Umar pulang ke Indonesia pada bulan Rajab , maka Masrul segera melamar Sarah. Sesampai di Semarang Umar segera mempersiapkan segalanya yang dibutuhkan untuk srah-srahan dan ada beberapa sovenir dari Mesir untuk hadiah seserahan , Umar memberikan buat ibunya dulu gelang emas dari Arab juga adik perempuannya Umiyatul lalu mempersiapkan cincin kawin untuk calon istrinya Sarah serta Imaniar. Dengan pesawat Umar datang ke Majene dan tiba bandara Hasanuddin langsung transit menuju bandar Udara Tampa Padang di Mamuju Sulawesi Barat yang sudah dijemput fans beratnya terutama Kyai Yusuf Iqbal yang mendapat pesan dari Kyai Asrori untuk menjaga keamanan Umar dan keluarga yang disarankan menginap di kediamannya di Majene dulu sebelum ke rumah Sarah. Masrul menerimanya dengan senang hati, Rumah Kyai Yusuf Iqbal besar dan dipinggir jalan raya disebelahnya ada surau tempat mengaji pas sesui dengan penilaian Masrul.
Umar amat capek dan ingin istirahat sedangkan penggemarnya masih berada di luar dan sebagian pada pulang karena mengetahui kalau Umar nanti akan keluar lagi untuk melamar Sarah. Umar menelepon Sarah mengabarkan kalau dia ada di rumah Kyai Yusuf Iqbal.
Sarah : ” Alhamdulillah kak…dia kyai terbaik daerah sini…rencana akan berangkat ke sini jam berapa kak…? ”
Umar : ” Nanti habis maghrib….siapa nanti yang menerima kedatangan kami Sarah…? ”
Sarah : ” Ada paman Salamun dan kak Jamaludin beserta Bibik dan saudaranya serta yang lainya sudah berkumpul termasuk guru-guru SMPN I Mandar ”
Umar : ” Wow..banyak yang hadir ya…okey sebentar lagi kami berangkat..”
Fatimah mempersiapkan semua bawaannya untuk seserahan Sarah yang sudah di bungkus macam kado sebanyak lima buah, serta sejumlah uang dan beberapa hewan ternak. Karena kebiasaan mereka. Kyai Yusuf Iqbal yang membantu membelikan hewan ternaknya, karena Umar bukan asli orang Sulawesi maka belum bisa memberikan tanah untuk Sarah.
Umar : ” Tanah akan aku belikan setelah menikah…bagaimana…? ”
Sarah : ” Tak apa…ini saja cukup yang penting lagi kita sah sebagai suami istri ” . Kyai Yusuf Iqbal mengomentari : ” Ya tak apa semuanya sudah baik….karena memang seperti ini kebiasaan masyarakat Majene yang memberikan anak gadisnya pada lelaki yang memberikan mas Kawin paling banyak akan diterima, tapi Sarah hanya menerima mas kawin dari kamu dan tak ada yang menyaingimu…jadi mas kawin sudah sah…” Umar lega karena baru kali ini tahu mas kawin dengan istilah membeli anak gadis orang dengan kemampuan semampu-mampunya. Lain dengan adat Jawa yang akan menerima seberapapun yang diberikan yang penting kebersamaan mengurus rumah tangga saling setia.
Dalam hati Fatimah mengatakan orang laki-laki disini harus kaya kalau ingin menikah…kalau miskin ya tentu tak akan kawin-kawin, untung saja Sarah menyadarinya.Karena Sarah sudah yatim piatu dia menyadari betapa beratnya orang akan menikah disini dan sampai tuapun tak bakalan menikah kalau miskin. Acara pernikahan segera dilaksanakan. Umar dijemput Haji Sadeli paman Sarah pemilik Hotel Kamaru yang akan menyumbangkan hidangan pesta pernikahan beserta tempat mereka melakukan ijab kabul. Haji Asrori mendatangi acara pernikahan Umar bersama istrinya .
Imaniar menelepon Umar dan mengucapkan selamat atas pernikahannya dan dibalas oleh Sarah ucapan tersebut dengan bahagia.
Umar : ” Kini kalian sudah saling kenal dengan Imaniar dan Sarah… semoga kalian akan rukun-rukun selalu.. Aamiin ” Jamaludin kakaknya Sarah amat suka cita karena memiliki saudara ipar seorang ustadz demikian pamannya yang menikahkan Sarah dan Umar . Haji Sadeli dan Kyai Yusuf Iqbal merupakan saksi beserta Jamaludin kakaknya dari pihak Sarah sedangkan dari fihah Umar ada Masrul, KH Asrori serta ada ibuknya Fatimah dan beserta adik-adiknya Sholikin yang akan masuk kuliah tahun ini dan Umiyatul yang masih kelas 2 di MAN juga Ahmad yang masih sekolah di Tsanawiyah Negeri di Kaliwungu.
