Kyai Haji Asrori bersama Umar Bin Masrul Al Zailani diantar ke Bandara Ahmad Yani Semarang untuk menuju Jakarta dan langsung terbang ke Kairo tengah hari jelang shollat Asar, Fatimah memeluk putra sulungnya dan memberikan beberapa petuah serta nasihat agar selalu melakukan kebaikan apalagi di Kairo. Istri KH Asrori bersama keluarganya menyalami Umar dan mengucapkan selamat jalan , keluarga Harun Al Rasyid termasuk Imaniar menyalami Umar. Imaniar menangis karena akan ditinggal jauh ke Kairo.
Umar : ” Bersabarlah Imaniarku…kurang lebih dua tahun aku ke sana…doakan aku selalu ya….”
Imaniar : ” Hati-hati kak….aku selalu mendoakanmu…” Imaniar mencium tangan tunangannya .
Di bandara Soekarno Hatta Umar mendapat ucapan selamat dari penggemarnya. Sarah menelepon Umar.
Sarah : ” Kak hati-hati ya disana….Sarah akan selalu mendoakanmu ”
Umar : ” Terima kasih Sarah atas segala doa darimu semoga Allah memberkahiNya ” Mendengar Sarah disebut namanya oleh Umar pak Asrori bertanya
KH Asrori : ” Engkau masih berhubungan dengan Sarah teman kuliahmu dulu..?”
Umar : ” Ya…..dia amat baik padaku sampai sekarang….dia amat terkejut aku bertunangan dengan Imaniar ”
KH Asrori : ” Imaniar tahu tentang hal ini…? ”
Umar : ” Entahlah….aku biasa saja…”
KH Asrori : ” Ya …biasa…laki-laki berteman dengan lawan jenis…asal jangan mengganggu keharmonisan ayah ibumu saja…” Umar tersenyum saja.
Umar : ” Sejak kuliah kita berteman …dan Sarah juga belajar Alquran sama ibu …dan Kyai juga tahu, dia baik….hanya sekarang jauh jadi jarang bertemu…” Terdengar panggilan dari pengeras suara kalau pesawat Emirates yang ditumpangi Umar telah siap dan penumpang dipersilahkan memasukinya. Umar dan KH Asrori sudah siap menuju pesawat yang ditumpanginya, Umar mengabarkan pada bapak / ibunya kalau sudah terbang menuju Kairo . Pesawat yang terbang tengah malam dan akan transite ke Dubai melakukan perjalanan delapan jam jadi sampai di Dubai jam setengah enam pagi. Setelah menunggu selama satu setengah jam transite barulah terbang ke Kairo selama empat jam dua puluh menit menuju Kairo.
Masrul membersihkan mobil Innova Reborn milik Umar yang dipakainya menghadiri pernikahan putra pak Kyai Haji Tantowi di Tuban ,karena hujan lebat mobil kotor sekali dan berlumpur.
Fatimah : ” Belum selesai pak…ini kyai Tantowi telepon..” Masrul menghentikan membersihkan mobil dan menjawab telefonnya.
Tantowi : ” Ji , aku nanti sore ke rumahmu…ada perlu…ganggu gak.. ? ”
Masrul : ” Datang saja….kalau bisa bawakan sesuatu…. ”
Tantowi : ” Tahu saja…ada pasien nih….? ”
Masrul : ” Kebetulan saja…orang manakah….? ”
Tamtowi : ” Orang Blitar…..Jatim…”
Masrul : ” Kok jauh amat…..barusan pulang eehh…ke sana lagi….”
Tantowi : ” Ceritanya baru kemarin…jadi tak enak sama keluarga besan yang minta tolong…sudah beberapa kyai mencoba tapi belum berhasil disembuhkan…nanti berangkatnya aku saja yang nyetir…”
Masrul : ” Jadi aku di jemput gitu….?”
Tantowi : ” Ya.. sekalian berangkat….”
Masrul : ” Ya sudah….aku siap- siap besok ya….?”
Tantowi : ” Siiip besok pagi jam sepuluh aku jemput..”
Fatimah yang dari tadi memperhatikan menyapa.
Fatimah : ” Pergi lagi pak…?”
Masrul : ” Iya …ke Blitar…tapi aku nanti dipijitin dulu ya bu….?” Masrul memohon pada istrinya.
Fatimah : ” Sudah selesaikan dulu mobilnya…ibu mau bantu Umiyatul menyelesaikan tugas sekolahnya ” Masrul gembira sambil mengelap mobil Ia sholawatan.
Pagi haripun tiba , KH Tantowi sudah menjemput Masrul didepan rumah. Fatimah menyiapkan sarapan berupa sayur urap dengan tempe mendoan dan ayam goreng
Masrul : ” Ayok sarapan dulu…biar badan bisa ngegas dan kopinya ….mantab looo…”
Tantowi : ” Tahu saja aku belum sarapan…..ayook kita serang sarapannya wuiih….nikmatnya , Ini mendoannya dibungkus saja buat teman perjalanan…” .
