Masrul mengadakan syukuran karena anak sulungnya Umar sudah lulus MAN -1 dan pondok juga katam Alquran ke 7, Umar ditempatkan di Madrasah Ibtidaiyah Arrochman Kendal atas arahan Kyai Nurcholis. Umar juga membantu mengajar dipondok Acmad adiknya yang berjarak 10km dari rumah pada waktu sore hari , kyai Nurcholis sahabat Masrul semasa mondok dan satu pondok dengan santriwati Fatimah putri kyai Rosidin orang tua Nurcholis , Nurcholis kakak kandung Fatimah , Fatimah orangnya istikomah dan selalu bertahajud serta menjalankan sholat dhuha tiap hari. kadang membantu pondok untuk mengisi pelajaran , menghafal,juga membaca qiro’ dengan benar. Umar masih menunggu pembukaan pendaftaran kuliah di IAIN Walisongo karena hanya disitu kemauannya. Sarah teman Umar di MAN-1 ingin sekali mengikuti Umar mengajar tapi Sarah tidak mondok dan tak sefaseh Umar dalam membaca Alquran tapi Ia baik hati dan shollatnya tekun ” Tak mungkin saat ini kau ikut mengajar, paling tidak kamu kuliah di Unnes ambil jurusan Agama Islam , setelah lulus kau pasti akan mengajar agama”, begitu jelas Umar. Sarah tahu ibunya Umar sangat pandai mengaji , maka Sarah akan belajar pada Fatimah pasti Ia mau fikir Sarah yang belum berani pulang ke asalnya di Mandar nunggu jemputan bapaknya di Jakarta tepatnya Tanah Abang.Maskur bapak Sarah seorang pedagang pakaian di Tanah Abang tiap tahun ia pulang bersama Sarah yang tinggal bareng bibiknya, ibunya berdagang di Majene juga di Mamuju , serta Polewali karena saudara ibunya banyak di Mamuju dan buka usaha pakaian disana, semua pesanan yang urus ayah Sarah , Sarah sendiri tak betah di Jakarta dan ikut bibiknya yang tinggal di Kendal sampai sekarang. Kakak Sarah bernama Jamaludin dia lebih memilih berlayar seperti pamannya Salamun. Jamaludin yang ahli mesin kapal sejak SMP sering ikut Salamun berlayar dan setelah itu ia melanjutkan pendidikan sekolah teknik mesin di Ujung Pandang. Setelah lulus Jamaludin ikut mengarungi lautan bersama pamannya sampai sekarang.
Jika Jamaludin kangen adiknya Sarah dia akan ke Jawa seminggu kemudian pulang ke Mandar melewati Madura dan ikut temannya yang membawa kapal barang, Jamaludin tak takut kehabisan uang karena temannya banyak dan mereka saling membantu. Yang dikhawatirkan Jamaludin adalah perjalanan dari Majene ke Madura atau sebaliknya dari Madura ke Majene karena harus melewati segitiga masalembu yang amat besar gelombangnya dan amat berbahaya. Mesin tiba-tiba mati ataupun angin menggulung dan cuaca menjadi gelap serta ombak menjulang tinggi ditambah ikan hiu menghadang mangsa. Hanya tekat ingin selamat mereka begitu gigih menerjang ombak yang menggulung serta keahlian nahkoda atau juru mudi dan keamanan teknik mesin yang mereka andalkan tak gentar menghadang badai silih berganti. Jamaludin sampai stress jika harus ke Jakarta pasti melewati segitiga bermudanya Indonesia dan agak aman jika lewat maselembu daripada lewat pulau Bawean yang sering mendapatkan arus melingkar atau pusaran air dan menyedot apa yang ada di atasnya . Tapi demi menghidupi keluarga serta rasa rindunya pada ayah dan adiknya Ia lakukan dengan gagah berani melawan rintangan tersebut. Jamaludin anak yang berbakti pada orang tuanya , jika di darat ibu dan anak istri serta saudaranya yang ia lindungi dengan membagi pesanan ayahnya sesuai pesanan saudara-saudaranya dan ibunya menerima sisa barang orderan saja, dilakukan demikian karena ibu Jamaludin hanya sebagai hiburan saja untuk sekolah Sarah diurus ayahnya dan bila ada sisa keuntungan ia bagi kepada keluarga Jamaludin anak sulungnya
Sarah memohon pada Fatimah agar mau menerima sebagai muridnya, Fatimah menyetujui tapi dengan syarat Sarah harus tinggal bersama dengan Umiyatul anaknya dan Sarahpun setuju tapi Sarah akan meminta restu bibinya dan mengambil pakaiannya. Sarah amat sayang pada Umiyatul juga membantu jika ada PR matematika kebetulan Sarah nilainya bagus bidang matematika dan dengan suka cita membantu Umiyatul. Satu bulan sudah Sarah mendapat pendidikan Fatimah dan mulai menampakkan hasil , Sarah sudah katam Alquran. Masrul sebenarnya ingin minta tolong Kyai Nurcholis agar Sarah bisa bantu di sekolahan Ahmad tapi mengapa istrinya melarangnya bukankah itu suatu kemuliaan ?. Yah apapun yang dilakukan istrinya itu pasti baik. Masrul tak pernah merisaukan pemikiran istrinya yang istikomah yang menjalani hidup hanya karena Allah. Akhirnya tiba saat yang bahagia, Umar bisa kuliah di IAIN Walisongo dan Sarahpun diterima di Unnes . Sarah masih ingin tinggal di rumah Fatimah tapi Fatimah melarangnya dan harus segera kembali di rumah bibinya jika hari libur diperbolehkan kembali bermain ataupun belajar mengaji.Bibi Sarahpun senang dengan kembalinya Sarah ke rumah dan segera menelepon Maskur ayah Sarah serta ibu kandung Sarah dan seluruh keluarganya . Terutama ibu sarah yang merindukan kepulangan Sarah , dalam telepon Sarah mengatakan ” Ibu , liburan semester Sarah akan pulang karena liburan amat panjang bareng sama bulan Romadhon dan Hari Raya Iedul Fitri “. ” Anakku ibu amat merindukanmu, ingin melihatmu menikah dengan pilihanmu ” ” Ibu, tolonglah bersabar sedikit Sarah insyaAllah hanya tiga tahunan menuntut ilmu dan akan pulang menetap kalau sudah bisa mengajar di tanah kelahiran Sarah dan akan menjaga ibu.” Ibu Sarah senang dengan keputusan Sarah serta menanti kedatangan Romadhon . Jamaludin main kerumah bibinya di Kendal dan mendengarkan Sarah membaca Alquran . ” Suara Sarah indah banget dan alunan suaranya merdu sekali siapa bik guru ngajinya ?” ” Oh… Itu lo bunyai Fatimah juragan kecap istrinya pak kyai Masrul yang ngajar muridnya dirumah”. Hape Jamaludin berdering telepon dari pamannya Salamun. ” Bagaiman kau masih betah di Jawa, dua hari lagi jalan arah balik Mandar “, kata Salamun dengan logat Mandarnya. ” Tak usah di tahan paman, Jamal masih pingin tinggal di Jawa”. ” Baiklah paman tinggal ya, karena barang dah siap berangkat”. ” Baik paman hati-hati sampaikan salam buat semua crew KM Celebes”. Ada rasa sepi dan senyap setelah hape dimatikan Jamaludin mencoba telepon balik pamannya tapi hape sudah dimatikan. “Kenapa kamu merenung, jika kau ingin ikut tak usahlah ragu”. ” Bukang..bukang tu..tak apa …Jamal ingin bersama Sarah beberapa hari lagi disini bik”. ” Iya tapi kau nampak risau , apa yang kamu fikirkan Jamal”. Jamal terdiam dan mencoba menelepon pamannya Salamun, tapi karena hape mati Jamaludin terpaksa sms biar nanti kalau sampai di Masalembo bisa terbaca kalau mendapatkan sinyal. Salamun sudah melaut sms keponakannya belum bisa terbaca . Salamun berangkat dari Tanjung Perak Surabaya