Sungguh sebuah perbandingan yang kontras. Tangis para sahabat Anshar meledak. Mereka baru menyadari , bahwa Rosulullah mengungkapkan argumentasi yang lebih bijak,atas keputusan yang telah beliau ambil. Jika bukan karena iman, kekuatan apa yang mampu menghadirkan kesadaran itu, setelah timbulnya kekecewaan ? . Akhirnya dengan dengan kesadaran dan keiklasan mereka bisa mengobati rasa kecewa itu. Bahwa harta di didunia tidaklah sebanding dengan kecintaab mereka pada Allah dan Rasulnya.
Kisah diatas teramat panjang . Dari Ji’ranah, didalamnya kita belajar bagaimana mengelola emosi. Meskipun dalam komusitas kebaikan sekalipun, timbul kekecewaan itu nyaris tak dapat dielakkan. Setiap kita mungkin pernah kecewa. Sebabnya mungkin bisa bermacam-macam . Karena kita mungkin tak sepaham dengan orang lain ; apakah kelakuannya, kebijakkannya, pernyataannya, perhatiannya atau apapun. Kitapun bisa kecewa, karena merasa tidak mendapat dukungan yang memadai . Kecewa itu bisa bisa muncul dimana-mana, bahkan dalam dakwah sekalipun.
Kekecewaan bisa lahir dari dalam bilik-bilik rumah. Suami kecewa pada istri atau sebaliknya, istri kecewa dengan suami. Di ruang-ruang kerja, kekecewaan dapat juga timbul. Domanapin kita beriteraksi dengan orang lain , kekecewaan bisa hadir dengan tiba-tiba.
Dalam dakwah, kekecewaan bisa tumbuh bagai ilalang, dengan berbagai macam sebab . Gagasan yang dianggap tidak diperhatikan, selera yang tak sama, kebijakan qiyadah yang tak memenuhi keinginan kita, perilaku serta tindakan ikhwah dan lain sebagainya.Hanya kekuatan imanlah yang mampu menjaga kita, dari bentuk penyikapan yang salah disaat kecewa . Sebagian orang menyikapi kecewa bengan marah-marah, kalap, bahkan bisa juga dengan mutung. Namun, sebagian lainnya mampu menyikapi dengan cara-cara yang lebih yang lebih arif dan bijaksana.
Jika rasa becewa datang menggerogoti, periksalah kembali oreientasi dan motif kita. Periksa pula niat-niat kita dalam beramal dan beraktivitas. Inilah saat paling tepat untuk menakar motif dan orientasi kita. Pengiring atas rasa kecewa itu adalah sikap lapang dada, semangat dalam beramal yang semakin menggelora, keiklasan yang mempesona , dan penghormatan pada sesama.
Jangan biarkan kekecewaan itu diwujudkan dengan aktivitas yang tidak memuliakan kita. Jangan sampai kekecewaan itu menyeret kita pada devisit iman dan luapan emosi. Jika kita memilih jalan dakwah, bukan karena ingin selalu disenangkan. Bukan pula hasrat untuk terus dimenangkan . Kadang tak semua hasrat harus dituruti.
Begitulah tabiat perjalanan ini; kesediaan untuk berjalan bersama, mesti diikuti pula lapang dada atas segala kecewa yang muncul menggoda. Kita memilih jalan dakwah semaata-mata karena berharap ridho Allah. Semoga Allah menjaga keistiqomahan dan keiklasan kita dalam beramal. Begitulah sepenggal dakwah yang diucapan Umar saat memberikan tausyiah mendapat pertanyaan Bagaimana belajar Mengelola Emosi , di jamaah remaja Masjid An Nuur Pekalongan. Kyai Haji Asrori menuju Batang ke Masjid Nurul Huda yang meminta Umar memberikan tausyiah tenteng Idul Kurban atau Idul Adha.
Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Zulhijah atau 70 hari setelah Idul Fitri, hari ini beserta juga hari-hari Tasyrik merupakan hari-hari yang di haramkan umat Islam untuk berpuasa. Hari ini diperingati umat Islam untuk mengenang saat Nabi Ibrahim mendapat ujian semasa hidupnya yaitu bersedia mengorbankan putranya tesayang yaitu Ismail sebagai wujud kepatuhan kepada Allah .Sebelum Ibrahim mengorbankan putranya Allah menggantikan Ismail dengan domba saat mau disembelih . Sepertiga dari hewan yang disembelih di konsumsi oleh keluarga yang berkorban sedang sisanya disedekahkan atau dibagikan kepada orang lain .Peristiwa ini dinamakan Idul Adha atau lebaran Haji.
Santriwati : ” Kak Umar, kapan perintah itu diterima Nabi Ibrahim ..? ”
Umar : ” Perintah ini diterima Ibrahim melalui mimpi yang terus berulang ” Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata : “Wahai anakku ! sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawaqb, ” Wahai ayahku Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; InsyaAllah emhkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar” . – As Saffat 37.
