Diary Playboy Wanna Be episode 10

Chapter 10 : Introducing Ian, The Master of Deception

Setelah kasus putusnya gw dgn Viona, gw jadi agak males menjalin hubungan dengan selingkuhan yang make hati. Gw lebih banyak jajan untuk memuaskan kebutuhan biologis. Di saat yang sama, kebiasaan pulang malam mendekatkan gw dgn salah satu rekan kerja yang ternyata berasal dari daerah yang sama. Sumatera. Ian, begitu dia biasa disapa. Setelah beberapa perbincangan, gw jadi lebih tahu siapa Ian sebenarnya. He’s a true player. Foxy at every aspect, The master of deception.

Yup, dibalik kekaleman dan autisnya Ian di kantor, ternyata dia adalah player sejati yang mampu memanipulasi hati orang lain, baik itu atasan, kawan, musuh, target, pacar, dan pastinya perasaan Ian sendiri. Dia bisa berubah menjadi dari Ian yang pendiam menjadi Ian yang penuh humor, dari Ian yang autis menjadi pria simpatik dan romantis. Tapi semua permainan hati dan akting itu adalah model standar dari playboy kebanyakan. Yang menjadikan Ian istimewa adalah modal yang di miliki Ian sebagai playboy. Kebanyakan playboy bermula dari kelebihan yang dimilikinya, baik itu ketampanan (seperti gw hehehe), materi (sayangnya gw blom masuk kategori sangat mapan hiks hiks), atau jaringan dan attitude. Hebatnya, Ian tidak memiliki semua itu ! Dia jauh dari tampan. Ian mewarisi darah Sumatera yang kental sehingga wajahnya pun cenderung keras dan menyeramkan. Dilihat dari materi, Ian juga bukan kalangan berada. Gaji di perusahaan kami hanya cukup untuk berfoya-foya sendirian. Dari segi fasilitas, Ian juga termasuk kurang. Dia tidak punya mobil yang menjadi senjata utama menggaet wanita. Ian malah tidak punya motor ! Kendaraannya adalah bus dan terkadang taksi. Intinya dari segi modal materi, Ian tidak memenuhi sebagai seorang playboy ideal.

Lalu apa modal Ian sebagai playboy? Tentu saja kemampuannya memanipulasi hati dan aktingnya. Ian adalah playboy yang benar benar bisa menghayati perannya. Ian mampu menyetir seseorang tanpa orang itu sadari. Contohnya adalah rekan kerja kami yang dikenal sangat egois dan temperamen tinggi. Ketika sebagian dari kami memilih menghindar, Ian malah mendekat dan memanfaatkan rekan kerja ini sebagai tameng dan alatnya mendobrak birokrasi kantor yang memang menjijikan.

“Lo kok mau se deket2 Dipto, gw mah males nanggepin egoisnya dia. Berasa paling hebat aja di dunia” tanya gw suatu waktu tentang alasan Ian dekat dengan Dipto
“Dipto itu cuma butuh di dengerin. Iya in aja, dia juga gak bakal ganggu lo abis itu. Selanjutnya, lo manfaatin dia sebagai alat lo. Selesai kan masalah lo? Dia aja yang bego gak sadar gw suruh2” jawab Ian enteng.

Gw cuma bengong. Ini juga kelebihan lain Ian. Dia gak punya prinsip dan jauh dari kata idealis. Jadi, segala cara bakal dilakuin asal tujuan dia tercapai. Ian tidak masalah mempermalukan dirinya demi mendapatkan perhatian buruannya. Atau meminta maaf hingga memohon maaf ketika ketahuan selingkuh oleh selingkuhannya yang lain. Dan ketika Ian sudah mendapatkan yang diinginkannya (yang berarti kehormatan si target atau kepuasan hatinya), Ian akan dengan sangat mudah mencampakkannya. Kalau dia sedang baik hati, dia akan menangis tersedu untuk meyakinkan si selingkuhan kalau dia juga sangat menyesal hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Tapi kalau dia merasa target tidak penting dan tidak bisa digunakan lagi untuk kepentingan lain, maka Ian akan dengan sangat mudah membuang target tanpa merasa bersalah sedikitpun. Meninggalkan targetnya dalam kehancuran, sementara dia melenggang santai dengan gandengan lainnya.

Korban Ian pun bukan sembarangan. Dia punya kriteria sendiri. Tinggi, kulit putih, langsing, tocil, wajah manis gengan rambut berombak. Gw yang sempat dikenalkan dengan beberapa korbannya serta bukti2 hasil eksekusinya cuma bisa ternganga. They’re not a regular girls. Ada model, wanita panggilan, artis, penyanyi, mahasiswi, karyawan bank, teman sekantor, pengusaha, janda muda bahkan prestasinya yang paling hebat adalah menaklukkan seorang dokter yang sudah bertunangan!

Salah satu bukti kehebatannya ialah ketika gw mengenalkan salah satu incaran gw. Mahasiswi di PTS bandung yang terkenal dengan ayam kampusnya.

“Ian, gw lagi PDKT sama cewe neh. Cantik bro, kayaknya bisa di ekse neh!” Kata gw dengan sedikit sombong
“Oohh” jawab Ian singkat
“Gw dah telpon-telponan ma dia. Rencananya dia juga mau ke Jakarta bulan depan. FBnya juga ada neh” lanjut gw bersemangat.
“Anak mana?” Tanya Ian singkat tanpa berpaling dari laptopnya
“Bandung lah,, jaminan mutu neh” jawab gw bangga
“Mana FBnya coba gw liat.” Ian pun melongo ke laptop gw. Cuma sebentar lalu kembali lagi ke laptopnya.
Gw yang penasaran ma tanggapan suhu satu ini pun bertanya,
“Gimana? Cantik kan?” Tanya gw sambil tersenyum.
“Anak Univ Martha ya?”Jawab Ian singkat
“Iya, kok tahu lo?” Tanya gw keheranan
“Tahu lah, bekas gw tuh” jawab Ian singkat.

Lagi-lagi gw bengong.

“Monyet lo Ian !!”

Ian cuma ketawa di depan laptopnya.


Diary Playboy Wanna Be

Diary Playboy Wanna Be

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2013 Native Language: Indonesia
cerita ini kejadian nyata saat gw pertama kali tinggal di apartemen (well,, sekarang juga masih seh), tempat dimana gw mulai meng explor bakat terpendam gw. jadi playboy. tapi emang kayaknya gw gak begitu bakat jadi playboy karena kebanyakan maen hati ma cewe yang gw deketin. dan gw juga bukan playboy yang sukses (makanya judulnya diary playboy wanna be). ceritanya lebih berkisar soal gw yang berusaha deketin cewe hanya untuk bersenang-senang tapi sekaligus menjaga agar my real girlfriend tetap merasa cowonya adalah satu2nya bagi dia.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset