Siapa yang tidak kenal Nama Ratu Kidul…? Sosok mistis dari unsur negatif yang mencuat namanya identik dengan kejahatan, Seorang Nyai sebagai Ratu Pantai Selatan Penguasa Lautan di Negeri Tanah Jawa. Bukan hanya di Tanah Jawa saja Nyai berkuasa diseluruh penjuru Lautan Indonesia . Dengan kesaktiannya dia memberikan janji kesempurnaan hidup pada pengikutnya…siapa yang tidak menuruti akan merenggang nyawa memilukan, selain kesaktiannya dia juga penguasa kecantikan alaminya sehingga dipuja dan dianut ilmunya, dipercaya kemampuannya mempengaruhi otak alam sadar manusia. bukan hanya di Laut di daratpun dia akan mengejarnya kalau itu memang harus dilakukan. Jangan sekali-sekali menguji kesaktian dengan dia, murka yang akan didapat. Di Pantai Parang tritis dia menguji kesaktian dan di Laut Jawa Nyai memiliki anakbuah kesayangan diberi ilmu pencabut nyawa dan menghukum masyarakat yang berani mengusik namanya.
Di Demak khususnya Desa Golawe terkena hama tikus menguasai daerah itu, sawah , ladang, penuh tikus , sehingga masyarakat kelaparan karena padi yang mereka tanam disantapnya, bahkan lumbung padi dirajam habis, ikan dilautan pun bersembunyi mereka tak memperoleh ikan , hampa yang didapat…
Endang Suwiri wanita setan itu ketawa terkekeh-kekeh..mengerikan ketawanya ” Hiiii…hiiiii….hiiiii…hii ” Mau ada apa desa ini diberi bencana syirik macam ini” kata Surondhono seorang santri di Kasunanan Demak. Surondhono mempelajari ilmu agama menolak ajaran mistis yang menyesatkan manusia. Menjelang maghrib suara itu mulai nyaring terdengar. Seolah-olah ketawa Endang Suwiri ada dimana-mana memenuhi desa Golawe, sementara bencana kelaparan sudah melanda di pesisir kota Semarang. Surondono mengajak sahabat-sahabatnya untuk melakukan shollat tahajud bersama-sama. Bencana tersebut tambah meraja lela, bahkan sampai meminta korban nyawa. Surondhono meminta masyarakat untuk tidur diatas tanah beralas tikar dan jangan setinggi 50 centi… maka kalian akan selamat dan beshollawat lah. Menjelang Maghrib ketawa mulai memekakkan telinga…Surondhono shollat sambil posisi tidur…. terlihatlah sorotan lampu sentir yang besar atau Damar Teng( lampu yang ditenteng ) kelihatannya tebang mengambang pelan-pelan seolah mencari sesuatu ” Apapun yang terjadi janganlah engkau bangun bershollawatlah….begitu ia mengingatkan janganlah takut dengan ilmu sihir…takutlah sama Allah Sang Pengusa Sesungguhnya… Tiba-tiba terdengar jeritan beberapa orang. Surondhono menangis mungkin orang itu takut atau jijik melihat lampu damar teng. sehingga nyawa mereka menjadi taruhannya
Subuh sudah kelihatan , Surondhono mengambil air wudhu dan bershollat, orang-orangpun bangun dan mengikuti Surondhono shollat. Selesai shollat Surondhono memeriksa jenazah yang kemarin menjadi korban damar teng mereka orang-orang yang tak berdosa tak mengerti apa-apa, tapi mereka pendusta karena tidak mematuhi perintah, mereka takut pada dirinya sendiri. Tubuh mereka tak mengeluarkan darah, setan itu menyerap nyawa dan energi tubuh itu hingga badannya lemas, mereka segera dikebumikan. Selama tujuh hari mereka tidur di luar rumah selama itu pula Surondhono berpuasa.
Damar Teng kini mulai keluar habis Isyak dan berakhir menjelang subuh dan selalu mencabut nyawa karena ada jeritan histeris menyayat hati, Ya Allah…mengapa ilmu hitam macam itu Kau biarkan…Setan itu sudah mengambil nyawa penduduk di Golawe, kini penduduk mulai berkurang Ya Allah berikan aku kekuatan untuk melawan ilmu hitam , begitulah ratapan hati Surondhono dari pagi, siang,sore hingga malam Surondhono mencari ayat-ayat suci untuk mengalahkan ilmu hitam itu. Saat ini hari ke dua puluh satu, sehabis shollat Isyak Surondhono membaca surat Al Fiil , terdengar suara Endang Suwiri yang mencekam di kegelapan membuat merinding bulu kuduk..angin yang ada diluar menusuk-nusuk tulang sehingga orang-orang sekarang pada masuk ke dalam rumah, apabila masih takut dipersilakan ke mushola untuk bergabung.
