Sudah tak kerasa gue udah memasuki kelas XII, dimana kali ini kelas gue tidak lagi bertetangga sama cia. Kelas cia berada di seberang kelas gue tepatnya ujung ketemu ujung, dan kelas si andri beda beberapa kelas dengan kelas cia. Di mulai lah intensitas bertemu agak sedikit berkurang, walau tiap malam bisa ngobrol lewat mig33. Dan aktifitas belajar mengajar pun sudah di mulai, apa lagi kelas XII tidak penuh belajar 1 tahun, karena bulan april tahun depan sudah UN. Disini gue harus lebih serius belajar, gak mau kecewain tante sama om yang udah biyain gue sekolah disini.
Seteleh proses belajar berlangsung lebih 2 minggu, gue dapat kabar cia sering pingsan karena kelelahan, bisa 1 minggu 2 sampai 3 di ruang UKS ramai karena cia pingsan, gue cuman bisa lihat dari jauh karena sudah ada dewa penolong buat cia yaitu andri, gue sebut dewa penolong karena gue akuin si andri sedia setiap saat, terutama cia pingsan, andri yang membopong ke UKS. Dan sejak kejadian itu gue udah gak pernah pulang bareng lagi, karena cia selalu pergi dan pulang bareng cia. Mereka sepertinya cocok jadi pasangan, gue bisa lihat begitu perhatian banget si andri terhadap cia.
Tetapi gue apa daya, gak gentleman seperti andri dan hanya terperangkap dalam kenyamanan. Bimbel pun telah di mulai, Keadaan sekolah lumayan sepi, karena anak kelas XII yang berada di sekolah yang sedang pada lagi bimbel, gue keluar karena kelas karena gak bawa buku dan duduk santai di teras. Dan gue lihat liat cia keluar dari lorong arah kamar mandi. Jalanya bergitu pelan, sambil cia pegangin pinggangnya.
“(apakah cia hamil?”) pertnyaan bodoh saat itu, tapi gak mungkin dia kan anak baik gak mungkin salah pergaulan. Pertanyaan yang terus menerka, sebenernya sakit apa yang di alami cia. Gue pun ragu mau tanya langsung karena takut, takut dia marah. Feeling gue gak enak, gue coba ikutin dari belakang, langkahnya semakin berat dan terus pegang pinggannya. Dan tak lama tubuhnya sempoyongan. Reflek,,, gue pun menopang tubuhnya, cia pingsan lagi. Gue panic saat itu, dan lorong kelas sepi karena kelas masih pada belajar.
Berat saat yang gue rasain itu, tapi efek panic gue langsung memapah dan satu tujuan yaitu UKS, gue pun agak susah saat mau memapah tubuhnya dan akhirnya bisa, gue pun berusaha jalan cepat ke ruang UKS yang tak terlalu jauh. Gak lama gue baringkan cia dan gue olesin minyak angin yang ada di kotak p3k, selesai itu terdengar di loroang kelas ada beberapa orang teriak “ada yang pingsan,”.
Gue gak mau ada salah paham, apa lagi kalau andri liat gue lagi gini pasti pikiranya negative. Gue putusin ngumpet di belakang pintu. Dan benar saja andri dan beberapa temanya termasuk shanty masuk, gue pun endap-endap keluar UKS dan masuk lagi ke UKS, seolah-olah gue baru dateng. Terlihat wajahnya yang pucat, dan seperti biasa andri sangat dramatis memberikan perhatinya
“Cia,, bangun… cia..” sambil di elus pipinya. Dan shanty memberikan minyak angin yang tadi gue ambil di samping tangan cia. Ruang UKS tadi penuh dengan beberapa orang kini tinggal beberapa orang termasuk gue. 10 menitan cia pun sadar, matanya sayu seolah berat banget untuk di buka. Bukan waktunya yang tepat untuk menanyakan cia sakit apa.. terlihat andri menelpon seseorang. Cia yang tidak berkata-kata hanya tersenyum. Gue tau arti senyumanya ada masalah berat.
Terdengar suara mobil di lapangan sekolah, ternyata andri telepon untuk itu. Tak lama di gendongnya tubuh cia oleh andri menuju mobil itu. Dan mobil itu mobil yang sering di bawa andri ke sekolah. Mereka pun masuk ke mobil dan langsung pergi entah kemana. Gue lihat shanty yang berdiri.
“shan.. emang cia sakit apa?” tanya gue bingung..
“kelelahan aja paling hehe..” gue tau cuman shanty yang tau masalah cia, andri atau gue pun gak bakalan tau. Cuman shanty yang tau, pikir gue saat itu.
“ouhh… “ jawab gue singkat.
Setelah itu keadaan kembali kondusif, dan bimbel di lanjutkan kembali. Selesai satu per satu pulang kerumah, termasuk gue yang begitu banyak pertanyaan. Gue liat mig33 hari ini cia gak online, hmm mungkin lagi istirahat.