Mas Effendi yang sudah yatim piatu meminta tolong pada pada ayahnya Darman untuk menjadi wali nikahnya, Rukmini juga mendatangi rumah bu Wasilah dan bertemu dengan suaminya yang bernama Romadhon . Pak Romadhon menanyakan : ” Apakah nak Effendi tak memiliki saudara….? ”
Effendi : ” Ada pak tapi mereka berada di Lampung tepatnya di Metro yang masih perjalanan jauh , dia adalah bulek saya sedangkan paman berada di luar negeri pekerjaannya mengecat di Taiwan dia seorang Tenaga Kerja Asing ”
Romadhon : ” Apakah tak bisa menyaksikan ponakannya ? ”
Effandi : ” Dia sudah pernah ke sini dan bu Wasilah pernah bertemu saat ayah meninggal karena sakit sedangkan ibu lebih dahulu meninggalnya karena kena kanker tulang …saya ditinggal bapak sejak lulus SMA dan ditinggali rumah ini semua ada juga yang di Semarang masih dalam kontrakan…dan kurang beberapa bulan habis kontrakannya ”
Romadhon : ” Apakah akan dikontrakkan lagi….? ”
Effendi : ” Nanti pak…nunggu Rukmini di mutasi ke Semarang..katanya jelang tahun baru….”
Romandhon : ” Semarangnya dimana nak Effendi…?
EfFendi : ” Adapak di Wiroto …dekat dengan kelurahan Krobokan , kita akan tengok kesana..bagaimana bapak ibu bersedia mengikuti kami….? ”
Romadhon : ” Bapak dan Ibu Satrio ikut kan…..”
Effendi : ” Bapak /Ibuk sibuk dengan adik kecilnya Rukmini…yang tak mungkin di tinggalkan …sekalian melihat apa saja saja yang perlu di perbaiki…bukankah pak Romadhon tukang kayu…pasti bisa memperbaiki rumah.. ”
Romandhon : ” Yaaah kita lihat saja besok bila kontrakannya sudah habis..apa saja yang perlu di rehab ” . Pak Romadhon bersedia menjadi wali nikah mas Effendi , Darman amat senang dan akan bermain denganChuko lagi.
Bu Wasilah sudah menganggap mas Effendi seperti anaknya sendiri karena sejak bekerja dengan almarhum ibuknya sampai Darman lahir masih selalu bersamanya mendampingi mas Effendi karena pesan ibuknya mas Effendi sudah menitipkannya sampai ayahnya meninggal semua yang urus keluargaRomadhon. Sebenarnya pak Romadhon sudah tahu keluarga mas Effendi yang berasal dari Lampung tapi dia hanya mengingatkan saja agar mas Effendi mau menghubunginya tapi karena hape ganti-ganti terus sehingga kontak menghilang . Mas Effendi sebenarnya ingin selalu menghubungi keluarga tetapi bagaimana caranya karena keluarga bapak maupun ibuknya berasal dari Lampung dan semua nomor telah dicatatnya tapi tak bisa dihubunginya. Bapaknya mas Effendi pensiunan Perhutani waktu itu dan di mutasi di Mranggen sebagai kepala Perhutani. Sebagai kepala dia termasuk baik karena selalu memperhatikan bawahannya. Ketika sudah pensiun mereka pindah di Bergas dan bertemu dengan pak Romadhon . Mas Effendi masih kecil saat itu dan merupakan anak asuh dari pondok pesantrn dan sudah diangkat menjadi anaknya dan baru kelas dua Sekolah Dasar . Sekolah Effendi pindah di Bergas yang mengurusi semua bu Wasilah karena ibuknya mas Effendi sakit tulang dan lemas sampai meninggal dunia.
Pak Wasruchi BA ayahnya mas Effendi sejak ditinggalkan istrinya tak mau menikah lagi dan pensiun ayahnya diterimakan mas Effendi yang masuk dalam kartu keluarga sampai dia lulus kuliah semua yang membiayai pensiunan pak Wasruchi dan sekarang dia mau menikah dengan Rukmini pensiun sudah di lepaskannya karena mas Effendi sudah bekerja. Mas Effendi membeli seekor kucing untuk mengilangkan kesepiannya. Bu Wasilah yang mengurusi keperluan mas Effendi dan segala kebersihan rumah sudah di urusnya sampai sekarang Darman selalu bersamanya dan sudah menganggap adiknya .Bu Wasilah yang memiliki seorang anak saja kadang membawa pulang Darman jika temen mas Effendi bermain dan menginap di sana.
Suatu saat mas Effendi mendatangi tempat pondokannya karena melihat foto yang ditemukannya dalam laci kerja bapaknya yang dibenahi karena mau diperbaiki karena kayunya yang antik dan ukirannya yang bagus. Pak Romadhon memperbaiki dan menginap di rumah mas Effendi karena jelang pernikahannya. Mas Effendi mengajak pak Romadhon melamarkan mas Effendi di Magelang di rumah mbak Rukmini bersama Bu Wasilah dan Darman tak lupa Chuko ikut pula.
Dalam perjalanan Chuko tenang dan memandang laju kendaraan yang terlihat di sampingnya sambil sesekali Darman mengelus Chuko yang tertidur dipelukan Darman sambil sesekali memandang keluar. Bungkusan yang disediakan mas Effendi ditaruh di jog belakang bersama oleh-oleh yang lainnya.