Itu adalah kata-kata dalam sebuah komik Jepang tentang kehidupan keluarga samurai. Entah kenapa aku suka sekali kalimat itu. Kupikir memang seorang perempuan seharusnya bersikap seperti itu. Tentu, perempuan juga wajib dan berhak menuntut ilmu, bekerja, atau mengejar cita-cita. Tapi tetap harus ingat bahwa pemimpin keluarga adalah ayah, dan pemimpin rumahtangga adalah suami… Sudah sepatutnya anak perempuan taat pada ayahnya, dan istri taat pada suaminya..
Tentu pada prakteknya hal itu sulit untuk dilakukan tapi bukan berarti tidak bisa…
Malam itu diam-diam aku menelepon aa sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan orangtuaku
“A, maafin eneng ya, eneng udah berusaha menolak semua laki-laki yang mau dijodohkan sama eneng, tapi malah begini akhirnya”
“Aa yang minta maaf belum bisa melamar kamu neng… Sekarang gimana?”
“Ya mau bagaimana lagi a, eneng ga mungkin bisa menolak perkataan bapa. Eneng ga mau jadi anak durhaka…”
“Eneng udah ga cinta sama aa ya?”
“Astagfirullah. Ga begitu a… Demi Allah kalau saat ini aa adalah suamiku, jangankan cuma ke Kalimantan, ke ujung dunia pun aku akan ikut… Walau ortu menentang, aku akan tetap patuh sama aa… Tapi saat ini, selama aku belum menikah, aku masih tanggung jawab bapaku, jd kepatuhan terbesarku masih di kaki orangtuaku a…”
“Jadi kamu akan meninggalkanku sekarang?”
“Aku ga punya pilihan lain… Aku juga ga tahu lagi harus gimana a,…”
“……”
“……”
Malam itu sajadahku kembali basah oleh airmata. Sesaat kupikir aku ingin kimpoi lari saja, kabur ke Kalimantan lalu membangun keluargaku sendiri dengan laki-laki pilihanku.
Ah tapi… Bukankah Allah menyuruh hambaNya untuk patuh pada orangtua kan? Kalau aku kimpoi lari sekarang bukankah aku akan menyakiti hati orangtuaku dan dengan demikian akan membuat Allah juga murka? Lalu untuk apa menjalani hidup yang dimurkai Allah?
Entahlah. Aku bingung. Bimbang. Terkadang aku termenung di depan komputerku dan hanya bermain game sekedar untuk melupakan semua masalahku.
Aa tak pernah menghubungi lagi selama beberapa bulan setelah itu. Aku pun bertahan untuk tidak menghubunginya. Jika memang aku ditakdirkan menikah dengan orang lain, lebih baik dari sekarang aku berusaha untuk melupakannya saja.
Jalani saja… Ikuti saja arusnya… Dan tetap berdoa semoga Allah tetap meridhoi semua langkah kita…