Jam 12.00 tepat Masrul, Ahmad dan Iskandar , tiba di Plantaran setelah menunggu lama di tukang tambal ban menunggu Pak Larsoa pulang dari ladang bersama istrinya yang membawa bakul berisi kacang panjang buah rambutan serta tahu dan tempe . Masrul langsung mendatangi pak Larso dan meminta izin untuk meminjam gergajinya hanya untuk syarat pemotongan.
Larso : ” Ini gergajinya ….kenapa tak menggunakan kampak saja….? ” Iskandar membungkam mulut pak Larso …untung saja Masrul diam saja. Dengan berbisik Iskandar bicara pada Masrul ” Maaf dhe…dia lupa….sudah tak bilang jangan ngomong eeeh… malah jawab…” . Pak Larso melihat Masrul takut kena marah karena sudah diwanti-wanti jangan bicara apapun jika Masrul bicara .., cukup memberikan saja apa yang dia butuhkan . Belum dimulai penggergajian kayu malah hujan tiba-tiba datang…Masrul mengurungkan niatnya dan meditasi dibawah pohon durian didampingi Achmad dan Iskandar. Masrul memita bantuan kepada angin agar segera berhembus , Masrul membaca mantra dengan membaca Shahadat dalam hati ” Mbah sapu angin kundho-kundho tulaksana sukmo kang mertopo sajeroning urip luwih becik metua….aku metu sajroning urip ” Masrul meniup dan menghadap ke arah awan yang hitam, maka awan itu berarak menuju kesuatu tempat dan menjauh dari lokasi hujanpun reda . Iskandar segera memanjat pohon durian dengan membawa gergaji diikuti Achmad membawa kampak yang berada di dalam bajunya . Iskandar mulai menggergaji bagian atas tapi angin tiba-tiba berhembus kencang dan buah durian pada berjatuhan…Masrul memungutinya dibantu pak Larso , Iskandar mlipir turun agar Achmad memotong bagian selanjutnya untuk menuju bawahnya…. Masrul dihadang kawanan kera dengan tiba-tiba dan pak Larso disuruh masuk kedalam rumah dan tak boleh keluar .
Bu Larso berteriak-teriak karena dikerumuni kera dan pak Larso mengusirnya dengan sapu lidi sambil menarik bu Larso masuk ke rumah.
Bu Larso : ” Ini kenapa to pak kok tiba-tiba saja kera-kera pada datang…kan di Plantaran tak ada keranya….”
Pak Larso : ” Sudah…sudah masuk saja jangan keluar-keluar….” perintah pak Larso .
Bu Larso : ” Laaa ini bagaimana sayuranku akan aku cucu…air sudah panas je…. ” Pak Larso tak menggubris dan menutup mulut Bu Lasrso agar diam.
Pak Larso : Sudah diam….jangan bicara lagi…ikuti aku saja….kalau aku mengaum…kamu ikut mengaum..pokoknya ikuti aku saja juga gerakan tubuh ini…” sambi berbisik pak Larso mengatakannya . Masrul diam saja karena Achmad mulai memotong kayu dengan kampak dengan hati-hati durian tersebut dan keluarlah bau busuk yang mengganggu pekerjaan Achmad. Acmad mengeluarkan selendang dalam saku celananya yang diberikan ibunya Fatimah untuk berjaga-jaga . Telepon bu Larso berbunyi dan dimatikan segera karena kera mendengarnya dan berlari kearah dapur. Bu Larso takut dan hape pak Larso yang berada di luarpun diambilnya khawatir berbunyi dan langsung dimatikan. Dada bu Larso berdegup kencang untung -anak-anaknya masih pada di luar karena sedang bekerja sementara matanya bertatapan dengan suaminya seolah berbicara untuk saling berhati-hati.
Achmad turun dan melewati Iskandar agar menggergaji dahan yang berada di sebelahnya dan Iskandarpun menuruti karena sudah diatur Masrul , baut busuk mengganggu Iskandar karena dia tak memakai penutup hidung untung saja Achmad masih ada saputangan besar sehingga hidung Iskandar bisa tertutup meski tak senyaman Achmad . Pemotongan berjalan pelan karena terganjal dahan yang kuat sampai sore hari baru separo yang terpotong. Masrul mengumpulkan daun yang masih berada di dahan tangkainya karena akan mengganggu dan segera dibakarnya. Jelang maghrib Iskandar turun bersama Achmad , Masrul mengajak istirahat dan akan dilanjut setelah maghrib . Mreka turun untuk berbuka puasa dan sudah disiapin sama bu Larso dengan urap kacang panjang dan tahu dan tempe goreng.
Bu Lakso : ” Kyai Masrul…kok kera pada hilang semua…mereka pergi kemana…? ”
Masrul : ” Kera tersebut pada ngumpul di tempat mereka dan mempersiapkan serangan…, tolong anak-anak ibu yang abru pulang segera melakukan sholat dan berkumpul disini sebelum datang sesuatu.. ”
Bu Lakso : ” Miranti belum sampai rumah…masih di jalan….karena motornya jalannya pelan…..”
