***FlashBack***
Jam 02,00 pagi 15 juni di Rumah sakit xxx
“selamat yah bu, anaknya cowok” salah satu suster.
“wahh cowok re.. mirip papanya.. liat tuh” ucap tante ailin yaitu tante gue sekarang.
“permisi ya bu, “ ucap dokter yang langsung ke arah mama gue saat itu.
Dan ternyata saat itu mama gue mengalami pendarahan hebat habis melahirkan, semua orang panic termasuk papa gue saat itu.
“Km pasti bisa re.. km harus kuat re.” ucap papa ke mama saat itu. Penanganan tidak bisa di lakuin langsung karena terhalang biaya.
“kamu harus kuat yah, aku pulang dulu ambil uang buat sisa biaya ya.. dan ini ( kalung dengan giok bulat gepeng)” papa kasih kalung kesayangan ke mama, saat itu mama juga masih lemah tidak banyak bicara. Dan papa pun langsung pulang.
Tante bilang saat itu gue di taruh di box bayi dan dekat di samping mama yang lagi dapat penanganan dokter, saat itu tante bilang gue masih tenang dan mata mama selalu lirik ke arah gue. Dan tante bilang pendarahan bisa berhenti sesaat.
“lin.. bantuin tegakin badan gue.” Ucap mama ke tante ailin.
“tapi re,, nanti km pendarahan lagi, emang mau apa? Jangan macem-macem deh.” Jawab tante.
“cuman mau pakaiin kalung papa nya ke edo lin, sebentar aja.” Mama gue maksa. Dan mau gak mau tante pun bantuin bangun sebentar, dan saat mau kalungin ke leher saat itu tiba-tiba kalungnya jatuh ke lantai sambil ujungnya pecah 2,
“lin.. perasaan gue gak enak lin..” mama gue mulai mau nangis.
“gpp re,, percaya sama aku… ini emang kondisi km masih lemah re, jangan mikir macem-macem. Re..” jawab tante sambil ambil kalung dan kasih lagi ke mama.
***1 jam kemudian***
“Braakk…” pintu kamar terbuka dan muncul papa sambil agak sempoyongan menghampiri mama.
“re.. aku udah dapat uangnya.. km pasti cepet pulih dan sembuh re.” di elusnya pipi mama sambil di cium keningnya.
“hidung km kenapa berdarah dan kening kamu juga?” terpampang wajah kwahtir di wajah mama.
“jatuh hehe.. gpp kok..” jawab papa, sambil tangan mama bersihin darah di hidung dengan jarinya.
Dan tak lama beberapa orang dokter dan suster lari masuk kekamar.
“Pakk.. kita periksa dulu.. “ ucap dokter sambil 2 suster pegang tangan papa.
“emang kenapa dok?” tanya tante kaget.
“ bapak ini barusan ketabrak di depan rumah sakit, tapi malah lari masuk ke dalam, kami cegah untuk di periksa dulu tapi gak mau dan masih kekeh jalan ke kamar ini.” Jelas dokter.
“saya gak apa-apa dok.. terbentur dikit” bantah papa.
“mari pak di periksa dulu” lanjut dokter yang langsung berbaring di temat tidur samping box bayi yang berisi gue. Air mata mama saat itu menetes sambil matanya melihat papa yang berbaring di tempat tidur sebelah dengan mama dan box bayi. Dan tiba-tiba gue nangis memecah suasan di kamar.
Di dalam kamar hanya di ada tante dan kakek nenek dari mama, saat itu mama yang kondisi lemah berusaha meletakn tanganya di atas gue, untuk menenangkan gue. Dan gak lama papa juga meletakan tanganya di atas tangan mama di genggamnya erat. Dan saat itu tangis gue tiba-tiba berhenti, tante pun mengabadikan moment tersebut. Tapi tak berlangsung lama, mama berbisik ke kakek, nenek dan berbcara ke tante,
“Lin…..” nada mama lirih.
