Umar tiba dirumah sehabis melakukan dakwah dan dzikir ke Sulawesi Selatan dan Barat, sungguh banyak kejadian yang Ia dapatkan dari manusia ikan sampai mendapatkan gempa tapi Alhamdulillah semua itu adalah ujian di setiap langkahnya. Umar menceriterakan kisah perjalanannya kepada ibunya dikelilingi adik-adiknya.
Achmad : ” Betapa menyenangkannya perjalanan kakak…”
Solichin : ” Menyenangkan gimana…bahaya itu…dikejar gempa, stunami menghadang di depan mata kok menyenangkan…”
Acmad : ” Itu karena kak Umar mempunyai kepercayaan kalau Allah pasti akan melindungi umatnya..”
Umar tersenyum sambil memeluk adik-adiknya yang dirindukan.
Hujan turun rintik-rintik Masrul menelepon istrinya karena menuju rumah dan minta dibuatkan mie kuah dan telur, Umiyatul malah sedang menikmati mie yang hangat.
Fatimah : ” Bapakmu minta dibuatkan sekarang ”
Umiyatul : ” Berarti bapak sudah dekat dong buk , Umi siapin dulu semuanya…kak Umar dibuatkan mie kuah sekalian ndak…? ”
Umar : ” Ya kakak mau tapi pakai bakso ada ndak…”
Umiyatul : ” Ada kak.., masih ada beberapa..oh ya pakai loncang…?”
Umar : ” Tentu yang pedas juga ya….ohya Mi…bapak pergi kemana tadi…kok mobil brondol (pick up) tak ada di rumah..apa luar kota…? ”
Umiyatul yang berada di dapur bersama ibunya menyahut : ” Tadi sama kang Iskandar dan de Munajat kok perginya ” Terdengar suara pickup Masrul yang masuk halaman memberikan klakson, ” La itu bapak sudah pulang…” seru Umiyatul membukakan pintu depan. Tapi yang keluar malah Iskandar, ternyata tadi Masrul di cegat oleh kek Amrun karena cucumya kesurupan. Fatimah menyuruh Munajat mampir dulu tapi Munajat ingin segera pulang sambil menunggu Iskandar memberikan pesanan Masrul untuk Fatimah dan anak-anaknya karena Umar barusan pulang juga cuma air saja seperti yang dibawa Munajad. Masrul sudah sampai rumah dan Munajad serta Iskandar menuju rumahnya, mereka tislipan dijalan.
Buru-buru Umar menyongsong bapaknya yang gelagat jalannya tak beres.
Umar : ” Fadil cucu kek Amron kenapa pak…? ” Umar melihat muka Masrul tak beres dan suaranya tertahan di lidahnya yang tiba-tiba kaku. Umar mengambilkan aqua dari Iskandar lalu mencuci mukanya Masrul, Fatimah yang melihat Masrul di basuh mukanya oleh Umar jadi kaget.
Fatimah : ” Diminumkan sekalian kalau bisa nak…? ” Masrul klogat kloget macam ular, Achmad yang melihat Umar kerepotan karena badan Masrul yang gagah dan besar sulit mengangkatnya ikut membantu….akhirnya semua membantu. Masrul ambruk di amben depan dekat ruang tamu, Umar menyalurkan hawa murni dan Masrul memuntahkan yang ada dalam perutnya yang terdapat belatung masih hidup. Fatimah dan Umiyatul membacakan Asmaul Husnah demikian juga Solichin sedangkan Achmad ikut membantu Umar kakaknya mengambil belatung dan memasukkan dalam cawan.
Masrul sudah sadar Fatimah menuangkan teh hangat, Umiyatul menyiapkan mie kuah pesanan bapaknya. Umar, Solichin dan Achmad sedang sholat Isyak jadi mereka menunggu sebentar untuk makan bersama. Masrul merasakan enakan badannya ternyata therapi yang diberikan anaknya Umar sungguh mujarap. Tapi sayang terjadi kegaduhan Munajad berlari menemui Masrul karena Iskandar berkelahi dengan semacam kadal tapi besar sekali takpelak Masrul dan Umar langsung menuju rumah bibinya Khotijah memburu kadal raksasa.
Munajad membawa istrinya dan Yatemi putrinya ke rumah Masrul agar mereka aman. Kadal itu merusak tanaman dan halaman tempat tempat mie dijajarkan biar kering kena matahari. ” Braaakkk…duarrr suara pagar pembatas ambruk karena kena sabetan ekor Kadal raksasa. Umar melompat ke punggung kadal dan berpegang kulit-kulitnya yang tebal , Umar melihat mustika yang menempel dipunggungnya…sungguh merasa berat sekali beberapa kali Umar mau jatuh karena kadal bergerak semaunya sendiri. Iskandar kecapekan dan terlempar diparit depan rumah, kadal itu mencarinya dia tak melihat Umar yang berada dipunggungnya turun ke bawah yang ternyata kadal tersebut memburu Iskandar . Masrul melindungi Umar yang ingin mengambil linggis untuk mencungkil mustika yang ada di punggung kadal. Umar melompat lagi dan mencoba menusuk pakai linggis tersebut.
