Betapa Sulit Memaafkanmu episode 9

Derita Stroke

Darman bangun dari tidurnya, dia merasakan kaki dan badannya yang sebelah kiri tak bisa digerakkan, Wuni, Winda dan Wulan membantu mengangkatnya…tangan Darman tremor…suaranya masih terdengar karena kelaparan dan meminta makan. Wuni menyuapinya perlahan karena Darman kesulitan mengunyahnya serta menelan makanan, tangan Darman ingin mengambil minuman tapi tak nyampai dan malah tumpah.

Darman hatinya sedih karena kesulitan memegang serta menjangkau kearah yang dituju dan tangannya ngewel saja….perasaan Darman malu kepada diri sendiri karena dimasa tuanya merepotkan anak-anaknya.

Darman  : ” Teleponlah kakakmu…kasih tahu bapak sakit…” dengan suara yang sulit dikeluarkan, rasanya tertahan di tenggorokan.

Wuni       : ” Iya pak…Wuni segera kasih tahu keadaan bapak saat ini ”

Darman didudukkan diranjang dan punggungnya diberi sandaran bantal yang sesuai kenyamanan Darman, nafas Darman terasa berat rasa haus yang ia tahan berharap tangannya bisa menggapai rasanya sia-sia hanya di dalam fikiran saja. Ketika Wuni menjaga toko dan Wulan masih sekolah sedangkan Yusuf berangkat kerja, Imam mencoba mengambil hape Darman, tangan Darman memegang keras-keras mencoba menahan hape yang akan diambil Imam untung saja Wuni datang yang akan membantu bapaknya untuk makan siang mumpung toko sepi, Imam tak mau membantu dia keluar tanpa mandi dan cuma cuci muka saja. Wuni mempertanyakan kepergiannya.

Wuni     : ” Kak Imam , kakak mau kemana ? ”

Imam     : ” Keluar sama Parto….”

Wuni     : ” Tak makan dulu…? ”

Imam    : ” Nanti ..gampang…pergi dulu jaga bapak…”

Wuni     : ” Hati-hati kak……”  Imam langsung tancap gas keluar rumah, Wuni sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakaknya yang memakai pakaian terbalik. Wuni memegangi Darman untuk pindah ke dekat toko sambil menjaga tokonya yang mulai ramai. Toko yang diberi nama Imam Toko Kelontong itu silih berganti pembelinya karena lumayan lengkap sedangkan orderan dikirim ke rumah. Darman ingin membantu Wuni yang agak kerepotan sedangkan orderan juga datang.

Wuni        : ” Mas Lukman datangnya pagi saja karena jam sepuluh keatas ramai pembeli soalnya bapak lagi sakit.. ”

Lukman  : ” OOO..pak Darman sakit to…sakitnya apa mbak…? ”

Wuni       : ” Kena serangan stroke ringan….”

Lukman  : ” Sudah dibawa ke dokter….? ”

Wuni       : ” Belum…tak ada yang antar…”

Lukman  : ” Segera periksakan mbak mumpung belum kasep…”

Wuni mengiyakan sambil menganbil minum untuk bapaknya, Lukman menurunkan pesanan bapaknya kemarin sambil mendekati Darman dan mencoba membantu jalan pelan-pelan sendiri.

Wuni      : ” Eh..bapak bisa merayap sendiri…ayo pak lagi…. ” Darman tersenyum bahagia karena bisa melangkahkan kakinya.

Telpon berdering dari Weni yang menanyakan kabar bapaknya

Weni      : ” Kakak bersama tante Karlina dan kak Mike menuju rumah ”

Wuni      : ” Sama kak Mike…? ” Darman amat senang sekali mendengar Mike  dan Karlina yang mau datang ke rumahnya matanya berbinar senang.

Lukman : ” Wah ..mau ada tamu ya mbak Wuni…saya tinggal dulu mbak…pak…”

Wuni      : ” Iya mas…sama-sama..”.

Darman hanya bisa ah..eh…eh…eh…saja sambil mengangkat tangan kanannya dan senyum yang gemetaran. Darman berusaha berjalan menuju kamarnya meski kaki kirinya diseret dia tetap mencobanya mengambil sisir…berkaca agar kelihatan rapi. Pelan-pelan bajunya ditanggalkan dan mengganti baju yang berada di lemari namun sayang malah Darman merusak tatanan baju yang sudah rapi jadi berantakan karena tak bisa mengambil dengan baik.

Wuni mendengar suara lemari dibuka dan bapaknya tak ada di tempat duduknya…buru-buru ia menyelesaikan melayani pembeli karena kawatir ada apa-apa dengan bapaknya. Bu Wiryo menanyakan tentang produk sabun tapi tak terjawab malah terdengar bunyi brak…brak….spontan Wuni berteriak : ” Bapak……” Bu Wir ikut memburu kedalam karena kasihan dengan Wuni yang merasa bingung melayani pembeli. Ternyata buku-buku Wulan berjatuhan karena tersenggol Darman.

Wulan    :  ” Wuuiiih , bapak gantengnyaa…mang mau kemana pak….” bu Wir segera kembali ke tempat dagangan bersama yang lain karena ternyata pak Darman tak apa-apa. Wuni memapah bapaknya kembali duduk dekat dagangan.