Endang Suwiri tidak berani masuk mushola, dia hanya mengelilingi saja saat itulah Surondhono membaca Surat Al Fiil yang membuat Endang Suwiri berhenti…tiba-tiba Surondhono melihat tubuh Endang Suwiri yang dibalut lumut yang amat licin sekali tangannya membawa teken atau kayu digunakan untuk mencantolkan damar teng yang mengincar nyawa makanya dia mengangkatnya lebih tinggi, Endang suwiri jalannya terbang diatas 50 cm apabila kakinya nyantol sesuatu maka lampu itu akan menunjukkan apakah itu nyawa manusia atau bukan..? Endang Suwiri melihat manusia seperti hewan kucing apabila mereka tidur dibawah ketinggian 50cm dan akan melihat ujud manusia bila tidurnya melebihi 50 cm maka damar teng akan menghisap nyawa orang tersebut berikut energinya. Endang Suwiri merasakan ada yang mengawasinya dia memutar-putar di sekitar mushola dan Surondhono membaca berulang ulang surat tersebut, tatapan mata Endang Suwiri yang menakutkan sepertinya melihat Surondhono sehingga membuat kaget hatinya seakan rontok , tangan yang memegang tasbih gemetaran meski mulut merapalkan surat Al Fiil hatinya masih ciut melihat muka Endang Suwiri yang menakutkan” Ya Allah Ya Robbi…Subkhanallah Walhamdulillah Walla illahaillallah Wowohu Akbar mulut Surondhono komat kamit mengulang ulang bacaan itu, jantungnya terasa membeku sementara itu Endang Suwiri tidak menemukan sesuatu ataupun nyawa baru. Dia terkekeh tertawa-tawa menakutkan penduduk ..matanya mencari-cari korban baru, ketika waktu subuh tiba lampu damar teng itu mati dan tubuh Endang Suwiri menghilang.
Surondhono mengingat -ingat kejadian semalam, dia harus bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik..tapi Endang Suwiri itu wanita aku tak mungkin melakukan itu, terpaksa aku harus menemukan wanita pemberani dan pandai ilmu agama.Surondhono menemui gurunya Kyai Demang dan menyuruh Surondhono ke desa sebelah yaitu Desa Cempogo disana ada surau, Surondhono mendatangi surau itu untuk bersilaturahmi dengan Ki Karyodipo. Ki Karyo begitu panggilan yang sering dipakai masyarakatnya , menerima baik Surondhono untuk kemajuan desa. Surondhono menceritakan pagebluk di Desa Golawe dan Ia juga menceritakan kelemahan Endang Suwiri.
Ki Karyo memanggil anak gadisnya yang baru saja pulang dari nyantri di Jombang yang bernama Ngaipah dia bersedia membantu masyarakat Golawe, Surondhono segera menemui gurunya Kyai Demang di Demak, dan sudah menemukan wanita yang sesuai dengan kriteria gurunya. Lewat ilmu ngrogoh sukmo Kyai Demang memanggil Ngaipah dengan secepat kilat Ngaipah ada didepan Kyai Demang. Surondhono segera menyalaminya dengan anggukan kepala dan Ngaipah membalas anggukan itu, mereka sebentar bertemu kemudian segera menuju Desa Cempogo menemui orang tua Ngaipah dan membicarakan rencana besok malam, Ki Karyo dan Nyi Karyo menerima kedatangan Kyai Demang dan siap membantu mereka terutama warga Golawe dan mereka semua menuju mushola Golawe.
