Iskandar diantar ke makam mBapi oleh Bu Warno untuk menunjukkan makam ayah dan ibu Ratna, Ratna menangis Ia masih ingat akan ayahnya yang dulu masih bersamanya mengantar pergi berdarma wisata ke candi Borobudor sementara makam ibu kandungnya berdampingan agak menjauh dari lokasi pemakaman istrinya yang bernama Sulastri . Ibu sambungnya sekarang yang bernama Mulyani memeluk Ratna sambil menangis.
Mulyani : ” Tabahkan hatimu Ratna….maaf ibu baru mengatakannya sekarang padamu…?! ” Ratna memeluk bu Mulyani di depan makam Sulastri Ratna berjanji : ” Ibuk….meskipun ibuk telah tiada tapi engkau amat berjasa padaku telah melahirkan aku dengan selamat…tapi engkau malah meninggalkanku….hu…hu…hu….” tangisan Ratna membuat Iskandar terharu dan menatap Ratna tak tega. ” Ibu Mulyani telah menjagaku sampai saat ini…Ratna rela selamanya akan menjaganya Ibu Mulyani yang telah berjasa membimbingku” lanjut Ratna yang mengusap air matanya sambil sesenggukan , dengan saputangannya perlahan air mata itu mulai mengering. Iskandar memimpin doa dengan membaca Tahlil serta mendoakan arwah beliau orang tua Ratna . Penjaga makam malah menunjukkan makam kakeknya yang bernama Anwari dengan neneknya Ngatmini yang agak berjauhan dari makam bapak ibu Ratna yang bernama Suwarno dan Sulastri
Iskandar : ” Matur nuwun pak…telah membukakan tali persaudaraan yang telah terkuak kembali ”
Mulyani : ” Iya bener mas Iskandar….mertuaku namanya Anwari dan istrinya Ngatmini ” . Makam keduanya hanya menunjukkan sebuah batu hitam tanpa nama tapi Iskandar mantap karena bu Warno alias bu Mulyani membenarkan nama-nama tersebut, lagian makam tersebut masih kokoh dan aman dari jangkauan makam baru.
Iskandar : ” Kapan kira-kira beliau meninggal…? ” yang dijawab ,” Kurang tahu mas….karena dari petugas makam yang dahulu hanya menjelaskan nama warisnya saja yang asli daerah sini …sedangkan keterangannya sudah tak ada atau memang tak memiliki keterangan dan hanya dari mulut ke mulut…, sayapun tahu dari ayah ibu saja yang sebagai penjaga makam yang terdahulu”. Penjaga makam itu senang karena Iskandar pandai berdoa dan lancar membacakan semua yang dibacanya dan tak memakai buku tahlil. Iskandar mengajak pulang karena tak baik bagi wanita berada di makam lalu pulang tak lupa memberikan sodakoh pada penjaga makam mBapi.
Iskandar menemui paklik Masrul di kediamannya dan menceritakan tentang Ratna dan Mulyani serta bagian keluarganya .
Masrul : ” Engkau harus bisa menemukan adiknya Warno sebagai wali nikah Ratna…karena siapapun yak bisa menjadi wali nikah yang betul-betul mengetahui silsilah keluarganya Ratna terutama yang laki-laki ”
Iskandar : ” Iya Lek….aku dan Ratna kan mencari di sekitaran makam dan menemui pak Markiban penjaga makam keluarganya ”
Masrul : ” Urusilah semuanya terutama adiknya yang semata wayang” .
Iskandar menggunakan sepeda motornya bersama Ratna untuk menelusuri silsilah keluarga Ratna serta mencari pak Markiban untuk membantunya menemukan adik kandung pak Warno. Pak Markiban mengingat-ingat nama-nama makam dan riwayat ahli warisnya .
Markiban : ” Iya…iya…aku inngat cerita ibuk saya almarhum yang menceritakan tentang perkelahian antara orang tua Warno yaitu pak Anwari masalah perebutan tanah di Desanya di desa mana lupa saya, terus keluarga pak Anwari berpisah dengan adiknya gara-gara tanah tersebut adik Suwarno misah dari kalangan keluarga . Saya tak tahu..tapi kelihatannya masih berada di sekitaran Puspanjolo Tengah, coba tanyakan pak Lurahnya ” . Tertutup sudah tentang silsilah Ratna, Iskandar pulang ke Puspanjolo Tengah untuk berisatirahat dan minta petunjuk Allah agar dimudahkan segala permasalahannya . Mulyani mengingat ingat nama Warisun adik Suwarno suaminya dan ikut membantu mencarikannya.
Mulyani : ” Sebentar antar ibu ke rumah ayahmu saat itu yang berada di Puspanjolo Tengah , ibu masih ingat rumahnya dan akan meminta petunjuk orang tua sana yang kebetulan ibu sering diajak ke sana sama bapakmu..” Iskandar mengantar Mulyani ke rumah lama suaminya Suwarno dan mencari orang yang tertua di daerah tersebut.