Pernikahan Umar dan Sarah dilakukan selama tiga hari karena banyaknya sahabat dan kenalan dari mereka berdua terutama penduduk Majene yang memadati tempat hiburan yang dipanggilkan grup musik rebana dari sekolah Sholikin dan Umiyatul sebagai penyanyinya yang merupakan sumbangan dari orkes gambus serta qasidah dari Kaliwungu sekolah Umiyatul dimana kepala sekolahnya merupakan teman baik Masrul yang sekarang menjadi kepala sekolah baru . Achmad menyumbangkan beberapa lagu yang membuat Masrul teringat pada mendiang ayahnya Haji Zaelani yang menyukai seni musik terutama robana .
Achmad sempat menanyakan ujian yang akan datang , makanya nanti selesai di Majene dia langsung menghadapi ujian SMPnya , Umar akan membawa Sarah di Jawa berkumpul bersama keluarga Masrul dan Bunda Fatimah di Kaliwungu dengan izin pernikahannya dan sudah di acc kepala sekolah jauh -jauh hari dan sudah ada guru yang menggantikannya.
Achmad : ” Berarti aku akan ada yang membimbingnya ketika ujian tiba…terima kasih kak Sarah…”
Sarah : ” Loh itu pesan dari kak Umar ketika berada di Kairo….” Umar hanya nyengingis saja sambil memeluk istrinya Sarah.
Masrul sedang bertukar fikiran dengan kyai Yusuf Iqbal dan Haji Sadeli
Masrul : ” Jadi di sini masih sering terjadi gempa terbal dengan rontoknya dinding di tepi jalan…”
Haji Sadeli : ” Iya…mengingat di sekitar sini masih ada perbukitan yang terjal yang sering rontok menutupi jalan, sehingga mobil ban-bannya di beri rantai karena akan licin bila hujan tiba , tapi Hotel aman karena jauh dari tebing , karena di Hotel Kamru bisa memandang pantai bila melihat ke bawah meskipun dikelilingi pohon kelapa masih terdengar debur ombaknya, ditengah santainya mereka Imaniar menelepon Umar.
Imaniar : ” Kak Umar kapan akan pulang ke Jawa karena kak Umar akan diundang memberikan tausiah ibu-ibu dalam acara Isro’ Mi’roj ”
Umar : ” Insya Allah kami sudah berada diJawa ” Sarah minta teleponnya Umar yang ingin berbicara dengan Imaniar
Sarah : ” Boleh Sarah bicara sama Imaniar sebentar kak…? ” Umar memberikan teleponnya yang di dengar Imaniar
Imaniar : ” Hallo kak Sarah…apakabar…?”
Sarah : ” Alhamdulillah baik….. sedang apa sekarang…?”
Imaniar : ” Ini kami sedang pertemuan di pondok dengan ibu-ibu pengajian membicarakan tentang Isro’ Mi’roj…”
Sarah : ” O ..ya dilanjut saja…karena ada pertemuan….”
Imaniar : ” Iya kak…terima kasih….Assalamuallaikum….”
Sarah : ” Waalaikum salam…”.
Umar bersama keluarga mempersiapkan kepulangannya karena anak terkecilnya Achmad akan ujian, Sarah mengikutinya untuk menghabiskan cuti sekolahan , Umiyatul senang sekali dan menelpon kakaknya Iskandar yang masih menjaga rumah Masrul . Sarah untuk yang pertama menaiki pesawat dari bandar Udara Tampa Padang di Mamuju Sulawesi Barat menuju Ujung Pandang tanpa was-was.
Iskandar : ” Sampai mana Mi….? ”
Umiyatul : ” Ni sudah di sampai Bandara Hasanuddin…mau transit ke Surabaya, oh ya kak teman-teman grup Qasidah apa sudah mengembalikan alat musik di sekolah…? ”
Iskandar : ” Aku tak mengerti , tapi kemarin ada surat yang dititipkan padaku dan belum aku buka…”
Umiyatul : ” Oya mungkin itu surat keterangan mengembalikan ke sekolah kak….tolong bacakan sekalian di sini…”
Iskandar : ” O ya….benar sekali ternyata Amar dan teman-teman sudah mengembalikan ke sekolahan ”
Umiyatul : ” Terima kasih kak…ini mau berangkat ke Surabaya…Assalamualaikum….”
Iskandar : ” Waalaikumsallam…hati-hati…” . KH Asrori menjemput di Ahmad yani sambil memperbincangkan rencana yang sudah dilaporkan ke Umar yang dikirimkan.
Asrori : ” Ada waktu istirahat selama tiga hari setelah itu job mulai lagi..bagaimana Umar….? ”
Umar : ” Baik …aku sudah siap…memang ada berapa item……”
Asrori : ” Banyak… ada dari Batang juga tempatnya Imaniar minta hari Minggu acara Isro’ Mi’roj…”
Umar : ” Okey…Isro’ Mi’roj yang pertama diadakan bersama santrinya ya….? ”
Asrori : ” Benar sekali….katanya sudah izin sama kamu lewat Sarah….? ”
Umar : ” Iya…bener…dia amat menghormati Sarah ” Sarah tersenyum yang duduk dibelakang Umar bersama Fatimah dan Umiyatul sedangkan Masrul berada di belakang bersama Sholikin dan Achmad yang masih belajar .