Hujan turun amat derasnya sepulang dari Gresik Masrul dan Tantowi shollat subuh bersama istri dan anak-anaknya Masrul karena takut terlambat sampai rumah.
Tantowi : “ Aku pulang dulu Ji, sudah dinanti istri di rumah”
Fatimah : “ Enggak sarapan dulu…..”
Tantowi : “ Tidak terima kasih, Assalamualllaikum…..” Tantowi menyalami Masrul
Masrul : “ WaAllaikumusalam, hati-hati Ji…tak usah ngebut “ Tantowi tersenyum dan melambaikan tangannya
Achmad : “ Tadi kak Umar telepon…terus menanyakan bapak…”
Fatimah : “ Nanti akan telepon lagi, karena Umar masih sibuk katanya “
Masrul : “ Ya sudah…aku tunggu teleponnya sambil menunggu telur dadar buatan kakakmu Umiyatul, pasti mak nyus rasanya.
Umar mengirimkan WA kalau saat ini sedang berada di masjid Nabawi menjalankan tugasnya memberikan tausiah keagamaan, dia bertemu dengan pak Haji Nawir tetangga satu desa yang berangkat umroh bersama keluarganya. Seluruh jemaah memperhatikan Haji Nawir yang bertanya tentang kebijakan bangsa Arab tentang pelaksanaan haji untuk Indonesia yang ditranslate Umar dalam bahasa Arab sehingga jemaah tahu pertanyaan Haji Nawir dan jawaban Umar. Karena akan berangkat ke Mekah bersama rekan-rekan kuliahnya siang ini maka Umar menutup tausiahnya.
Masrul membaca berulang-ulang sambil tersenyum yang membuat Fatimah tersenyum juga.
Fatimah : “ Bagaimana kabar Umar kali ini pak….? “
Masrul : “ Dia sedang berada di Masjid Nabawi di Madinah, dia bersama kelompoknya sebanyak lima orang yang bertugas menjalankan sebagai mu’azzin di masjid Nabawi serta iqamah dan memberikan tausiah , saat ini dia berangkat ke Masjidil Haram ke Mekah. Semoga diberikan kelancaran dan tambahan ilmu Allah Aamiin….”.
Khotijah datang bersama Iskandar mencari Masrul karena suaminya Munajad tiba-tiba memanggil-panggil nama perempuan, apakah Masrul mengenalnya ? Fatimah masuk kekamar santri tapi dilihatnya Masrul tertidur sambil duduk…tumben-tumbenan dia seperti ini…batin Fatimah, tapi dia mendengar suara suaminya sedang berbicara dengan Khotijah kakaknya dan dia kembali lagi keruang santri suaminya masih ada di tempat . Fatimah segera berwudhu agar tenang fikirannya, dan ia mendekati suaminya lalu membaca Alfatikah dan dilanjut ayat kursi . Masrul mendehem lalu kakaknya pamit pulang .
Fatimah : “ Ya Yu….bentar….” Fatimah menuju ruang tamu menemui kakaknya.
Khotijah : “ Tur nuwun sampaikan Masrul atas keterangannya tentang Laila perempuan yang selalu dipanggil-panggil Munajad suamiku “
Fatimah : “ Mang siapa Laila itu Yu….?”
Tiba-tiba datang Laila yang berjengger ayam dan berlidah panjang …tak pelak Khotijah pingsan lalu Iskandar memondongnya dan diletakkan di amben samping ruang tamu. Masrul keluar karena mendengar suara ribut-ribut.
Masrul : “ MasyaAllah……apa lagi ini yang kau inginkan Laila….!! “
Laila : “ Tolong uwak( paman ) kembalikan ujudku seperti semula….”
Masrul : “ Aku tak mengerti akan maksudmu….mungkin engkau berbuat sesuatu yang di larang Allah…mintalah ampun padaNya….!! jangan minta tolong pada saya…saya tak tahu wujud aslimu seperti apa….?!”
Laila : “ Wujudku ada di tepian sungai Bengawansolo tapi sudah hancur, tolong temukan…aku ingin tenang “
Masrul : “ Bagaimana aku bisa tahu asal-usulmu yang kurang jelas…” tapi Laila sudah menghilang, Fatimah yang mendengar percakapannya merinding, baru kali ini Fatimah merasakan hawa dan perasaaan yang tak enak .
Masrul : “ Perasaanku tak enak, ada apa dengan Yu Khot…..?”
Fatimah : “ Yu Khot…?…ada apa dengan Yu Khot…?” Karena hati Fatimah juga tak enak maka ia segera mengangkat tubuh Khotijah yang terbaring di amben dibantu Iskandar . Yatemi dan Munajad menyusul di rumah Masrul karena ingin tahu kondisi Khotijah istrinya .
Iskandar :” Pak rumah dijaga….ibuk biar disini, Yatemi kembalilah kerumah bersama bapak “
Yatemi : “ Tapi kak…. disana ada perempuan yang menakutkan…aku takut…” sambil memeluk bahu bapaknya dan badannya bergemetaran .