Selama masa persiapan, setan menggoda Ibrahim dan keluarganya dengan mencoba menghalangi mereka untuk melaksanakan perintah Allah. Ibrahim kemudian mengusir setan dengan melemparkan kerikil ke arahnya. Untuk memperingati penolakan mereka terhadap setan, batu-batu dilemparkan dalam lontar jumrah dalam ibadah
Para santri bersiul karena santriwati tersebut adalah wanita anak pendiri Pesantren Nurul Huda yang amat cantik dan mereka senang karena Imaniar begitu nama santriwati tersebut mau berkomunikasi. Umar tersenyum pada Imaniar dan KH Asrori melihatnya ketika kedua pasang mata beradu pandang Imaniarpun tertunduk malu. Umar merasa agak kikuk karena para santri pada ribut dan Iapun menyapa mereka, ” Sebenarnya ini ada apa… mengapa setiap santriwati siapa namanya tadi…? dan dijawab rame-reme, ” Imaniar putri pak KH Harun Al Rasyid pendiri pondok pesantren Nurul Huda ” , Imaniar merah pipinya dan masuk kedalam. Umar bergurau dengan para santri dan mengakhiri tausyiahnya. Meskipun ada getaran didadanya tapi Ia menepisnya karena sering sekali Umar merasakannya hingga Ia menganggapnya kejadian yang biasa karena bayangan Sarah dari Majene selalu mengganggu konsentrasinya bila ada wanita yang tertarik pada Umar.
Subuh ini Umar didapuk panitia Idul Adha menjadi Imam , sudah banyak yang menghadirinya di Alun-alun Kaliwungu. Sungguh ramai suasana disana mereka saling bermaafan juga. Selesai melakukan shollat Idul Adha Umar dibawa menuju Masjid NurRocmah untuk menyaksikan penyembelehan kewan kurban sapi sebanyak 27 ekor dan kambing sebanyak 48 ekor di masa krisis seperti ini masyarakat masih bisa menyelenggarakan penyembelehan hewan kurban Alhamdulillah betapa masyarakat amat peduli dengan hari Raya Haji . Berduyun-duyun masyarakat antri mengambil daging kurban, sambil menanti antrian para donatur membagikan sembako ada yang dapat minyak, beras, tepung , margarin, gula dan sabun pencuci baju atau piring dengan nilai yang sama.
Begitu rukunnya masyarakat muslim ataupun non muslim saling bantu membantu, saling beri dan memberi menciptakan kerukunan yang damai. Umar bersama jama’ah masjid Nur Rochmah bersama-sama melantunkan sholawat ,mereka yang menunggu antrianpun tidak jenuh bahkan banyak yang minta foto dengan Umar sambil bershollawat . Warga non muslim rela bershollawat dan merangkul Umar dengan santainya yang membuat mereka merasakan ademnya hati mereka. Suasana Idul Adha membawa kehangatan dan saling hormat menghormati sesama warga.
Fatimah dan Nyai Tantowi bersama santriwati memasak Gulai untuk acara syukuran karena kelancaran Idul Adha dan syukuran PII (Pemuda Islam Indonesia ) yang mendapat dukungan masyarakat Sulawesi dan Jawa serta Bali yang mulai masuk tahab awal merupakan celah yang baik sebagai pemersatu umat beragama di Indonesia.
Masrul : ” Wah enak sekali gulainya tak bau prengus dan lezat sekali…”
Fatimah : ” Allaaaa… mau nambah ya….tapi jangan banyak-banyak tensi sama kolesterol dijaga jangan sampai melonjak ”
Masrul : ” He,..he…ndak laah…..ni Haji Tantowi tak tambahin gulainya ”
Nyai Tantowi : ” Biasa dua orang itu paling gila dengan gulai kambing…semoga bisa menjaga kesehatannya…Aamiin …”
Solichin : ” Buk tadi di pasar minggu terjadi huru hara adanya sapi yang lari ketika mau di sembelih, dia mengamuk dan menabrak apa yang ada di depannya…”
Fatimah : ” Hloh kok bisa le…yang nyembelih siapa.. ”
Solichin : ” Biasa buk, modin Rohimin…tapi sapi bisa diatasi kok..dengan menjeratnya kembali ..”
Nyai Tantowi : ” Alhamdulillah….ngeri lo jeng kalau dengar sapi ngamok..untung sudah di selesai di atasinya ”
Suasana Idul Adha amat dinanti-nanti baik mislim maupun non muslim karena selalu mendapat hewan korban yang di bagikan masyarakat , bahkan warga non muslimpun siap membantu hewan kurban dan warga muslimpun menerima hewan korbannya dan berucap terima kasih atas toleransinya.