Umar memperhatikan ibuknya memberikan pelajaran pada para putra putri disekitar rumahnya yang menginginkan belajar membaca kitab suci Alquran sedangkan Ummiyatul memasak sayur sup daging , Masrul barusan pulang dari Batang menyembuhkan pasien yang terkena guna-guna dan barusan sembuh dari sakitnya. Kyai Tantowi menelepon Masrul sore itu dan mengajaknya menengok pasien baru di Mangkang.
Kyai Tantowi : ” Assalamuallaikum Haji Masrul…., ini ada pasien yang sakit gila baru satu bulan, kapan kita tengok ? ”
Haji Masrul : ” WaAllaikum salam Haji Tantowi, aku baru masuk rumah dan hendak istirahat , besok pagi kita bicarakan lagi,aku capek sekali maaf ya Ji (pak Haji)
Kyai Tantowi : ” InsyaAllah besok pagi aku ke rumah di Kaliwungu, Assalamuallaikum..”
Haji Masrul : ” WaAllaikumsalam…”
Masrul tak melihat putranya Umar yang baru sampai rumah tadi pagi yang barusan memberikan dakwah di Cikarang , Bekasi selama satu minggu . Fatimah keluar dari ruang santri dan menemui Masrul.
Fatimah : ” Kok tidur…tak baik jelang maghrib…itu Umar sudah pulang…masak tak melihatnya…? ”
Masrul : ” Maaf bune….aku capek sekali…”
Fatimah : ” Aku siapkan sup ya…?”
Masrul : ” Ya… sekalian sama Umar….aku rindu sama dia…” Umar memeluk bapaknya karena selalu ciluk ba kalau pulang, Umar meskipun selalu berkomunikasi lewat hape tapi jarang sekali bertemu secara langsung.
Umar : ” Bagaimana kabarnya pak therapinya lancar ? ”
Masrul : ” Alhamdulillah nang…tapi semakin banyak juga manusia yang polah dan tingkahnya ruwet…”
Umar : ” Kalau ruwet gimana solusinya…? ”
Masrul : ” Libur dululah..muter beberapa hari dengan Iskandar dan si brondol ”
Umar : ” Kalau kyai Tantowi bagaimana…”
Masrul : ” Kyai Tantowi nyantri membimbing muridnya bersama nyai , sama seperti ibukmu Fatimah , tapi ibuk fokus masyarakat terdekat karna tak ada ruang inapnya ”
Umar : ” Iya…pak, ……” Umar agak ragu membicarakan , keraguan itu tertangkap dimata Masrul
Masrul : ” Kapan kamu mengenalkan gadis itu pada bapak…” Umar tersenyum dan tertunduk malu, Masrulpun melanjutkan pembicaraan: ” Kamu ini kenapa….? , pekerjaan sudah ada…usia sangat mencukupi…jangan ditunda-tunda tak baik…Allah sudah memberikan sinyal padamu…ayo katakan..?! ”
Umar : ” Gadis itu namanya Imaniar putri KH Harun Al Rasyid pendiri pesantren Nurul Huda Batang ”
Masrul : ” Harun…Harun…Harun…bapak kenal sama beliau, besok kita kesana sama Kyai Tantowi…”
Umar : ” Tapi kenapa wajah Sarah selalu mengganggu akhir-akhir ini…”
Masrul : ” Shollatlah istikaroh, percayakan pada Allah, ayah akan ke Batang esok hari bersilaturahmi sama Kyai Tantowi dulu..bersabarlah..baru kamu kesana.”
Fatimah : ” Alhamdulillah lee cah bagus ibuk berharap jodohmu sudah dekat, tinggal minta kepada Allah agar dimudahkan langkah – langkah selanjutnya…Aamiin.”
Hati Umar merasa bahagia, baru kali ini dia akan melakukan pendekatan dengan makhluk cantik yang namanya Imaniar, siang hari sehabis luhuran Masrul bersama Umar ke Pesantren Nurul Huda di Batang , kyai Tantowi belum bisa mengikuti karena ada takziah di Semarang. Kyai Harun Al Rasyid senang karena kedatangan Masrul yang kakak kelasnya di pesantren Weleri Al Hadist . Imaniar mempersiapkam diri karena akan kedatangan ustadz muda putra Kyai Masrul Al Zaelani yang kondang. Sore mereka sudah bertatap muka dan mengelilingi pondok, Imaniar mengeluarkan minuman dan roti sebagai camilan. Umar mengode bapaknya agar menanyakan Putrinya Imaniar. Adik Imaniar yang bernama Sholeh kaget karena ada ustadz Umar dia menyalaminya.
Sholeh : ” Ustadz Umar…assalamualaikum…”
Umar : ” WaAllaikumsalam…bagaimana kabarmu….? , jadi kuliah di IAIN Walisongo…!? ”
Sholeh : ” InsyaAllah tadz , tapi kak Imaniar menyarankan mengambil jurusan Tarbiyah agar bisa menjadi guru agama ”
Umar : ” Bagus itu, mana kakakmu Imaniar…? ” Imaniar yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Sholeh dan ustadz Umar menjawab dari dalam.
Imaniar : ” Saya disini tadz, Sholeh itu cita-citanya ingin menjadi guru sebenarnya tapi juga ingin mondok ”
Umar : ” Kalau Imaniar sendiri sekarang aktivitasnya apa..setelah lulus keliah..?”