Fatimah dan Masrul membawa tubuh Khotijah dan menyuruh Munajad dan Yatemi bersama Umiyatul di ruang santri. Masrul mengangkat tubuh Khotijah bersama Iskandar sementara Fatimah menuju kamar Khotijah pintu dibuka Fatimah tertiup hawa dingin “ Assalamualaikum….” ucap Fatimah sambil mendorong pintu perlahan terdengar gemeretak gigi dan suara geraman mahluk aneh …
” Heeeemmmyght…graaa…hg..” mirip orang ngorok keras sekali Fatimah tenang menunggu Masrul membantunya sambil mulutnya komat-kamit membaca ayat suci Alqur’an . Masrul yang merasakan gelagat tak beres pada Fatimah meletakkan tubuh Khotijah di amben yang di jaga Iskandar , Masrul memandang sekeliling ruangan nampaklah di langit-langit tubuh merayap bak cicak yang hendak menerkam Fatimah..sepontan Masrul membaca ayat kursi dan menarik Fatimah agar tak masuk kamar Khotijah, Fatimah tergeletak di amben , lewat telepati Fatimah menghubungi Tantowi yang saat itu sedang santai bersama keluarganya. Fatimah disuruh menjaga Khotijah dan menggantikan Iskandar. Fatimah menutupi pandangan luar agar dia aman beserta kakaknya dengan membaca surat yasin maka tubuh Fatimah menghilang dari pandangan. Masrul mengerti kalau istrinya menggunakan ajian Halimun , maka dengan bebas Ia dan Iskandar mengepung yang sekarang jelas terlihat si jengger ayam.
Iskandar dengan sholawatnya bersamaan dengan gebugkan Masrul pada sabuknya menghantam si jengger ayam dan asab hitam keluar dari dalam tubuhnya dan terbakarlah dia. Khotijah langsung terbangun dan Fatimah memeluk kakaknya.
Khotijah : “ Mana suamiku…..?”
Fatimah : “ Dia aman bersama Yatemi dan bersama Umiyatul bi ruang santri “
Masrul mendekati Fatimah dan Iskandar menjemput bapaknya dirumah Masrul ternyata hari sudah mendekati maghrib. Achmad barusan pulang dari sekolahnya karena mengikuti les untuk menghadapi ujian sekolahdi tsanawiyah negeri dekat pasar Minggu di Kaliwungu. Dia mencari ibunya yang sudah menuju rumahnya.
Achmad : “ Ibuk dari mana sih….” sambil mencium tangan Fatimah yang masih terasa dingin karena selesai menggunakan ajian Halimun.
Fatimah : “ Ibu dari rumah dhe Khot…”
Masrul menyusulnya ke rumah mendapati Solichin baru pulang juga mengikuti kegiatan pramuka.
Fatimah : “ Kok bisa bersamaan kalian janjian ya….?”
Achmad : ” Ibu ini bagaimana sih…kan tiap maghrib diusahakan berjamaah di rumah…?! “ Fatimah tersenyum saja dan segera berwudhu untuk persiapan shollat berjamaah.
Sebelum berwudhu nenek Kabilah menemui Fatimah.
Fatimah :” Assalamualaikum nenek Kabilah…”
Kabilah : “ Wa alaikumsalam…nenek cuma berpesan tak usah engkau berurusan dengan Laila si jengger ayam…dia itu wanita munafik dan syirik kepada Allah maka tak usah kau hiraukan..”
Fatimah : “ Iya nek…kalau dia menyakitiku bagaimana…?”
Kabilah : “ Itu urusanku, dan suamimu akan membuang- buang tenaga saja…biar aku yang menyelesaikannya…kalau ada Tantowi dan Iskandar membantu tak apa…tapi saat ini beristirahatlah dahulu ..tak ada selesainya bermusuhan dengan wanita yang penuh dendam“ . Nenek langsung menghilang dengan mengucapkan salam. Fatimah masih agak heran sampai segitunya nenek Kabilah memberikan wejangan terhadapnya lalu Fatimah segera menyelesaikan wudhunya. Rupanya si Jengger Ayam menyelinap masuk kedalam rumah Khotijah dan menempel di langit-langit merubah wujudnya menjadi seekor cicak. Iskandar yang merasakan hawa aneh segera melakukan shollat disusul Munajad , sedangkan Khotijah sudah selesai shollat berjamaah bersama Yatemi.
Khotijah : “ Perasaanku tak enak…..meski sudah shollat…kenapa ya….? “ Tiba-tiba datang nenek Kabilah yang menyuruh seisi rumah bershollawat dan tak boleh berhenti sampai dirinya kembali.Iskandar seumur-umur baru melihat nenek Kabilah yang sudah tua berkerudung bersih, nenek menggunakan kain panjang yang membelah macam yang dipakai Fatimah menunjukkan kalau dia seorang petarung.
Selendang nenek Kabilah terbang menyabet cicak jelmaan si Jengger Ayam , nenek Kabilah menghajar Si Jengger Ayam diluar rumah, seisi rumah pada keluar termasuk Masrul sekeluarga menyaksikan pertempuran nenek Kabilah melawan Si Jengger Ayam, Masrul memerintahkan agar semua bershollawat dan membantu nenek Kabilah, Iskandar melihat Masrul ikut membantu maka ia sepontan ikut membantunya juga.
Nenek Kabilah : ” Dasar perempuan munafik tak ada yang percaya padamu…pulanglah ke alammu jangan kembali lagi kalau ingin selamat “. Nenek Kabilah mengeluarkan kuncup bunga kanthil dan melemparkannya ke arah Jengger Ayam . ” Tobat….tobat…..kapok aku Nyi….aku tak akan mengganggunya lagi…..tobatttttt…” , teriakan Jengger Ayam mengakhiri perkelahian ini karena kembang kanthil berubah menjadi kurungan yang memasukkan Si Jengger Ayam ke dalamnya sebagai penjara dan bunga itu berubah menjadi becil lagi kembali ke tangan Nenek Kabilah. Jenggger Ayam sudah kembali ke alamnya.