Pak Sukur : ” OOO Pak Anwari….yang dulu pernah berkelahi dengan saudaranya itu to….? sekarang sudah pindah di Puspogiwang , adiknya pak Anwari kan sudah misah dan anaknya sudah menikah semua.
Mulyani : ” Iya .., Anwari itu mertua saya …. ini saya istrinya mas Suwarno dan saya mencari adiknya… “.
Pak Sukur : ” Jadi ini mencari adiknya mas Warno….? ”
Mulyani : ” Inggih pak….tolong di ingat gih pak…maaf lo merepotkan….”
Pak Sukur : ” Maaf sebenarnya mbaknya mau keperluan apa kok mencari adik Suwarno yang bernama Warisun ya….?
Mulyani : ” Ingggih lesres…..” Ada seberkas sinar dimata Iskandar yang menyebutkan nama Warisun adik Suwarno ayahnya Ratna. Mulyani menceritakan keperluannya mencari Warisun adiknya suaminya yang hendak menikahkan Ratna sebagai wali nikahnya.
Pak Sukur : ” Owh…mau nikah to…saya kira nanyakan perkelahian antara Anwari dan pak leknya …kalau itu saya tak berani…seperti membuka aib seseorang yang belum tentu benar…”
Mulyani : ” Soal itupun saya ndak perlu tahu…karena tak tahu permasalahannya dan tak perlu tahu….”
Pak Sukur : ” Saya itu sebenarnya sahabat Warisun dan sampai sekarang Warisunnya masih hidup dan tinggal di Puspogiwang tapi saya mau antar besok karena sekarang mau maghrib ”
Mulyani : ” Ya sudah pak Sukur besok saya tak kesini lagi pagi jam-jam 10 bagaimana….? ”
Pak Sukur : ” Owh baiklah…besok saya tunggu..dirumah kedatangan sampeyan….” . Iskandar mohon diri dan mengantar ibu sambung Ratna pulang kerumahnya di Puspanjolo Tengah. Iskandar hendak pulang membawa mobil karena Ratna mau ikut sekalian menemui Warisun.
Iskandar : ” Dik Ratna mas Is pulang dulu mengganti mobil sekalian mengajak Lek Rul…”
Ratna : ” Iya kak….hati-hati gih….?! ” Iskandar segera melaju pulang ke Kaliwungu yang sudah ditunggu ayahnya Munajad .
Empat puluh menit kemudian
Munajad : ” Piye Lee…..wis ketemu…? ”
Iskandar : ” Pak tukar mobil sama motor gih….soalnya besok mengajak orang yang betul-betul tahu Pak Warisun adik mertua saya yang sudah almarhum …”
Munajad : ” Iya pakai saja …bapak mau bantu bikin mie karena ada pesanan dari Pekalongan dan mau jadi lengganan yang dulu pernah janji padamu…untuk memesan mie keringnya ”
Iskandar : ” Owh pak Waryono ya….jadi sudah pesan sama bapak….? ”
Munajad : ” Iya…dia nitip salam untukmu dan meminta kalau kamu menikah dia dikabari…”
Iskandar : ” Siiip…matur nuwun pak….ibuk mana pak….? ” Khotijah yang mendengarkan anaknya Iskandar pulang menyambutnya dan menyuruh Yatemi menata makan malamnya sekalian. Iskandar mencium tangan ibuknya Khotijah sembari berkata : ” Buk doakan Iskandar lancar menemukan adik pak Suwarno….” Khotijah memeluk anak lelakinya dan segera mengajaknya makan, Iskandar meminta waktu untuk mandi dan membersihkan diri, Yatemi mengikuti kakaknya dan membantu mengambikan handuk serta menata lagi kelengkapan sajian makan malamnya.
Yatemi : ” Ini masakan Yatemi kak…..dirasakan ya….enak enggak… ” Iskandar mengucapkan terima kasih pada adiknya Yatemi dan seluruh keluarganya yang mau menunggu sampai jelang malam untuk bersiap makan malam. Iskandar menceritakan pada ibu dan Munajad ayahnya tentang pencarian Warisun adik Suwarno ayah Ratna.
Yatemi : ” Kasihan ya…kak Ratna…apa aku besok juga seperti itu buk…..? ” Khotijah tersenyum lalu berkata : ” Kamu masih sekolah….selesaikan dulu sekolahmu…itu masih jauuuh dalam jangkauanmu….. ” Yatemi tersenyum dan melanjutkan makannya .
Sarah membawakan oleh-oleh Umar yang barusan pulang dari Banjarnegara berupa gethuk goreng Sukaraja dan tempe untuk dibuat mendoan beserta tepungnya satu paket. Khotijah mengucapkan terima kasih pada Sarah istri Umar yang saat ini tengah hamil muda.