Cinta Kandas Karena Sebuah Tradisi episode 1


Siang itu sepulang mengajar, kulihat sebungkus plastik berisi buah tergantung di sebelah pintu masuk. Kuraih dan membawanya masuk.

“Mas yang mengantarkan buah ke rumah, ya?” tanyaku melalui pesan watsap ke Mas Faisal.

“Iya, Dik. Semoga suka, ya.” balasnya.

“Jangan repot-repot, Mas.”

“Nggak, kebetulan tadi sekalian lewat baru pulang dari puncak.”

“Baiklah. Makasih, Mas.”

***

Aku tak habis pikir, bagaimana seorang lelaki bisa memiliki perasaan padahal bertemu sekalipun belum pernah. Melihat wajahku pun belum pernah, hanya mengetahui alamat rumah yang kuberikan padanya melalui chat di sebuah grup watsap. Rasanya tak ada yang menarik dalam diriku, aku jarang interaksi di grup. Tapi lelaki itu tetiba menghubungi nomerku. Namanya Faisal. Dia sosok yang sederhana, dewasa dan tidak begitu heboh di grup. Begitu yang kuketahui selama ini. Foto di watsap sih terlihat manis dengan tubuh begitu tinggi. Sangat ideal. Walaupun tak setampan mantan.

“Dik, boleh mas datang ke rumah?”

“Hah? Buat apa?”

“Kok buat apa sih, ya berkunjung lah.”

Aku masih terpaku menatap layar ponsel, lelaki yang benar-benar tak ada basa-basi.

“Dik, kok diam? Mas kan sudah tau alamat adik. Nah, beberapa kali sudah ke rumah, tapi adik nggak pernah ada. Seorang mas mau kita ketemuan.”

“Ketemu di mana?”

“Di mana saja, terserah. Di warung tombo luwe juga boleh, kan dekat dari simpang rumah adik.”

“Tapi ….”

“Bawa Kakak juga nggak apa-apa. Kalau takut dan nggak percaya dengan mas.”

Kukirimkan emot tertawa padanya. Sorenya aku bersiap untuk bertatap langsung dengan Mas Faisal yang sudah kekenal via udara selama dua minggu.

***

Pertemuan kami berakhir dengan bahagia. Dirinya tidak terlalu jelek, postur tubuhnya yang sangat tinggi benar-benar membuatku terpana. Selama dekat dengan makhluk bernama lelaki, aku sudah banyak mengenal lelaki tinggi. Tapi dia memiliki tubuh lebih tinggi lagi. Hingga melihatnya pun, aku harus mendongak ke atas.

Malam itu saat berkunjung ke rumah, kami membahas hal yang serius.

“Jangan dilihatin terus, nanti jatuh cinta.” goda Mas Faisal.

“Mas benar-benar tinggi.”

“Ah yang benar?”

“Iya. Adik suka.”

Mas Faisal meraih tanganku, dan dengan cepat segera kutepis.

“Pegang tangan saja nggak boleh? Ya ampun.”

“Maaf, Mas. Adik nggak terbiasa, kita belum halal.”

“Yuk, halalin. Kapan maunya?”

“Ya ampun, jangan buru-buru.”

“Mas mau serius, bukan main-main. Mas juga bukan anak-anak lagi.”

“Ya terserah mas kalau sudah yakin.”

“Tahun ini, ya?”

“Lebaran nanti, Hamzah, adiknya adik mau nikah. Nggak apa sih kalau mas mau sama-sama.”

“Ah, pamali. Nggak boleh di keluarga Jawa kedua saudara menikah dalam satu tahun.”

“Ya ampun, mitos itu. Dalam agama nggak salah.”

“Bukan, Dik. Intinya nggak boleh, suruh Hamzah menunda dan menikah tahun depan saja.”

“Ada-ada saja. Pesta sudah direncanakan dan sudah ditetapkan hari H nya.”

Mas Faisal diam tak banyak bicara sampai pulang, kami sibuk berdebat dalam pikiran masing-masing.

***

Ting

Satu pesan watsap masuk, segera kubuka karena sedari malam aku menunggu kabar dari Mas Faisal.

“Dik, maaf … mas serius mau menikah dengan adik. Tapi kalau sampai tahun depan, mas nggak bisa menunggu. Terlalu lama bagi mas.”

“Lalu?”

“Kita jalani saja, ya. Saat ini jalani dan berhubungan sebagai teman saja.”

“Iya, Mas.” Ada sesak terasa, perih tak terkira, padahal baru saja mengenal Mas Faisal, tapi rasanya berat tuk menerima kenyataan.

“Maafin mas, ya?”

“Iya, nggak apa-apa, Mas.”

Seketika dada ini sesak terasa sakit, ia yang mulai kucintai malah dengan santainya mengucap kata perpisahan. Air mataku akhirnya jatuh. Kali ketiga aku gagal dalam percintaan. Pertama, gagal karena tak direstui orang tua. Kedua, karena status sosial. Ketiga, karena sebuah tradisi.

“Semoga adik menemukan lelaki yang benar-benar mencintaimu, Dik.”

Kumatikan ponsel dan melemparnya ke atas kasur. Aku menyerah, tak akan lagi membuka hati pada makhluk bernama lelaki.

***

Sebulan kemudian ….

“Dik, datang ya ke pernikahan mas minggu depan. Kalau bisa, gabung sama anak-anak grup saja janjian.”

“Iya, Mas.”

Bagai petir di siang bolong, kabar dari Mas Faisal tentang rencana pernikahan dirinya dengan wanita lain benar-benar membuat aku shock. Cinta yang menuju jalan pernikahan akhirnya gagal di tengah jalan. Aku diam mencoba tuk ikhlas. Cinta kandas karena tradisi. Air mata kembali menetes saat kenangan-kenangan sekejap berlalu sirna.

Teras di mana kami sering bercanda gurau, membuatku semakin hancur. Mengingat semua itu, aku seperti patah semangat. Bukan tak merelakan atau tak mengikhlaskan, hanya saja rasa kehilangan itu yang belum kubiasakan.


Cinta Kandas Karena Sebuah Tradisi

Cinta Kandas Karena Sebuah Tradisi

Status: Completed Tipe: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Siang itu sepulang mengajar, kulihat sebungkus plastik berisi buah tergantung di sebelah pintu masuk. Kuraih dan membawanya masuk."Mas yang mengantarkan buah ke rumah, ya?" tanyaku melalui pesan watsap ke Mas Faisal."Iya, Dik. Semoga suka, ya." balasnya."Jangan repot-repot, Mas.""Nggak, kebetulan tadi sekalian lewat baru pulang dari puncak.""Baiklah. Makasih, Mas."***

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset