Sekembalinya Masrul dan keluarga dari umroh , Iskandar menjadi wali pernikahan ibunya, Umar dan Masrul menjadi saksinya mereka amat bahagia, pak Munajat menyongsong kedatangan Masrul dan keluarga bersama Khotijah istrinya alias kakak kandung Fatimah istri Masrul yang akan memberikan ceramah saat syukuran pernikahan dan memanggil para santri Al Hadist dari Weleri untuk menghadirinya.
Dalam tausiahnya Umar mendapat banyak pertanyaan tentang pendapat tentang bahan baku yang langka dan apa-apa mahal dan mengkritik tindakan oknum yang melakukan penimbunan bahanbaku.
Umar : Bersabarlah wahai ibu-ibu, ingatlah surat Al Ashr yang hanya memiliki 3 ayat saja pelajarilah tentang kandungan yang ada dalam ayat tersebut yakni bahwa kehidupan di dunia ini amatlah singkat maka manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk berbuat baik dan menasihati sesama dalam kebaikan . Banyak orang yang sibuk menikmati dunia dan menuruti hawa nafsu, padahal di dunia ini hanya sementara dan hanya akhirat yang kekal. Orang yang menimbun bahan baku mereka bakalan merugi karena bakan baku tersebut akan mengalamu kedaluwarso dan bahkan membusuk dan makanan ini tak bermanfaat bagi tubuh sampai beracun apakah kita mau makan makanan yang beracun ? Tentu tidak kan ? Maka tunggulah pasti akan dikeluarkan oleh penimbun tersebut.
Perkara perut lapar semua toh pada lapar…apalagi sekarang kita sedang berpuasa yang memaksa untuk memperbaiki keadaan tubuh agar sehat,dengan sedikit makan memungkinkan alat-alat tubuh kita bekerjanya ringan sehingga stabil keadaanya karena banyak istirahat. Coba sekarang minyak mahal…pasti akan dikeluarkan oleh penimbun karena kita bukan butuh minyak saja insya Allah tuhan memberikan suatu anugerah yang bermanfaat untuk kita pelajari bersama.
Bersabarlah.., bersabarlah …dan bersabarlah wahai ibu-ibu yang saya hormati sebentar lagi kita akan menyongsong Romadhon tahanlah emosi ibu-ibu dan hormatilah Romadhon.
Umar selesai berdakwah merasa ada yang mengikuti langkahnya Umar mengucapkan salam pada yang mengikutinya dan makhluk tersebut menjawab salam Umar, ketika Umar kembali duduk makhluk tersebut mengikuti dibelakangnya , Umar tak ada sedikitpun rasa takut didalam dirinya karena mahluk yang namanya manusia adalah lebih tinggi derajadnya dan Umar mencoba berinteraksi .
Umar : ” Siapa kamu sesungguhnya….” dengan lembut mahluk itu menjawab : ” Aku teman ibumu namaku nenek Kabilah”. Umar heran nenek-nenek suaranya merdu sekali.
Kabilah : ” Kau tak usah heran dengan suaraku, kamu pasti tahu maksudku “.
Umar : ” Baiklah nenek Kabilah, kamu boleh pergi agar aku tak terganggu dengan penampilanmu ”
Kabilah : ” Baiklah, saya akan pergi…Assalamu’alaikum ”
Umar : ” WaAlaikumsalam warohmatullahi wabarokatu “. Nenek kabilah menghilang dan Umarpun nyaman menyaksikan Umiyatul melantunkan lagu Magadir dan tepuk tangan penontonpun menyambut nya .
Khotijah tersenyum tatkala Umiyatul melantunkan lagu * Penganten Baru * bersama Munajad suami barunya ia berdoa karena jelang umur 50 ia sudah tak subur lagi jika Allah masih memberikan keturunan akan amat membahagiakan Munajad suaminya walaupun Munajad merasa beruntung sudah ada Iskandar dan Yatemi sama juga anaknya tapi alangkah bahagianya memiliki anak kandung sendiri yang merupakan keturunannya langsung. Tapi biarlah Allah yang mengatur semuanya dan Allah yang mengatur segala kehidupannya.
Umar memyambut salam Kyai Haji Tantowi yang sejak tadi bersama Masrul.
KH Tantowi : ” Apa kabar da’i Umar Bin Masrul Bin AL Zaenal, senang aku sudah memiliki penerus dakwah di Kaliwungu ini karena aku akan lebih fokus dengan pengobatan secara gaib bersama kyai Haji Masrul ayahmu semoga Allah mengabulkan dan engkau memberikan dukungan kepada kami Umar ”
Umar : ” Alhamdulillah pak kyai Tantowi, silahkan apapun cita-cita pak kyai amat iklas dan dijalan Allah baik itu bersana bapak saya atau yang lainnya amat membuka pertolongan kepada manusia yang tersakiti agar normal kembali dan Umar amat setuju alhamdulillah”.
Masrul memeluk anaknya dan berterima kasih atas ketulusannya .