Kadal tersebut amat marah karena ada yang mencoba mengambil mustikanya, Masrul mencona konsentrasi dengan berdoa lalu menyuruh Umar turun dari punggung kadal tersebut, lalu mersama-sama membaca Asmaul Husnah. Seketika itu mustika yang berada dipunggung kadal mencuat bersamaan perlahan mengecilnya tubuh sang kadal menyatu dengan tubuh Masrul Umar dan Iskandar ketiganya berangkulan sambil berputar layaknya pusaran angin dan menyedot kadal raksasa yang hilang tertelan bumi. Iskandar tak sadarkan diri dia terpental dibelakang rumahnya Masrul dan Umar berdiri tegak sambil membawa tasbih dan berdzikir. Achmad yang khawatir kepada kakak dan bapaknya berlari dan melihat mereka sedang berdzikir sambil berdiri maka Achmat ikut berdzikir. Karena bantuan Achmad Umar dan Masrul segera menyelesaikan maksudnya. Tubuh Umar dan Masrul sempat terpental tapi tetap berdiri tegak.
Umar mengangkat tubuh Iskandar dan menyiram ke tubuh Iskandar air yang dibawanya sampai habis, Iskandar siuman sudah dalam kamarnya dikelilingi keluarganya sambil membaca Asmaul Husnah bersamaan. Iskandar duduk bersila ikut membacanya dengan penuh keyakinan keluarganya sehat semuanya. Khotijah memeluk anaknya dan menciuminya…Iskandar heran saat ini Ia sedang duduk bersila tapi merasakan pelukan ibunya sambil menangis. Masrul yang datang memukul pakai sabuknya …tubuh Iskandar menggelepar-gelepar kepanasan. Umar memberikan hawa murni pada Iskandar yang tampak memucat . Khotijah yang memeluk Fatimah mencoba meminta pertolongan.
Khotijah : ” Tolong sembuhkan anakku….dia kenapa…? ”
Fatimah : ” Sabar dan tawakalah sambil membaca Asmaul Husnah Insya Allah Iskandar akan baik-baik saja..Yu ”
Hampir dua jam Iskandar koma, keringat Masrul bercucuran Fatimah membantu Umar menyalurkan hawa murni. Achmad yang sepertinya melihat Iskandar terbang segera mengambil selandang yang dipakai ibuknya untuk mengikat kaki Iskandar yang terjatuh karena ditarik Achmad dan kembali ke tubuh Iskandar yang terbangun dan mendengar bacaan Asmaul Husnah. Pelan-pelan Iskandar terbangun… Achmad mengusap kepala Iskandar…Masrul mengucapkan syukur Alhamdulillah diikuti semuanya . Fatimah membuatkan teh hangat dibantu Yatemi di dapur.
Yatemi : ” Lek Fat kak Iskandar baik-baik saja to…?”
Fatimah : ” InsyaAllah…kakakmu akan baik-baik saja….”
Achmad : ” Buk kak Iskandar minta makan ”
Yatemi yang mendengar kakaknya minta makan langsung menuju kamar dan melihat kakaknya memeluk Masrul yang menepuk pundaknya.
Yatemi : ” Bapak…..kak Iskandar sudah sembuh…”
Teriakan Yatemi mengagetkan Munajad yang tak henti berdoa di ruang santri dirumah Masrul karena Ia butuh ketenangan berkonsentrasi, Munajad merasa nyaman diruang santri tapi Ia harus melihat keadaan Iskandar anaknya. Yatemi senang melihat bapaknya keluar rumah paklek Masrul, ” Pak cepetan….dicari mas Iskandar…dia sudah siuman….”, seru Yatemi kegirangan.
Munajad : ” Alhamdulillah…..anakku sudah sadar”. Munajad sujud syukur melihat Iskandar sedang meminum teh hangat buatan Fatimah yang wajahnya sudah memerah. “Ini minuman hangat kalian semua silahkan diminum ” . begitu kata Fatimah sambil mengambil selendangnya yang dibawa Achmad, Fatimah pulang bersama Masrul dan Umar menemani Umiyatul dan Solichin yang jaga rumah.
Pagi-pagi sekali kek Amrun ke rumah Masrul yang mencari mainan cucunya Fadil yang semalaman menangis kerena mainannya hilang.
” Rul…kamu lihat ‘gak mainan Fadil…..?”, tanya kek Amrun
” Mainan apa kek…” tanya Masrul
” Itu looo…kadal-kadalan dari plastik…” kata kek Amrun. Masrul tercengang mendengar jawaban kek Amrun.
” OOOhhh semalem kebuang di parit karena habis ngamok kadal itu, makana kek kalau jelang Maghrib anak-anak jangan mainan…dengarkan azan dan lakukan shollat makanya Fadil besurupan binatang itu dan kadal tersebut merusak pekarangannya de Khot…, lihat itu pagarnya masih berantakan” Kek Amrun minta maaf karena sepanjang hari Fadil main kadal-kadalan mainan barunya yang bikin Fadil kerasukan.