Masrul : ” Ya kita tunggu sebentar…nanti langsung masuk saja dan jangan keluar lagi karena jalan masuk depan depan akan di pasang rajah oleh Iskandar dan Achmad ” . Sudah terdengar suara motor Miranti , maka rajah akan segera di pasang, sementara Achmad sudah mulai memasang yang samping rumah dengan memberi kapur putih mengelilingi rumah pak Larso .
Masrul : ” Cepat segera masuk….mereka sudah mulai berdatangan …” Miranti terpental karena motornya bagian belakang masih di luar kapur , Miranti kepalanya nyosor setang motor dan terjatuh kesakitan di pelataran rumahnya . Achmad memasang kuda-kuda dan mengeluarkan cahaya putih menghantam pohon durian. lalu menghampiri Miranti yang keseleo …pak Larso menggendong putrinya dan melatakkan di dipan dalam rumah.
Iskandar : ” Gila….mengapa cepat sekali mereka membangunserangan.. ”
Masrul : ” Mereka tak terima istananya diganggu dan kerahkan kemampuan kalian aku akan menelepon KH Tantowi minta bantuan secepatnya ” Masrul menelepon Tantowi dan menceritakan kejadiannya ”
Tantowi : ” Akun akan segera datang membantu demi warga Plantaran…apakah masyarakat Plantaran sudah tahu kalau hari ini dilakukan pemotongan pohon durian….? ”
Masrul : ” Sudah…pesan ini disampaikan kepada pengurus masjid di daerah ini oleh pak Larso yang menjabat RT ”
Tantowi : ” Tunggu …aku akan segera membantu… ” Masrul lega karena Tantowi akan membantunya , Tantowi meletakkan mobilnya di depan rumah Pak Larso tetapi kelihatannya rumah pak Larso sepi , Tantowi mengendap-endap lalu meloncat setingi lima meter menuju rumah …nampak Masrul sedang berkelahi dengan macan loreng sedangkan Iskandar dan Acmad membantunya . Dari balik pohon tiba-tiba munculah macan loreng yang hendak mencakar Iskandar …untung saja Achmad melihatnya dan mendaratkan pukulan di rahang si loreng . KH Tantowi membantu Masrul yang menghadapi siluman macan . Di tegalan samping rumah terdengar gaduh siluman macan mengaum minta bantuan maka seluruh isi ruamah ikut mengaum atas perintah Iskandar dan Masrul agar suara macan tak terdengar oleh kawanan macan . Jalan raya ditutup dan tak ada yang lewat disana karena untuk menghindari keramaian dan kesempatan siluman macan mengambil korban . Jalanan nampak sepi tak ada yang melewatinya . Plantaran terkenal angker karena kadang siluman macan lewat dan mengganggu warga setempat…karena sudah diumumkan di langgar-langgar agar jangan melewati daerah tersebut pada hari Kamis malam Jumat karena pohon akan dirobohkan . Sampai jelang subuh pertarungan tak berhenti-berhenti . Tantowi dan Masrul sudah cukup capek untung saja Iskandar dan Achmad masih kuat dan ikut membantu pula menghajar siluman macan yang berganti-ganti bentuk seperti menjadi sebuah batu juga keranda terbang yang selalu mengganggu penduduk setempat.
Siluman macan melarikan diri begitu mendengar adzan subuh juga macan loreng.
Masrul ; ” Wah kita belum bisa membekuk…mereka keburu kabur …”
Tantowi : ” Engkau mengabari aku terlambat siiih..”
Masrul : ” Iya aku masih sangsi dengan keberadaan loreng yang ternyata tinggal disebelah pohon jeruk yang masih dalam masa pertumbuhan….nanti akan aku cabut pohon jeruknya pada pagi hari ini. Tantowi nanti malam akan datang lagi dan memantaunya dia segera pamit karena masih ada urusan . Iskandar mengumpulkan durian di kolong tempat tidur kamarnya pak Larso dan kamar tersebut tak akan dibuka sebelum pohon durian itu tumbang . Achmad dan rombongan pamit setelah Masrul mencabut pohon jeruk yang masih muda tersebut dengan mengeluarkan asap hitam .BuLarso masih takut dan mereka akan pergi serta tidur di luar karena khawatir akan kena masalah yang berkepanjangan.
Masrul : ” Apabila rumahmu terjadi apa-apa kamu merelakannya….? ”
pak Larso : ” Saya rela dari pada berurusan dengan maghluk siluman tersebut ” . Pak Larso segera pergi bersama anak-anaknya tapi Masrul memberikan air dulu sebelum mereka berangkat.
Masrul : ” Ingat air dalam botol tersebut jangan dihabiskan agar aku bisa memantau keadaan kalian.. ayo segera diminum airnya..” Seluruh keluarga meminum air pemberian Masrul yang sudah di beri doa tersebut .