Sumarti tergolek lemas di bangsal rumah sakit Umum Kariadi yang dijaga petugas Lembaga Pemasyarakatan dan sore ini akan dibawa ke LP Bulu , Yusuf menemani ibunya bersama Wuni karena Weni bersama Karlina berada di rumah makan Brebes.
Wuni : ” Kak., mengapa kak Weni ikut kerja sama tante Karlina…apa tak takut sama Ibu…?”
Yusuf : ” Jangan bercerita tentang tante Karlina di depan ibuk….nanti saja bicaranya…dan jangan sampai ibuk dengar…” Wuni diam dan mengawasi ibunya yang masih tertidur lelap. Darman sepulang kerja langsung menuju LP melihat keadaannya Sumarti yang sudah terkapar diruangan selnya. Darman sedang mengurus kesehatan Sumarti, Sumarti akhirnya menerima putusan hakim dan dihukum 5 tahun penjara potong tahanan . Sumarti diam saja tak ada ekspresi dan Darman mendapat perintah membawa ke Rumah Sakit Jiwa apabila sudah sembuh kembali ke sel tahanan sampai masa tahanannya berakhir.
Darman sekarang tidurnya kadang di Dahlia dan kadang di Kewengen menjaga anak-anaknya karena Karlina harus mengurusi usahanya , jadi sekarang Karlina sebulan cuti seminggu untuk anak-anaknya sementara restorannya dijaga Lek Rosikin. Mike diwisuda , hatinya gembira sementara Imam keluar dari tahanan dan drop out harus mengulang lagi tapi Ia diberikan toko untuk berjualan sembako dan dibantu Wuni dan adik-adiknya sementara Weni tetap ikut Karlina membantu restorannya. Mike bekerja sebagai pramugari, Jali lulus sastra Inggris bekerja di biro traveling sebagai pemandu wisata memanfaatkan bahasa Inggrisnya.
Sari masih kuliah di Undip fakultas ekonomi sementara Sumarti masih menunggu satu tahun lagi dipenjara. Sumarti sudah kembali sehat , dia memintakan Darman permohonan maaf kepada Karlina.
Sumarti : ” Sampaikan maafku pada Karlina…. aku memang salah telah menghancurkan rumah tangganya…?! ”
Darman : ” Sudah aku sampaikan permohonan maafmu..tapi malah..aku kena semprot dan membuatnya emosi…maka aku menghindar….”.
Sumarti : ” Aku salah….tapi aku terdesak…sehingga seperti ini…”
Darman : ” Sudahlah…yang lalu biarlah berlalu…..engkau juga dijenguk Karlina waktu mendapat therapi dari dokter Rumah Sakit Jiwa yang menuntunmu kejalan yang benar…”
Sumarti : ” Karlina menjengukku…? malu aku mas….teganya aku padanya……”
Darman : ” Sudahlah….jangan diingat-ingat lagi…aku yang paling bersalah….karena yang membuat luka hatinya…memaafkan hati yang terluka itu butuh proses seperti kamu yang selalu menyakitinya secara perlahan tapi pasti yang membuat hatinya beku….”
Sumarti : ” Apakah kamu sudah melakukan hubungan intim sama dia…?”
Darman : ” Kemauan ada…tapi Karlina mungkin sudah jijik sama aku….sudahlah…untuk apa membicarakan itu, dulupun aku merasakan kalau aku bersalah tapi karena nafsu selalu membara dan mengakibatkan Karlina dingin terhadapku…aku menyesal Marti dan sekarang kita harus memperbaikinya sendiri dengan menjaga sembilan anakku dimana 3 dari Karlina dan 6 darimu ”
Sumarti : ” Iya…aku menyesal enam orang anakku tak ada yang memakai namamu semua pakai namaku…sebagai orang tua tunggal dan tak memiliki nama ayahnya” Menyesal tak ada guna itulah yang terucap dari bibir Darman yang segera pensiun akhir Oktober tahun ini.
Darman pulang ke Kewengen…memantau anak-anaknya….terlihat toko Imam morat-marit karena pada malas bekerja…akhirnya yang mengurusi Darman dibantu Wuni mengepel dan merapikannya. Winda dan Wulan masih Sekolah Dasar dan sedang belajar.
Darman : ” Winda….Wulan…bapak dibantu ya……mengurus toko yang terbengkelai karena mas Imam tak bisa mengurusnya..”
Wuni : ” Wuni akan bantu pak…karena sekolah Wuni sudah selesai dan Wuni ogah melanjutkan sekolah lagi karena hanya membuang uang saja…” Darman sedih karena gara-gara dia kangen sama Mike sampai lupa mengurus sekolah anaknya yang dikewengen …
Pagi-pagi Imam pulang dalam kondisi mabuk…Darman amat marah dan meminta kunci toko…karena uangnya habis hanya untuk bersenang-senang saja.
Darman : ” Imam… apa kamu tidak malu kepada tante Karlina yang bisa mendidik anak-anaknya sampai lupus kuliah…?”
Imam :” Bapak sendiri tak malu punya istri pelakor….bapak yang mendidikku seperti ini….memang aku suka dengan hidupku yang seperti ini….???!!” dengan mata melotot Imam memandang Darman yang membuat Darman kaget menyaksikan keberanian Imam sambil bertolak pinggang menuding-nuding Darman yang sedang memberesi tokonya. Darman hanya menghela nafas panjang dan dipegangi Wuni. Hati Darman amat kesal dan bercampur marah…anak yang diharapkan bisa memperbaiki keadaan malah membuat sedih hatinya. Mike menelpon papanya : “Papa mau tidur dirumah apa di Kewengen….?”
