Aku sedang menginstal beberapa Gamehouse di komputer kantorku, ilegal sih emang, jangan ditiru ya saat teh Ade datang dan langsung duduk di mejanya. Teh Ade ini masih sepupu jauh aku juga, maklum kantor keluarga sendiri jadi pegawainya juga dari keluarga juga. Rada lebay sih kalau dibilang kantor… Tapi ah untuk kepentingan cerita kita sebut saja ‘kantor’ oke . Ga usah ditanya kantor apa, tapi.
Teh Ade: “Gimana neng sama si Andy? Lancar?”
Aku menyeringai ala Garfield.
“Gagal total ”
“Ahahah… Pasti sengaja digagalin yah, eneng mah maunya ama yang di Kalimantan kan?”
“Sssttt..”
Aku menempelkan telunjuk di bibirku pada saat itu nenek datang dan ikut duduk di situ.
“Neng, nanti malam ke rumah nenek ya, ada yang mau ketemu… Dandan yang cantik, pake kerudung yang bener, pake bedak, mandi, pake parfum, dan jangan pake sendal jepit”
Aku manyun mendengar kata-kata nenek. Pasti cowok perjodohan lagi yang mau ketemu. Aku ga masalah dengan itu. Tapi kenapa aku ga boleh pake sendal jepit? Dan lagi apa pedulinya si cow ini. Kan sendalnya juga dilepas di luar kan ga dibawa-bawa masuk rumah? Mungkin nenek takut aku akan menggunakan sandal jepit untuk menghajar cowok ini. Yeah kalau itu alasannya… Baiklah high heels tajam terdengar lebih menjanjikan…
“Iya nek…”
Teh Ade tampak menahan tawa mendengar percakapan kami. Sudah menjadi semacam tradisi kalau beberapa teman/saudara cew ku kadang banyak juga yang gemas sendiri sama sifat tomboyku yang satu itu.
Kalau aku pakai kerudung miring2 atau cuek pakai sendal jepit ke mall ada aja yang merasa gemas sendiri. Yee padahal akunya aja enjoy kenapa mereka ribet sih Atau mungkin malu kali yah jalan sama aku
Setelah itu nenek masih berkata beberapa hal, yang sepertinya adalah deskripsi dari cowok yang akan bertamu nanti malam. Aku ga terlalu memperhatikan karena sambil mengerjakan berkas-berkas yang memang sudah jadi bagianku di kantor ini.
—-
Aku tiba di rumah nenek malam itu diantar sama adik sepupuku.
“Teh, kalau sudah selesai sms saja, nanti Ujang jemput lagi”
“Wokeh”
“Assalamu’alaikum”
Aku masuk ke rumah nenek yang pintunya terbuka. Sudah ada seseorang di dalam situ. Laki-laki muda seumuran denganku, badan tinggi kulit agak kehitaman, tapi lumayan manis. Aku bersalaman dengannya. Bentar… Namanya aku lupa siapa, ah kita sebut saja Coky ga usah dibikin ribet.
Aku tersenyum walau agak terpaksa. Wah jurus-bikin-cowok-ilfeel-pada-kesan-pertama jelas tidak bisa kulancarkan di depan nenekku. Aku harus cari cara lain… Aku terpaksa menghadapinya dengan ramah saat kami ngobrol di depan nenekku.
Coky ternyata anak yang humble dan mudah akrab sama orang lain. Mungkin… Mungkin aku bisa menjadikannya temanku dan mungkin kalau sudah berteman dia nanti mau menolongku…
Jam sembilan malam aku pamit pulang dan meng-sms si Ujang untuk menjemputku. Sedangkan Coky disuruh nenek untuk tidur di loteng atas rumah nenek.
Besoknya adalah hari Minggu. Jadi aku puas-puasin main game di komputerku semalaman. Aa ga bisa telepon karena kecapean mengurus kebun cabenya. Tapi semua perkembangan perjodohanku selalu kuceritakan sama aa.
Tiba-tiba nenek menelepon dan menyuruhku bersiap-siap karena Coky mau datang ke rumah. Haduh sabodo teuinglah. Lebih bagus malah kalau kuhadapi dia dengan keadaan belum mandi begini, biar dia ilfeel dan kabur. Tak lama Coky pun datang ke rumah dan kuterima dengan sopan. Namun sejauh yang kulihat sepertinya dia tidak terlalu terganggu dengan kenyataan bahwa aku belum mandi. Jadi siap-siap kulancarkan plan B…
“Coky, kok kamu mau sih dijodohin begini? Emang pacar kamu ga marah?”
“Nggak kok, kebetulan aku juga lagi jomblo… Pacarnya Wulan kali yah yang marah?”
“Iya…”
“Wah maaf aku ga tau kalau Wulan udah ada pacar, ibu Y (tante aku) bilang nya kamu lagi cari jodoh . Karena aku juga jomblo kupikir yah apa salahnya kucoba kenalan dulu ”
Aku memandangnya lekat-lekat, menilai apa dia bisa dipercaya atau nggak. Melihat senyumnya yang tulus aku yakin dia cowok baik-baik sih…
Akhirnya aku putuskan untuk jujur sama dia. Kukasih liat fotonya aa di hapeku, dan kuceritakan semua kesulitanku, tentang pacarku yang usahanya belum lancar dan belum punya uang, ortuku yang tak merestui karena jarak terlalu jauh, dan usaha ortu+nenek mencarikanku jodoh.
Coky manggut-manggut dan mendengarkan ceritaku dengan seksama
“Jadi aku mau minta tolong sama kamu Cok…”
“Iya… Katakan saja apa yang bisa kubantu”
“Tolong kamu tolak perjodohan ini. Bilang aja kamu ga cocok sama aku, soalnya kalau aku yang nolak pasti mereka marah… Ortu aku itu semakin dilawan akan semakin menekan… Daripada nanti aku lebih susah lagi mendapat restu mereka, untuk sekarang aku ikuti saja dulu rencana mereka. Kupikir kalau perjodohanku gagal terus pada akhirnya mereka akan menerima calon pilihanku…”
“Oke Wulan, ga apa-apa. Aku mau bantu kamu… Tapi dengan satu syarat…”
“Syarat apa itu?”
“Kamu harus berjuang terus ya, dan harus ampe nikah sama pacarmu ya… ”
“Ammiiinnnn… Insya Allah. Doain ya Coky, terima kasih udah mau bantu aku”
“Haha… Santay”
Wah, alhamdulillah ya Allah ternyata Coky orangnya baik…
Terima kasih teman, atas bantuan yang kau berikan kala itu, semoga dimanapun kau berada sekarang hidupmu selalu dilimpahi rahmat Allah swt yah… Amiinn ya robbal alamin…