Imaniar : ” Sekarang mengajar di SMPN Boja Semarang ”
Umar : ” Harus ngekost dong kalau gitu…”
Imaniar : ” Dianter ya ‘gak papa kalau yang nganter ustadz Umar….”
Umar : ” InsyaAllah…Umar amat senang sekali bila diijinkan..”
Perasaan Imaniar amat bahagia sekali karena gayung bersambut .
” Tapi nanti ada yang marah…kah..?! ” lanjut Umar.
Imaniar : ” Trima kasih tadz, Imaniar belum memiliki pasangan…jadi tak ada yang di ragukan lagi”.
Umar kembali ke tempat duduknya setelah berbincang di dalam dan mendekati bapaknya. Kyai Harun Al Rasyid memanggil putrinya dan mendudukkan disamping ibunya.
Masrul dan Harun membicarakan putra putrinya, Umar memberikan senyuman pada Imaniar yang disambut malu serta anggukan kepala Imaniar yang penuh kelembutan. Ibunda Imaniar memeluk anak gadisnya. KH Harun Al Rasyid memiliki dua orang anak yaitu Imaniar dan Sholeh mereka berdua yang cikal bakal penerus pesantren terutama Abdul Rahman Sholeh Al Rasyid sebagai lelaki penerus pondokan Nurul Huda. Lama mereka berbincang sampai maghrib dan Masrul yang memimpin shollat maghrib.
Harun : ” Kapan engkau akan melamar anakku Imaniar…? ”
Masrul : ” Biarkan Umar bertunangan dulu karena Ia akan kuliah di Kairo..”
Umar mengangguk dan membenarkan perkataan ayahnya karena mendapat bocoran dari KH Asrori yang mendampingi Umar dalam berdakwah.
Umar : ” Umar perlu mempelajari Islam lebih mendalam karena Umar mendapat beasiswa dari Kairo ”
Harun : ” Wah ternyata anak mantu benar-benar hebat…Rabu sore kami akan bertandang ke rumah Kyai Masrul dulu setelah itu baru berencana pertunangan bagaimana..? ”
Masrul : ” Baiklah Rabu kami akan menunggu Kyai Harun bertandang ke rumah di Kaliwungu ”
Perasaan senang dan bahagia Umar meninggalkan tempat tinggal Imaniar, Umar menelepon KH Asrori dan minggu-minggu ini akan amat sibuk sekali
Asrori : ” Wuuuiiih akan segera bertunangan dengan Imaniar gadis dari Batang putri KH Harun Al Rasyid, alhamdulillah….aku turut bahagia, kabari aku terus ya ..?! ”
Umar : ” InsyaAllah…”
Asrori memberikan kunci mobil Innova reborn sebagai hadiah pertunangannya .
Umar : ” Terima kasih kyai Asrori, Allah yang membalasnya…”
Asrori : ” Ini adalah hasil kerjamu dan akan aku berikan rumah saat pernikahan kalian serta fasilitas pendidikan di Kairo aku yang akan mengurusinya…”
Umar memeluk erat Kyai Ansori disaksikan Masrul dan Fatimah serta adik-adiknya. Umar mengantar Kyai Asrori ke Semarang di perumakan Bukit Walisongo Permai sekeluarga ikut semua tak ketinggalan. Masrul mencoba menaiki Innova Reborn milik Umar yang empuk dan dingin AC nya.
Masrul : ” Kita tak menyewa lagi mobil karena sudah ada.. terima kasih Umar ini adalah hasil kerjamu yang di kelola KH Asrori…Alhamdulillah ”
Umar : ” Iya pak …beliaulah yang mengatur semua karena Umar yang menginnginkannya dan ini ada sedikit uang untuk menyambut kedatangan keluarga KH Harun Al Rasyid ”
Fatimah : ” Banyak sekali Lee…untuk peganganmu sudah ada….? ”
Umart : ” Sudah ada…. bagaimana masih kurang Buk…?
Fatimah : ” Sudah…sudah…amat cukup sekali…terima kasih Lee….” Masrul tersenyum melihat Fatimah istrinya merasa puas. Mereka mampir ke pasar Minggu untuk mempersiapkan acara menyambut balasan keluarga KH Harun Al Rasyid. Rabu Sorepun tiba Keluarga Munajad menyambut kedatangannya keluarga KH Harun Al Rasyid, Khotijah menyiapkan makanan penyambutan karena kedatangannya selesai maghrib jadi mereka saling berkenalan dulu. Rasanya seperti reonian karena datang KH Tantowi bersama Nyai Tantowi. Perkenalan itu membawa berkah dengan kesinambungan hubungan yang lama tak bertemu menjadi akrab kembali.
Tantowi : ” Aku merasa gelo karena kemarin belum bisa menghadiri pertemuan , karena ada keluarga Nyai yang meninggal karena sakit tua…”
Harun : ” Tak apa Kyai.., sayapun sudah mendengar dari Kyai Masrul semoga amal dan ibadah beliau diterima Allah subhanahuataAlla …Aamiin ” . Umiyatul membawa calon kakak wanitanya ke dalam kamarnya hanya menunjukkan sesuatu…maklum karena merasa memiliki kakak wanita jadi Umiyatul agak bermanja. Mereka semuanya menikmati hidangan yang diolah Khotijah budhenya Umar. Iskandar mendampingi Umar mengucapkan semoga segera berjodoh.