Bu Wiryo : ” Pak Darman gantengnya…duduk situ saja pak , biar Wuni tenang melayani pembeli “. Darman cuma bisa mengeluarkan suara yang tak dimengerti dan dipahami pendengarnya.

Darman    : ” Olo…ae….aeh ..aih….” Darman berusaha menjelaskan

Bu Wiryo  : ” Iya pak…cepat sembuh ya….permisi…” entah apa yang dibicarakan Darman bu Wiryo tak mengerti dan meminta pamit takut salah paham.

Karlina datang bersama Weni dan Mike, mobil diparkirkan di dekat mobil Xenia Darman. Rumah Darman memang besar cuma kurang bersih saja.

Weni         : ” Bapak…….” pelukan Weni membuat gontai tubuh Darman, buru-buru Mike memegangi bapaknya dan memeluk Darman dengan halus.

Darman    : ” Ah…ah…oyo..uk….” Mereka semua masuk di ruang tamu, Mike memapah bapaknya dan mendudukkan di kursi yang empuk dan berbantal tapi Darman memilih yang agak keras agar mudah berpegang waktu berdiri . Karlina mencium tangan Darman dan menanyakan : ” Bagaimana ….sudah makan….? ini aku bawakan beberapa ikan bakar kegemaranmu ”

Darman    : ” Aya…aya…uh..uh..auw..eh..eh… ” sambil tangannya menunjuk ke arah Weni

Karlina     : ” Iya….iya….Weni betah di Brebes…dia sekarang yang menjadi kasir..aku malah melayani pelanggan ”

Mike         : ” Ibu membantu melayani saja jika dibutuhkan…ibuk kan bos jadi cuma mengawasi saja pak…tak usah dikawatirkan, ibu bisa jaga diri…”.

Weni membukakan oleh-oleh yang dibawa dari brebes, karena tak boleh makan telur asin maka telur asinnya disimpan di kulkas untuk yang lainnya dan membukakan jeruk santang kegemaran Darman dan menyuapinya.. Leher Darman terasa sakit dan kaku, Karlina memanggil tukang urut khusus stroke yang sebelumnya sudah dihubunginya di Kewengen namanya pak Awal yang barusan datang dan mengurut tangan kaki serta jari-jarinya.

Awal        : ” Yaaah ini dulu…biar bisa berjalan lancar dan lakukan therapi yang saya ajarkan…”

Darman  : ” Yaaah…gh…” suara Darman bisa keluar meskipun lehernya terasa tersumbat. Darman berjalan sesuai therapi yang ia dapatkan, setelah pak Awal pulang Karlina makan siang bersama Darman dan anak-anaknya.

Karlina   : ” Banyak-banyak makan buah karena akan menyehatkan kerja syaraf, itu yang ibu ketahui dari media internet…Mas pulang ke Dahlia dulu ya sekalian ke dokter untuk diperiksa penyakitnya…nanti kalau aku pulang akan ku kembalikan lagi disini…” Darman bersedia dan pamit pada anak-anaknya menunggu Yusuf pulang kerja, sedang Imam belum pulang dari temannya.

Jali yang berbadan besar menggendong Darman menuju kamar Karlina semuanya sibuk membuatkan makanan, Sari membuatkan agar-agar, Mike membikin minuman segar untuk papa dan mamanya. Karlina berganti daster karena tadi kurang nyaman dan sambil memijit-mijit kaki Darman mereka semua menceritakan kegiatannya hari ini.

Karlina  : ” Berhubung papa sakit kita tak jadi jalan ke luar…kita bersama papa disini menenangkannya dan makan malam bersama di rumah ”  . Darman tak boleh memikirkan yang berat-berat dulu dan bersantai dirumah saja bersama Karlina dan anak-anaknya.  Tiga hari Darman berkumpul bersama dan tiap pagi anak-anaknya bergantian mengantarnya berjalan pagi bersama Karlina.

Bu Salamah  : ” Selamat pagi semuanya….semoga pak Darman lekas kembali normal dan bisa jalan sehat bersama…”

Darman         : ” Ma ..ka… sih… bu..Sala..mah…” meskipun terbata-bata tapi suara Darman sudah cukup jelas. Liburan mereka segera habis Darman dikembalikan ke Kewengen. Jali dan Sari mengantarnya bersama Karlina, Mike tak ikut karena akan bertugas ke Bandung selama seminggu. Karlina pamit pada anak-anak Darman karena harus kembali kerja di Rumah Makannya di Brebes tapi Weni ikut ke Brebes membantu Karlina yang sudah diangkat menjadi kasir *Rumah Makan Darman Dan Lina*

 


Betapa Sulit Memaafkanmu

Betapa Sulit Memaafkanmu

Score 7.9
Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2022 Native Language: Indonesian
Karlina istri yang amat sayang suami harus menerima kenyataan yang pahit karena ulah suaminya dari awal pernikahan sampai memilki 4buah hati genderang perang selalu terdengar betapa sakit hatinya sampai suaminya meninggal tanpa pesan dan maaf untuknya. Seperti apakah dukanya ? Yuk kita simak bersama penderitaan Karlina

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset