemberut dan nafasnya naik turun nampak bergetar dadanya tapi ia tahan kemarahanya. Darman mendekati mas Janna untuk segera kembali ke kantor karena Karlina sudah membaik, Mas Janna setuju dan merekapun balik ke kantor. Dalam perjalanan mas Janna mengatakan, ” Kita segera ke kantor mengambil motormu aku tak percaya Karlina baik-baik saja…dia amat marah kepada Sumarti….pasti akan terjadi perkelahian…pulanglah habis ini…urusi keluargamu…pilih Sumarti atau Karlina..Kalau aku..akan memilih Karlina karena Karlina adalah cinta terbersih dihatimu dan Sumarti adalah cinta nafsumu yang merusak keluargamu”.
” Tapi mas Janna……” bantah Darman
” Tapi apa…nafsumu membabi buta…istri orang kau rebut…dimana-mana pasti memilih yang lebih mampu dan sehat…meskipun Warto sakit hatinya karena ia amat menyayangi istrinya tapi Sumarti sangat gila padamu..itu yang salah …jelas kamu…biarpun Warto mandul ia rela istrinya kau gauli karna takut kalau istrinya marah dan meninggalkannya…lepaskan Sumarti kasihan Karlina dia pasti akan menderita seumur-umur..” Mas Janna menjelaskan secara panjang lebar agar Darman sadar akan kekeliruannya.
” Tapi anak yang dikandung Marti adalah anakku…bagaimana aku akan membahagiakannya ” Keluh Darman dalam hati
Darman : ” Biarlah waktu yan menentukan, karena aku sudah berjanji pada Warto akan selalu menyayangi Sumarti walau keadaan bagaimanapun ”
Mas Janna : ” Ya terserah kamu Darman karena itu pilihanmu untuk memeluk dua wanita sekaligus, karena kamu tak mungkin melukai perasaannya ”
Darman : ” Iya mas tak mungkin aku melepaskan salah satu dari mereka”.
Di saat kerja memperbaikan jalan Warto tersenggol truk yang mengangkut bahan aspal yang panas dan siap di kucurkan di jalan , Warto masih bisa berpegangan dibahu truk karena tak seimbang Warto akhirnya terjatuh pas truk menginjak batu sehingga batu menghantam kepala Warto akibatnya dia terpelanting dan roboh. Dalam kecelakaan itu Warto dinyatakan meninggal dunia. Rozak yang masih ider sayuran mengetahuinya dan segera menghubungi Karlina, agar menyampaikan pada Sumarti istrimya Warto.
Istri Warto akting menangis sepuas hatinya membuat pak Rozak iba dan menyatakan kalau Sumarti tak berselingkuh sama pak Darman, dan mengatakan kalau dirinya salah paham, lalu mayatnya dibawa ke Kewengen desa Salelu. Darman masih rapat saat itu begitu mendengar Warto meninggal malam itu juga Darman berangkat bersama rombongan kantor karena Warto sudah diangkat pegawai tetap.Mas Janna memperhatikan Darman yang pura-pura eksen netral atas kematian Warto sehingga mas Janna tak mencurigai perasaan Darman yang seolah-olah netral seperti karyawan lainnya. Malam itu juga mayat Warto dikebumikan , Sumarti mendapat ucapan bela sungkawa dari kantor. Pak Sasongko ayah Sumarti berterima kasih pada kantor menantunya dibantu menyelesaikan urusan almarhum Warto karena ayah ibu dan kluarganya sudah tak ada di desa Salelu.
Selama seminggu Sumarti di Kewengen selama itu juga Karlina tidur sendiri, walaupun tiap pagi Darman pulang untuk sarapan dan berganti baju Karlina tak merasa curiga dan ketika pulang Sumarti dijemput Darman. Orang perumahan pada heran karena Sumarti memeluk Darman dengan mesranya layaknya suami istri .
Bu Salamah : ” Lihat itu Marti memeluk istri orang di perumahan ini seenak udelnya sendiri dasar babu pindah turu ”
Bu Usman : ” Biar besok kalau kita lihat lagi mereka goncengan kita cegat dan minta kejelasanya…kok ya diam saja bu Darman …masyaAllah…”
Bu Rita : ” Biar kita adili bersama…kita tunjukkan pada bu Darman kelakuan bejat suamimya…”
Karena setiap belanja ibu-ibu selalu menggunjing Darman dan Sumarti akhirnya Karlina tak kuat mendengarkan cercaan itu dan membicarakan bersama Darman dan Sumarti yang akhirnya mengakui hubungan gelapnya selama ini.
Karlina : ” Sungguh kalian ini …begitu teganya kepadaku yang sama-sama hamil ..betul kata ayah dan ibuku yang melihat kalian berzina ”
Darman : ” Kami tidak berzina…kami menikah siri…”
Karlina : ” Menikah siri…disaat aku hamil apa sebelum kita menikah…? …terus untuk apa kita menikah…? kamu jahat mas…jahat kepadaku….” Karlina menangis tersedu-sedu..sambil memukul punggung Darman. Selanjutnya Karlina mengusir Sumarti keluar rumah…Darman mau mengantar Sumarti tapi Karlina mengancamnya, : ” Kalau kamu mengantar Sumarti bearti kita bercerai ..ayo pilih mengantar apa bercerai…. ” Darman bingung yang akhirnya mengurungkan niatnya mengantar Sumarti dan berdiam diri di rumah.
Seminggu kemudian Karlina diantar menengok keluarganya di Brebes, bu Kandar menyambut putrinya penuh haru
Bu Kandar : ” Berapa hari kamu menengok ibu, terus sudah berapa bulan usia kandunganmu…?”
Karlina : ” Cuma dua hari buk…karena mas Darman rapat dua hari…dan kandungan Karlina jalan 3 bulan ”
Bu Kandar : ” Trus pembantumu bagaimana…?”
Kalina : ” Dia sudah Lina usir bu….dan kembali ke desanya ”
Bu Kandar : ” Bagus…kamu harus tegar dan sabar menghadapi kenyataan hidup yang penuh liku…dan jangan pernah mudah percaya sama mulutnya laki-laki ”
Karlina : ” Buk mas Darman sudah sadar…dan meminta maaf kepada Lina…”
Bu Kandar : ” Benar ia meminta maaf…? bagaimana kalau engkau bohong pada ibu…? engkau sangat merugi ..anakku,, tapi ibu percaya padamu…semoga engkau selalu berbahagia selalu bersama suamimu serta keluargamu..”
Karlina : ” Aamiin..terima kasih buk…” Darman sudah pulang dan menceritakan hasil rapat kepada istrinya, yang membuat kagum mertuanya karena Darman sudah insaf. Mereka menikmati makan malamnya bersama lek Rosikin dan istri dengan penuh lahab, Karlina tidak menceritakan semuanya kisah hidupnya yang akan membuat sakit ayah dan ibunya, dan tak ingin ayah ibuya tahu derita hidupnya karena ia adalah anak satu-satunya dan hanya dia sajalah menerima sakit hatinya
Karlina benar-benar disayang ayah ibunya dan pak Kandar serta Ibu mendoakan selalu kehidupannya, rapatpun usai Darman dan Karlina pulang ke Ungaran.