Iskandar menemui Masrul karena semalem di datangi si Jengger Ayam yang meminta tolong agar Nenek Kabilah tak mengejar -ngejarnya terus, Iskandar berkeringat malam itu tapi kenapa dia tak berani keluar rumah yang biasanya kalau gerah dia keluar rumah sebentar. Perasaan takut dibuatnya tidur karena menganggap mimpinya hanya bunga tidur saja….tapi kenapa dia sulit tidur dan melihat langit-langit kamarnya yang terlihat sosok Jengger Ayam sedang dikejar-kejar Nenek Kabilah. Jengger Ayam terengah-engah sambil meminta tolong Iskandar agar menghentikan langkah Nenek Kabilah.Iskandar langsung tahajud arena baru setengah tiga pagi.
Masrul : ” Kalau Nenek Kabilah itu urusannya Fatimah bulek kamu…dia yang tahu persis sepak terjang Nenek Kabilah ” Masrul memanggil Fatimah tapi yang dipanggil tak datang -datang ternyata Fatimah pingsan dan terkapar dikamar, anak lelakinya Umar sedang berada di pesantren memberikan tausiah sedangkan Sarah sedang mengajar , jadi tak tahu kejadian apa yang menimpa Fatimah saat ini karena Masrul sendiri sedang bersama Iskandar.Masrul langsung mengangkat tubuh Fatimah yang terkulai lemas.
Masrul : ” Bune….Bune…..ini diminum dulu….” Masrul mengangkat kepala istrinya dan meminumkan air putih.
Fatimah matanya terbuka dan memandang ke arah pintu kamar.
Fatimah : ” Nenek Kabilah masuklah……kenapa aku bisa seperti ini….?! ” Iskandar ikut membantu Masrul mengangkat ke atas dipan alas tidurnya Fatimah.Iskandar mengipasi buliknya Fatimah agar bisa bernafas segar .
Nenek Kabilah : ” Maafkan Nenek…. anakku Fatimah , Si Jengger Ayam lepas dari rantainya…tapi kakinya masih terborgol dan tadi rantainya mengenai badanmu anakku….”
Masrul : ” Kenapa bisa lepas …kan rantai kaki sendiri dengan rantai tangan…?! ”
Nenek Kabilah : ” Ini karena campur tangan si Tangan Molor yang meminta bantuan Si Jengger Ayam untuk mendapatkan tumbal perawan yang akan menikah sesegera mungkin “.
Masrul : ” Kurang ajar sekali Si Jengger Ayam dan Tangan Molor…rupanya dendam denganmu Iskandar….! ” Fatimah segera bangun mendengar pembicaraan.
Iskandar : Paman …Bibi…apa yang harus Iskandar kerjakan saat ini…Iskandar jadi tak tenang dengan keadaan Ratna….di Semarang…”
Masrul : ” Tenanglah Is….Ratna tak apa-apa….dan engkau boleh ke sana bersama bapakmu Munajad serta Ibumu Chotijah siang ini…jadi berangkatlah sekarang, tapi nanti mampir ke sini sebentar kemungkinan ada yang perlu kamu bawa…”
Iskandar : ” Inggih Lek …Iskandar persiapan dulu…dan segera berangkat sebelum Luhuran biar Luhuran di rumah Ratna ” . Umar datang bersama KH Asrori manajemennya yang mengendarai mobilnya Innova, Masrul yang mendengar suara mobil anaknya bersama Fatimah keluar menyambut tamunya , tapi melihat muka KH Asrori yang memerah Masrul langsung mengambil air aqua botol yang sudah diberikan doa-doa dan digunakan untuk membasuh muka.
Masrul : ” Bersihkan dulu mukamu dengan air ini dan oleskan keseluruh tangan , kaki lalu tak usah di lap dengan kain ataupun tisue…biar kering sendiri kena udara “.
Umar dan KH Asrori sempat kaget ,” Memangnya ada apa pak…..? ” , tanya Umar. Masrul diam saja sedangkan Fatimah membantu Umar dan KH Asrori serta menyiapkan minuman untuk mereka berdua yang nampak kepanasan. Iskandar menyalami Umar dan KH Asrori dan meminta maaf sudah mengganggu ketenangan keluarganya.
Umar : ” Memang ada apa Is…kamu kok sendirian…? ” Tapi dijawab sama Fatimah dan dijelaskan semuanya. KH Asrori melongo karena baru dengar kisah Makhluk Jengger Ayam dan Tangan Molor. Fatimah memberikan kalung dari sapu tangan yang digabung benjadi satu…lalu memberikan petuah: ” Jangan sekali-sekali engkau lepaskan sapu tangan ini dari leher Ratna dan pakailah sebagai shal di leher Ratna dan dilepas pada waktu masuk kamar mandi dan selanjutnya pakailah kembali. Begitu sampai tenang keadaannya
Iskandar : ” Inggih Lek…Iskandar langsung berangkat gih …? ” Iskandar pamit sama seisi rumah dan mobil Munajad sudah siap untuk berangkat ke Semarang menuju rumah Ratna, Chotijah hanya melambaikan tangan saja karena khawatir mengganggu .
