***pagi hari***
Hari ini gue udah siap jengguk cia, buah-buahan dan sejenisnya udah gue beli, tunggu shanty sama reka datang. Tepat waktu akhirnya mereka datang juga, dan gue pun langsung ke rumah cia, hati berdebaran karena sudah lama tak tegur sapa, sungguh ragu jengguk cia. Dan akhirnya sampai di rumah cia, mama papa nya persilahkan kami ke atas ketemu cia, gue pun naik lantai atas.
Terpampang cia yang menggunakan kursi roda dan infuse lagi menatap arah depan, dan gak salah lagi rumah andri.
“Hi cia… ada yang mau jengguk..” ucap shanty
“_____” dengan muka datar tanpa ekspresi melihat gue dan mentap kembali kearah depan.
“___” gue pun bingung mau ngomong apa.
Shanty pun sedikit buka pembicaraan dan pun mulai ikut, tapi hasilnya nihil. Cia tetap tak ada ekspresi dan gue seperti ngomong berdua doank sama shanty. Gue pun pamit sama cia, tak ada senyum seperti cia yang dulu. Gak tega lihatnya cia yang ceria menjadi 180 derajat berubah. Gue dan shanty pun pamit, dan mikir gimana caranya buat cia ceria, tapi shanty udah gak ad aide lagi.
***Esok hari***
Keesokan harinya, 1 minggu 1 kali gue usahain jengguk cia. Tapi 1 bulan ini gak ada perubahan, malam hari gue gak bisa tidur mikirin caranya biar cia tetap bertahan sampai dapat transplatasi ginjal. Cuman andri yang bisa, tapi itu susah dia di ausi.
“tingggggg” gue dapat ide yaitu, kirimin surat yang seolah-olah andri yang kirim ke cia dan setangkai buka kesukaan cia yaitu bunga mawar. Untuk masalah cap prangko gue suruh reka bantu buat seolah asli dan reka setuju ide gue. Besoknya reka kasih prangko-pranko di tambah contoh tanda tangan andri, sekian ratus kali tiru tanda tangan andri dapat 1 yang mirip. Dan gue langsung isi ucap-ucap mendukung biar cia agar lebih semangat dan juga tak lupa setangkai bunga.
Setelah rapih gue pun menuju rumah cia, dan menekan bell rumah sambil taruh di pintu gerbang. Gue pun langsung kabur kembali ke resto. 1 minggu 3 kali gue kirim dengan kata-kata yang berbeda atas menamakan nama andri.
2 bulan pun berlalu gue dan gue pun jenguk cia seperti biasa, ada sedikit perubahan yaitu infus nya sudah di cabut dan mau makan walau dikit. Perubahan besar bagi gue, walau ekspresi cia masih kayak dulu. Tapi tak masalah yang penting cia bisa bertahan, dan gue dengar dari shanty mama papa nya sampai jual toko untuk biayain cuci darah sampai ketemu pendonor yang cocok. Cuci darah satu-satu jalan agar cia masih bisa bertahan dan gue tau makan banyak biaya.
Dan seperti biasa tiap minggunya gue masih kirim surat + bunga, dan ini memasuki bulan ke 4. Tak ada perubahan yang bearti sama cia. Dan masih suka terpaku ke depan rumah. Shanty pun nyerah tak ada respon dari andri lewat BBM.
***Malam Hari ***
Gue tiduran lantai atas ruko, mentap langit sambil memikirkan gimana caranya lagi. Dan sepintas teringat kata-kata mama ke tante sebelum meninggal yaitu “ mau mengubah dunia walau sedikit”. Kata-kata itu buat gue mau kayak mama, ubah dunia walau sedikit. Ubah dunianya cia yang lebih baik daripada sekarang tapi apa. Berpikir lama dan sekelibat ide gila, dan kali ini gue tanya ke tante.
“ tante…” sapa gue
“ia kenapa do?” tanya tante
“mau tanya tentang mama” ucap gue.
Dan gue tanya maksud arti ucapan mama ke tante waktu itu, dan tante pun jelasin yiatu : intinya mama mau hidupnya gak sia-sia.
“kalau gitu edo mau terusin cita-cita mama” tegas gue.
“haaa kamu mau apa”? tanya tante kaget.
“tapi tante jangan kaget yah, ini rahasia kita berdua tante.” Bisik gue.
Dan gue akhirnya jelasin masalahnya tentang cia, semua tentang cia gue ungkapin ke tante. Dan masalah cia sakit juga. Dan masuk ke masalah inti gue bilang ke tante.
“edo mau donorin ginjal edo buat cia tante” senyum gue.
“haa kamu gila do… tante gak setuju.” Tante buang muka.
“tapi edo ikhlas tante, karena edo sayang sama dia tante sampai sekarang, edo gak mau dia kesiksa gini tante” lanjut gue.
Perbincangan menjadi senyap tanpa kata dan gue terus bujuk tante, karena 1 ginjal pun gue masih bisa hidup demi orang yang pernah hiasi hari-hari gue dan yang kini sedang menunggu.
“ iah tante setuju… tapi kamu yakin ginjal kamu cocok sama dia?” ucap ragu tante.
“besok antar edo ke RS xxx tempat cia cuci darah, feeling edo cocok tante” gue pegang tangan tante.
“baiklah… tante gak ada hak larang kamu demi nyelamatin seseorang…” jawab tante lega.
“ kamu mirip papa kamu do…” tante geleng-geleng.
Gue gak tau maksud tante apa dengan mirip papa, perasaan senang dan takut kalau ginjal gue gak cocok sama cia. Tak ada cara lain selain cara ini, gue pun masuk kamar dan kembali buka foto mama papa. Sambil genggam kalung. Dan berdoa untuk besok
“Ma…. Pa… mohon doa kalian dari sana, agar edo bisa merubah sesuatu yang berguna kayak cita-cita mama yang belum tercapai. “ doa dan ucap gue dalam hati. Dan rahasia ini cuman tante, gue dan tuhan yang tau.