Masrul : ” Kau tak pernah menyulitkan hidupku ..anakku…dan selalu menjaga ibumu saat bapak dagang keluar kota, saat ini bapak akan selalu dirumah dan engkau gantian yang keluar kota dan bersama KH Tantowi akan memberikan pengobatan secara gaib semoga Allah mengabulkan dan memberikan arahan kepada kami”.
Acara sudah selesai Umar memeluk Munajad yang sudah menjadi pakdenya secara resmi , Munajad mengucapkan beribu terima kasih telah mengisisi da’wah secara suka rela.
Munajad : ” Kapan da’wah ke Majene ketempatnya siapa itu….ah ..ke Sarah, kapan..?” sambil mengingat-ingat cerita istrinya tentang Sarah yang amat mengagumi Fatimah dan Umar teman kuliah seangkatannya.
Umar : ” Besok hari Kamis dalam acara * Menyambut bulan suci Romadhon ..*
Munajad : ” Semoga dilindungi Allah , ini ada sedikit uang sebagai pegangan dalam perjalananmu..”
Umar : ” Terima kasih De…Selamat Menempuh Hidup Baru Semoga Berkah dan Bahagia ”
Umar pamit diikuti Umiyatul dan Solichin juga grup Kasidah Nurul Huda yang akan mengikuti perjalanan da’wahnya apabila libur sekolah , Khotijah tersenyum dan memeluk adiknya Fatimah juga keluarga dan mengucapkan terima kasih telah ikut meramaikan pernikahannya serta mempertemukan mas Munajad sebagai teman pelaminannya.
Pagi itu Masrul diajak ke Semarang di rumah Munajad yang berada di Kalibanteng bersama Iskandar.
Munajad : ” Trima kasih dik Masrul telah sudi melihat-lihat rumah yang tlah lama kutinggalkan dan kali ini tolong dicek keadaan rumah karena banyak tetangga yang mengetakan kalau ada penghuni tak diundang berada di sini yang katanya amat mengganggu tetangga yang lain, aku khawatir rumah tanggaku di ganggunya juga “.
Masrul : ” Ya kita lihat nanti….Bismillah saja…biar hati kita kuat dan tenang “.
Rumah itu cukup besar dan memang tampak kotor karena tak pernah di bersihkan selama 3 tahun, Masrul mendehem agak keras mendadak keluar angin dalam rumah tersebut Iskandar tahu maksudnya dan memberikan uluk salam pada yang ada di sekitar rumah tersebut , pintu sorong gerbang didorong Munajad karena mau masuk rumah karena seret relnya jadi Iskandar ikut mendorong tapi malahan kekencengan dorongan tersebut mengakibatkan lampu jalan ikut bergoyang dan hampir mengenai Iskandar . Untung Masrul waspada dan mendorong Iskandar sehingga tak mengenainya.
Masrul terdiam dan memperhatikan dondisi rumah…nampak ular berkepala dua melintas di carport dan hilang di semak-semak, Iskandar lalu menyebar garan krosok Masrul mengambil sapU lidi dan Munajad disuruh menyapunya bersih . Iskandar ikut menyapu ijuk agar lantai bersih, Masrul mengikuti Munajad menuju kamar mandi dan menghidupkan kran airnaya karena Iskandar mau mengepel. Sambil bersholawat Masrul dan Iskandar membersiklan lawa-lawa, Munajadpun ikutan bersholawat.
Masrul : ” Siapa yang terakhir tinggal disini..?”
Munajad : ” Orang asal Kalimantan dan berjualan sembako yang kelihatan jorok membuang kotoran kertas sampai bertumpuk-tumpukdi dapur, besok biar di bersihkan Wakidi saja”.
Iskandar : ” Biar saya saja pak, mumpung sudah disini dan sekalian membakarnya “. Masrul mencari ular tersebut sambil membersihkan taman depan dan membakar kotoran yang ada bersama Munajad yang dulunya seorang bujang lapuk. Iskandar perasaannya tak enak lalu membaca ayat kursi sedangkan Masrul mengawasi Iskandar sambil membabat rumput. Ular itu datang lagi dan bendak penggigit Iskandar, Masrul melompat dan berucap “Allahu Akbar ” sambil membabat ular berkepala dua yang berubah menjadi asap putih bergulung , Iskandar kaget dan melihat ular tersebut kepalanya terbang ke arah Munajad yang sedang bersholawat dan ular tersebut mati lalu terkubur saat Munajad hendak menanam bunga kepala ular dikubur Munajad sekalian. Masrul yang menyaksikan kepala ular tersebut terkubur menjadi lega dan membakar tubuh ular yang tertinggal di ruang tamu dan membungkus dengan plastik.
Munajad keheranan melihat yang terjadi barusan.
Munajad : ” Kenapa ada kepala ular bisa terbang dan badannya di ruang tamu? “.
Masrul : ” Tak apa nanti sesudah maghrib kita buang kepalanya di sungai kampung sebelah bersama badannya yang sudah rusak”.
Selesai membuang jasad ular tersebut Masrul pulang bersama – sama ke Kaliwungu.