Surondhono adzan sholat Maghrib mengumpulkan jamaahnya dan seluruh pemuda juga sesepuh agar sholat bersama. Masyarakat merasa peduli dan bersemangat untuk shollat berjamaah. Selesai shollat mereka berdzikir dan bersholawat. Mereka membahas penyergapan terhadap diri Endang Suwiri, Kyai Demang meminta para pemuda dan sesepuh mengikuti jalannya penyergapan dan membagi dua kelompon , kelompok satu mengikuti komando Surondhono kelompok dua mengikuti komando Ki Karyo. Nyi Karyo dan Ngaipah sebagai umpan dan Kyai meminta pemuda agar segera mengumpulkan abu sisa memasak sekarang sebanyak-banyaknya. Ketika abu sudah memenuhi kebutuhan mereka semua shollat Isyak berdzikir dan ndarus, ketika terdengar suara lengkingan Endang Suwiri yang membuat dada rontok mereka mempersiapkan diri, para pemuda tidur telentang mengelilingi rumah pancingan diujung pemuda ada Surondhono sebagai penjaga kunci gerbang, Kyai Demang menjaga Nyi Karyo posisi di tengah pintu depan yang tertutup rapat di dalam rumah pancingan .
Nyi Karyo dan Ngaipah melepas semua pakaian tak ada selembarpun menempel di badan, mereka bergulung-gulung di abu sehingga nampak hitam kelam yang kelihatan hanya selendang warna kuning yang melingkar di leher Ngaipah dan warna hijau untuk Nyi Karyo mereka membaca lafal di selendang selanjutnya telentang menunggu Endang Suwiri. Ki Karyo menjaga mushola mengawasi Kyai Demang apabila butuh bantuan dan juga membantu tugas Surondhono di bagian pemudanya. Surondhono melihat Damar Teng semakin mendekat dan ketawa Endang Suwiri menyesakkan memanggil damar teng lainnya yang agak redup cahayanya ” Jangan hiraukan damar teng yang redup konsen ke Damar Teng Endang Suwiri dengan cahaya yang terang, karena terdengar berisik Endang suwiri terkekeh mendekati Surondhono . Suara menjadi sunyi..damar teng memutari rumah penyergapan mencari suara tak ketemu-ketemu. Kyai Demang jengkel karena damar teng hanya memutar-mutar maka ia menggunakan taktik dengan mendehem tiga kali, kontan damar teng menuju suara tersebut dan masuklah damar teng ke perangkap. Surondhono segera menguncinya dengan membaca ayat Kursi berulang-ulang. Merasa diperdaya oleh mereka semua Endang Suwiri mendatangkan badai yang amat dingin ditambah ketawa yang menakutkan para pemuda segera mengucapkan Lailla hailallah…lailla ha ilallah….semakin lama semakin cepat, sehingga Endang Suwiri kepanasan segera masuk kedalam rumah pintu didobraknya secepat angin ia masuk. Kyai Demang segera menguncinya dengan Surat Yassin. tanpa fikir panjang Ngaipah mengucap Bismillahirohmaanirrohim sambil menerkam Endang Suwiri dari arah belakang, Nyi Karyo merebut teken kayu dan mematikan cahayanya, teken itu dilempar ke arah kyai Demang dan menangkapnya lalu mengamankan teken kayu itu dengan memberi rajah agar tidak bisa digunakan lagi, tubuh licin Endang Suwiri tergesek abu melukai kulitnya sendiri..dia berteriak teriak dan marah dia mengeluarkan seluruh ilmu hitamnya dan Ngaipah juga Ki Karyo menangkal setan dengan ilmunya masing-masing, mereka beradu kekuatan, selendang Ngaipah berhasil melilit di tangan dan dadanya, selendang Nyi Karyo melilit di kaki Endang Suwiri. mereka bertiga kelelahan tubuh Endang Suwiri penuh luka, nafasnya tersengal-sengal, mukanya rusak kena besutan selendang Ngaipah, kakinya berdarah terlilit selendang Nyi Karyo dia sudah tak berdaya ilmu hitam yang dimiliki telah melilit dirinya sendiri. Seketika terdengar gemuruh suara ombak dan munculah Ratu Kidul dengan mengucap Asalamu’Allaikum dan dijawab Waallaikum salam oleh Kyai Demang, Ratu meminta maaf dan akan mengembalikan keadaan kembali seperti sedia kala karena ulah Endang Suwiri muridnya yang telah murtad. Ratu Kidul membacakan surat Yassin dan di akhiri Kulhu Geni maka tubuh Endang Suwiri hancur berantakan, sempurnalah sudah kematian Endang Suwiri di tangan Gurunya sendiri.
Selesai.