Fatimah : ” Hati-hati kak…salam buat ibunya Ratna, semoga baik-baik saja keadaannya ”
Chotijah : ” Ya…maaf ya …kita langsung berangkat…dagggg” semua membalasnya yang berada diluar rumah dan segera masuk ke dalam , Fatimah menceritakan kembali kisah mimpi Iskandar
Asrori : ” Waaah jadi mengerti ini ..gak apa ya…ikutan nimbrung….?! ”
Masrul : ” Gak apa…monggo sekalian diminum maaf lo Kyai saya terima telepon ” . Telepon tadi berasal dari KH Tantowi yang akan datang ke rumah Masrul, sesampai di rumah Masrul Tantowi langsung diajak menuju ruang santri tempat berkumpulnya mereka sangat penting. Fatmah mempersilahkan KH Tantowi dan lansung membahas tentang tangan molor.
Tantowi : ” Bukankah sudah musnah saat berada di Masjid Al Hamzah waktu kau bakar selendang milik Nasekhah…( baca di episode 8 )
Masrul : ” Setan tak akan mati saat ini dia mati bersama datangnya kiamat…..”
Tantowi : ” Iya…betul katamu….trus kau akan mengajakku untuk mengikat tangan molor itu…? ”
Masrul : ” Ya….karena ia bersekutu dengan iblis yang berujud Jengger Ayam yang kita habisi waktu berada di Gresik …”
Tantowi : ” Owh…waktu ada acara di Jawa Timur itu….? sungguh dasyat Iblis betina tersebut , tobat aku dibuatnya…?! ” Masrul merncanakan semua ini didengar oleh KH Asrori yang tertarik untuk menvideokannya.
Tantowi : ” Kalau Kyai Asrori ikut bagaimana dengan Umar….? pasti ikutlah….”
Umar mesem saja karena masih banyak urusan dan terpaksa tak dapat ikut mendengarkan rencana Masrul dan minta diceritakan nanti sepulang ke dari Masjid di kawasan Kendal sebagai tausiah selanjutnya.
Iskandar sampai dirumah Ratna yang masih berjualan pecel, Ratna langsung menemui ibu bapak Iskandar , sementara jualannya dilanjutkan ibuknya Mulyani sampai pembelinya habis dan langsung menutupnya karena ada tamu. Mulyani meminta maaf karena pembelinya sudah terlanjur mengantri dan sekarang sudah ditutupnya.
Iskandar memberikan shal dan memasangnya di leher Ratna. ” Maafkan mas ya dik….karena ada mahluk jahat yang akan mengganggu kita makanya jangan sampai kau lepas shal yang telah mas pasangkan di leher adik” kata Iskandar di saksikan ibuknya Chotijah Munajad bapaknya serta Mulyani ibuknya Ratna.
Ratna : ” Inggih mas…akan selalu Ratna ingat dan ada ibuk yang menyaksikannya ”
Mulyani : ” Akan selalu ibuk awasi agar aman anakku dari mahluk setan dan sejenisnya ” Mulyani sebenarnya kurang tahu dengan hal-hal semacam itu tetapi sering mendengarkan cerita Ratna tentang kehebatan Masrul dalam berjualan serta mengaji dimana saja pengalamannya. Iskandar ingin segera pulang dan selalu tak tenang setelah memasangkan shal dileher Ratna dan meminta bapaknya menyetiri mobilnya karena Iskandar ingin konsentrasi dalam berdoa sebab amat khawatir sekali dengan keadaannya.Dan setelah melakukan sholat dirumah Ratna …Iskandar pamitan pulang agar segera sampai di Kaliwungu sebelum maghrib.
Ratna : ” Tak makan dulu mas…pak…buk….”
Iskandar : ” Maaf dik kali ini enggak dulu…karena masih banyak urusan…”
Iskandar langsung masuk mobil dan duduk dibelakang bapaknya Munajad.
Chotijah : ” Ayok pak segera berangkat…dan segera sampai rumah karena aku tahu kebiasaan adikku saat-saat kritis seperti ini…sampai Ratemi tak diijinkan ikut kan kasihan kalau dia sendirian dirumah ”
Munajad : ” Kan ada Umiyatul di rumah dia pasti mengajak Ratemi ke rumahnya ”
Chatijah : ” Kayak tak tahu saja Ratemi…..dia itu kalau tidak kepepet atau takut tak akan ke Umiyatul dan lebih nyaman tinggal di rumah….tapi semoga saja dia berada di rumah kumpul bersama Leknya Fatimah. Jam lima sore Iskandar sampai rumah dan segera mandi lalu beristirahat dirumah.