diperkirakan sampai Masalembo 1,5 hari karena Salamun sudah mendapatkan pengganti Jamaludin tak jadi singgah di pulau Masalembu langsung menuju Majene. Mario asisten Salamun rupanya kurang piawai merasakan goyangan ombak yang membuat Salamun panik dia harus naik turun memperhatikan ombak sedangkan Mario tak berani sendirian di ruang mesin. Dengan marah Salamun memaksa Mario tinggal di ruang mesin menjaga agar mesin jangan sampai mati sementara Salamun membantu Nahkoda mengamati ombak dan melihat pusaran air yang begitu besarnya mencoba meminggirkan haluan kanan dan beberapa kali bergantian haluan kiri ombak itu menggulung KM Celebes membanjiri isi dalam kapal.Salamun mengecek bagian mesin dilihatnya Mario tergeletak dia minta tolong anak buah kapal untuk mengurus Mario , Ya Allah sudah enam hari semenjak meninggalkan Masalembu ombak tak henti mangamuk dan mempermainkan kapal motor Celebes . Badan Salamun capek abeka-abeka juga dah thele-thele..juru mudi minta gantian karena kecapaian dan meminta Salamun menggantikan sementara ombak mulai normal dan Mario sudah bisa kembali ruang mesin. Dengan berbekal kompas yang selalu dipandanginya salamun menggantikan posisi Kahar juru mudinya.
Kapal sudah mengarah ke Malunda tapi awan gelap beserta angin mulai menampakkan kegarangannya Kahar yang mulai bangun karena tiupan angin segera memegang kemudi dan melihat titik koordinat . ” Terima kasih Salamun semoga tak mengganggu perjalanan kita badai itu”. ” Siap Boss “,kata Salamun dan Ia menyuruh Mario Siaga untuk menghadapi badai karena Salamun mau shollat dan istirahat. Hape Salamun berbunyi sms dari Jamaludin diterimanya dan Salamun menelepon dengan menggunakan bahasa Mandar ” Iya. ni paman sudah mengarah ke Malunda dua jam lagi badai awan dah menggantung “. ” Yang sabar ya paman , gunakan waktu tuk tidur sebentar biar kuat waktu badai datang…” . Sinyal terputus dan hape diletakkan , Salamun melakukan shollat ashar dan memberi perintah mengurangi kecepatan pada Mario. Angin begitu dasyat sementara kapal sudah menjauh ke arah badai, Kahar amat cermat dan aman dari badai tapi secepat kilat seekor ular naga menampakkan mukanya dengan kumis yang panjang dan suaranya menyesakkan telinga serta dada . ” Ya Allah ya Robbi..apa itu tadi….” teriak Kahar yang tangkas sembari berganti haluan . ” Naga….naga..awas pak Kahar… dia coba menyilangkan badannya hendak melingkari kapal Celebes. Mario mulai tangkas dan tanggap dia keluar kamar mesin dan mengecek gelombang dia melihat ekor ular naga itu mulai menjauh tapi gelombang ombak naik dan turun akibat gerakan naga tersebut. Suasana maghrib menjadi gelap..terlihat ikan paus melompat membelah gelombang sementara hujan turun dengan lebatnya. Serasa Kapal Celebes terdorong maju Salamun terjatuh ketika hendak membantu Kahar . Baru kali ini Salamun melihat naga begitu besar dan berseyap diikuti ikan lumba-lumba yang seperti mengusirnya, malam itu begitu gaduh kapal Celebes seperti terdorong dengan cepatnya, Mario keheranan dan bersyukur karena kapal terdorong hampir mendekati pelabuhan Malunda dan hujan pun reda. Semua bersyukur karena segera sandar di Malunda dan bunyi hapepun bersahutan, perasaan senang bahagia membuat crew KM Celebes berpelukan Salamun menghubungi istri dan saudaranya kalau baru saja nyandar.