“bantuin jaga edo yah… gue rasanya gak kuat lin..” tangnya kini pegang tante.
“gak boleh ngomong gitu re… km pasti kuat.” Tangis tante pecah sambil pegang erat tangannya. Dan tangan mama pegang ke 2 tangan kakek, dan nenek. Dan berbisik Sesuatu, mama ingin merubah dunia walau sedikit. Sambil tersenyum, mama mulai memejamkan mata. Tanganya yang kuat menggam mulai lemah.. terdengar suara panggilan mama dari tante, kakek dan nenek,
Dokter yang di lagi periksa papa pun, langsung menghampiri mama dan langsung periksa keadaan mama, papa saat itu tak bisa berbuat apa-apa. Seperti sisa tenaganya sudah habis dan hanya bisa melihat dari sisi tempat tidur memandang wajah mama yang tersenyum sambil menutup mata. Dokter pun menggunakan semua kemampuannya dan apa daya.
“ ibu, pak, maaf saya sudah berusaha, tapi kondisinya udah gak tertolong” dokter sambil tarik nafas.
“gak mungkin dok, anak saya gak mungkin dok..” jerit nenek saat itu, sambil mengusap wajah mama yang tertidur.
Tante saat itu tertunduk lemas sambil menangis tersedu-sedu, karena teman baiknya telah berpulang. Papa tak bisa berkata apa-apa karena kondisi seperti itu, hanya berusaha menjulurkan tanganya berusaha menggapai mama tapi apa daya kondisinya lemah sehabis kecekelakaan di depan ruma sakit, dan tenaga sudah mulai habis.
“dok,… gimana kondisi Adrian,” tanya tante ke dokter.
“kondisinya saat mungkin luka dalam karena kepala terbentur cukup keras” jawab dokter.
“ terus gimana dok?” lanjut tante.
“saya akan akan berusaha sebaik mungkin, karena dia adalah teman kecil saya. Bu” jawab dokter ke tante gue.
“saya baru sadar sekarng, setelah lihat identitas dan luka di keningnya, saya yakin dia teman kecil saya yang telah hilang lama,” jawabnya tegas sambil meneteskan air mata.
Dokter itu bernama Jun, dia menceritakan dia temanan sama papa sejak kecil karena bertentangga itu semua berubah saat banjir bandang menyapu rumah papa dan dokter itu yang menyebabkan orang tua papa meninggal. Mereka tidak bertemu selama kejadian itu sampai sekarang ia menjadi dokter.
“dok.. peralatan sudah siap” ucap seoarng suster.
“ baik.. ndri,, km harus bertahan ndri.. km harus tau aku adalah teman kecilmu..” bisik dokter ke papa, sambil memasangkan alat detak jantung, papa terlihat sangat lemah.
“aku gak mau lihat teman baikku kayak ini.” Dokter berusaha semaksimal mungkin.
Keadaan papa semakin melemah, dan di pindah ke ruang yang memadai. Ternyata papa saat itu kritis setelah mengalami pendarah di otak, dan sekali lagi dokter jun yang teman baik sejak kecil berusaha sekuat tenaga selama 4 jam mengontrol kondisi papa langsung.
“nittttttt…………..” bunyi panjang dari alat detak jantung dan tak lama dokter jun keluar ruangan sambil isak tangis, dan bilang ke tante kalau papa udah tiada.. tante pun shock langsung pingsan di tempat.
Papa menyusul mama setelah 4 jam kepergian mama, cobaan yang sangat berat saat itu. Orang tua yang rela berkorban dengan anak dan kekasihnya tersayang, ketulusan yang begitu murni kepada anak satu-satunya. Dan memutuskan nama edo di tambah Adrian sebagai pengingat perjuangan papanya. Tapi berbeda dengan orang tua dari mama, tidak menggangap gue ada. Karena gue lah yang menyebabkan orang tua gue meninggal. Dan tante memenuhi janjinya merawat anak satu-satuny dari teman baiknya yang sudah tiada semaksimal mungkin.