Fatimah : ” Sudah aku siapkan yang untuk dibawa ke perjalanan…mendoan yang ada dipiring biar untuk orang rumah ”
Kek Amrun datang meminta besok pagi untuk memanen kacang juga sukunnya yang sudah tua biar dibawa Iskandar ke pasar, Masrul yang akan berangkat ke Gresik meminta maaf dan menundanya panen kacangnya menunggu Masrul pulang dari Gresik. Kek Amrunpun bergegas pulang kerumah memberitahukan pada cucunya. Dan Tantowi siap berangkat ke arah Gresik, Umiyatul, Fatimah , Solichin dan Achmad menyaksikan kepergian ayahnya bersamaan dengan turunnya hujan.
Fatimah : ” Semoga Gusti Alloh memberkahi kepergian mereka untuk menyembuhkan pasien…Aamiin ..”
Masrul mampir ke Tuban dulu untuk menjemput saudara besannya yang bernama Nazarudin, ketika keluar Tuban Tantowi dicegat polisi tapi Tantowi dan Masrul diam saja…Nasarudin ikut diam dan membisu dia tak berani bertanya karena sudah janji tak boleh ngomong, baru setelah menjauh sekitar lima ratus meter Tantowi mengambil minuman dan berkata di belakang barusan terjadi gempa di Wahana Bahari Lamongan ( WBL ) besok kalau pulang kita lihat apa yang terjadi lalu semua diperintahkan mematikan handphone selama satu jam. Fatimah bingung karena mendengar Lamongan terjadi gempa tapi perasaannya tenang hanya ingin tahu saja keadaannya disana. Fatimah menghubunginya dengan telepati.
Fatimah : ” Bagaimana situasi Lamongan…apakah baik-baik saja…?”
Masrul : ” Alhamdulillah baik tadi hampir saja kejeglong untung Tantowi jalan terus dan mengabaikan makhluk yang menjadi polisi..” Fatimah tersenyum : ” Baru saja masuk Lamongan sudah berani mengganggu ” , begitu katanya.
Tantowi : ” Pak Nazarudin tolong bacakan Sholawat sampai rumah ipar sampeyan yang di Gresik….” . Nazarudin menurut dan membaca shollawat sepanjang perjalanan. Jelang masuk Gresik Tantowi di cegat seorang wanita yang ingin ikut mobil dengan memberikan jempol tangannya.
Masrul : ” Ia ingin berinteraksi dengan kita….pak Nazarudin pernah melihat wanita ini….” Nazarudin sambil sholawat memandang kearah depan kaca mobil : ” Astaghfirullah…..hantu itu yang selalu mengikuti istri saya bila ke pasar….karena ciri-cirinya sama dengan cerita istri saya.. dengan lidah yang panjang dan memiliki jengger ayam dikepalanya.” sambil gemetar suara Nazarudin menceritakan mahluk pengganggu istrinya yang sekarang berada di Gresik diungsikan ke saudaranya yang memiliki ilmu keIslaman .
Tantowi : ” Biarkan saja dulu dia ..terserah apa maunya ..tapi kalau mau masuk mobil tak mungkin bisa masuk…” Sejenak terdengar suara membanting dan memukul mobil karena wanita itu dibiarkan saja oleh Tantowi yang terus melajukan mobilnya.
Masrul : ” Siang-siang gini kok ya nekat dia…sampai mendatangkan mendung dan hujan untuk menutup matahari ”
Tantowi : ” Biarkan saja …Gusti Alloh yang akan marah…karena dia mengurusi alam kita*Hasbunallah Wa nikmal wakil Nikmal maula wanikman nasyir ” Masrul dan Nazarudin mengucapkan berulang-ulang sampai Gresik. Nazarudin segera keluar dan masuk rumah saudara iparnya yang bernama Yitno.
Nazarudin : ” Itu tamunya sudah datang mana Ratmi sekarang….?”
Yitno : ” Itu dia lagi diikat dengan kendit karena barusan ngamok…” Masrul dan Tantowi masuk rumah sambil mengucapkan salam dan mengikuti Nazarudin . Ratmi yang memandang Tantowi dan Masrul dengan marah dan matanya melotot meronta -ronta sambil nggerem dihadapi Masrul dan Tantowi dengan senyum. Masrul mencuci tangannya dan membasuh muka Ratmi dengan air yang dibawanya dari rumah sambil membaca Alfatihah . Ratmi menjadi lemas badannya dan jatuh di tanah , Nazarudin ingin membangunkan istrinya tapi dilarang Masrul. Dengan tenaga yang kuat Ratmi mematahkan tiang tempatnya diikat, Ratmi disiram dengan air sisa membasuh mukanya sambil membaca ayat kursi Masrul memegang kening Ratmi. Tantowi membacakan Asmaul husna dan bertakbir melepas ikatan Ratmi , lalu Nazarudin diperintahkan memasukkan Ratmi dalam ruang tamu untuk diruwat disitulah terjadi keanehan tubuh Ratmi mengeluarkan uap panas …Yitno tak berani mendekati kakak iparnya karena panas.