Darman : ” Papa mau tidur di rumah….ini nyelesaikan dulu masalah kakakmu Imam…”
Mike : ” Baik pintu pagar akan Mike tutup sementara dan digrendel…”
Darman : ” Iya di grendel saja nanti papa telepon kalau mau balik….”
Mike : ” Iya pa…jangan malam-malam ya….”
Darman : ” Iya…tunggu ya…..?”
Imam mendengarkan pembicaraan Mike dan bapaknya dengan lemah lembut, hati Imam merasa gusar dan mau keluar rumah.
Darman : ” Imam engkau asih dalam pengawasan polisi….agar kamu benar-benar berubah….” Imam kembali duduk dan tersungkur memegangi kaki bapaknya sambil menangis
Imam : ” Pak…Imam jenuh dengan keadaan ini….Imam besok mau tengok Ibuk…”
Darman : ” Iya besok akan bapak antar kamu…sekarang lebik baik kamu tidur…..”
Darman selesai memberesi tokonya langsung pulang ke Dahlia dan yang membukakan pintu Jali, karena Mike sudah mengantuk dan besok persiapan ke Ujung Pandang .
Darman : ” Kakakmu sudah tidur…?”
Jali : ” Tadi sih sudah masuk kamar…mungkin langsung tidur karena habis menata koper ”
Darman : ” Ya sudah…jam berapa sekarang…?”
Jali : ” Jam 00.30 pah….Jali tidur dulu pa…malem pa ”
Darman : ” Malem Jali met istirahat…”
Darman tidur di kamar belakang tempat Sumarti yang selalu bergelut selimut dengan Darman yang lagi melamun mengingat kejadian masa lalunya yang membuat Karlina menangis, Darman terasa sakit dadanya mengingat semua itu. Betapa jahatnya dia waktu itu yang selalu membohongi Karlina karna nafsunya yang selalu memuncak. Dia tak pernah memberikan Karlina tuk bermanja, sekarang Darman sudah purna tugas dan tiap hari ketokonya karna Imam tak mau menjaganya dan tak bisa meninggalkan pasang nomor sebagai hobinya bahkan berharap keberuntungan yang berlebih .Darman menegurnya karena tak ingin anaknya masuk dalam kehidupan yang brutal.
Darman : ” Katanya mau tengok ibuk ke Bulu…”
Imam : ” Iya…sebentar lagi..”
Darman : ” Sudahlah…jangan main togel terus…tak ada keuntungannya…”
Imam : ” Kata siapa tak ada keuntungannya…..adalah….!!”
Darman : ” Apa coba keuntungannya….?! ”
Imam : ” Puas memperoleh nafsu….seperti bapak dan ibuk lakukan tak bermoral ”
Darman : ” Sudahlah…bapak dan ibuk sudah insyaf….”
Imam : ” Ya bapak insyaf , tapi tante Karlina apakah sudah selesai begitu saja…, dia masih tertekan sakit hatinya..bapak dan ibu gampang saja meminta maaf…dasar nafsu bejat ”
Darman hatinya menangis dihina Imam setiap dinasihati Darman, Imam meliriknya dan menyindir terus, ” Menangis tak akan membuat tante Karlina tersenyum….dan memaafkan tapi malah muak ” Darman kaget mendengarnya maka keluarlah air matanya.
Darman : ” Tidak Mam…, tante Karlina sangat baik hatinya…pasti suatu saat dia akan memberikan maaf pada bapak ” Tak ada hari yang tenang di toko yang membuat Darman terjatuh karena selalu disindirnya.
Weni yang sedang membantu Karlina meladeni tamu tiba-tiba dia menjatuhkan ikan bakarnya karena Weni merasakan ada sesuatu tentang bapaknya. lalu ia meminta ijin untuk pulang.
Karlina : ” Ada apa Wen…kamu melamun ya….”
Weni : ” Maaf tante…Weni ingin menengok bapak…”
Karlina : ” Sekalian bareng sama tante berangkatnya besok, Mike dan anak-anak tante juga cuti biar restoran yang jaga lek Rosikin ”
Weni : ” Oh terima kasih tante…baiklah besok kita berangkat ke Ungaran..trima kasih tante…” Weni memeluk Karlina seperti memeluk ibunya sendiri dan Karlina membalasnya dengan iklas serta menyayanginya, hati Karlina tak tega melihat Weni yang sedikit memiliki sifat Darman sehingga Karlina menangis teringat Mike yang masih berada di Bali dan segera ke Semarang karena rindu ayah ibunya.
Darman kebingungan karena kakinya tak bisa di gerakkan , Wuni memapahnya, ” Kenapa kaki bapak…mas Imam tolong bapak ”
Imam : ” Kenapa…? jalan gitu saja minta dipapah…emang tak bisa jalan…? ” Darman saking tak kuat hatinya dia berteriak sekuat-kuatnya…tapi apa yang terjadi….suara Darman tak keluar…Darman hanya menangis saja itupun mulutnya tak bisa membuka lebar-lebar…sesampai dikamar kakinya malah tak bisa bergerak…Darman patah semangat..jari-jarinyapun sulit digerakkan…karena capek Darman tertidur.