Bulan maret hingga april covid 19 semakin berkembang dengan cepat, angka positif dan angka kematian semakin tinggi, hingga akhirnya saya putuskan untuk tidak pulang kebogor sekitar 3 minggu dan saya menetap dijakarta karna untuk berjaga2 dan ditakutkan saya membawa penyakit untuk mereka. Rasa rindu yang terbendung sangat tinggi mulai saya habiskan dengan vidiocall melalui whatsapp dengan istri dirumah sekedar melihat anak saya, yg pertumbuhannya semakin bagus, dan mulai bisa berjalan perlahan-lahan. Bayangkan saja betapa sedih dicampur bahagianya ketika tau tumbuh kembang anak kita tpi kita tidak berada disana bersamanya.
Berada dijakarta pun sangat tidak tenang, campur aduk antara kangen dengan anak, dan istri yg terus mengeluh karna kekurangan uang, yang seperti sudah agan/sist tebak, yg dikarenakan oleh ibu mertua saya yg selalu membahas tentang msalah pengeluaran seharihari nya.
Kalo istri lagi ngambek karna mslah uang, biasanya imbas nya whatsapp saya diblokir dan saya tdk bisa tau kabar dari anak saya seharian, itu sudah cukup membuat saya sedih dan down sekali. Disatu sisi saya punya kewajiban mencari uang dijalan, tapi disatu sisi lainnya saya terus mendapat tekanan dari istri saya sendiri.
just info: ibu mertua saya ngewarung, bapak mertua saya manager fastfood, dan yg tinggal dirumahnya hanya adik dari istri saya yg masih kelas 1 sma dan istri serta anak saya
3 minggu berlalu saya akhirnya pulang kerumah dengan perasaan senang, berharap istri pun senang dengan kedatangan saya dan yg paling penting saya ingin memeluk erat anak saya karna saya rinduu, rinduu sekalii ya Allah.
Saya pulang malam hari bersama bapak mertua. Perjalan dari jakarta (cipulir) ke leuwisadeng bogor itu sekitar 2 jam karna menggunakan motor. (Biasanya klo ngebut hanya 1jam setengah tp karna bareng sama bapak mertua gaboleh ngebut2 hehee)
Sesampainya dirumah saya disambut ibu mertua yg belum tidur menunggu suaminya pulang, setelah itu saya langsung membersihkan diri mandi malam2. Saya lihat ke kamar istri dan anak saya sedang tertidur pulas, saya cium kening mereka masing2, saya peluk mereka bergantian erat2 sambil berkata didalam hati ( yaAllah sehatkan lah istri dan anak saya, lindungi lah dari segala penyakit dan marabahaya apapun, saya ikhlas menukar nyawa saya dengan mereka agar mereka sehat , panjang umur dan bahagia selalu. Aamiin )
Tidak lama setelah itu istri saya terbangun, dan balik memeluk saya, menanyakan sudah makan belum dll, akhirnya ia bangun dan memasak sesuatu. Dimalam itu saya merasa kembali diistimewakan oleh istri saya.
Pagipun tiba, seperti biasa ketika libur saya mengajak anak saya jalan-jalan pagi keliling didepan rumah, betapa bahagianya saat itu bisa berjumpa dan bermain bersama anak saya lagi. Singkat cerita masih dihari yang sama dimalam hari, ibu mertua saya menghampiri saya dan mengobrol 4 mata dgn saya, mengadu ini itu tentang istri saya yg katanya sering ribut dengannya, sering ribut dengan adiknya yg membuat ia pusing setiap hari nya. Dan diapun sempat mengeluh tentang pengeluaran listrik dan pokok setiap harinya. Apa daya saya hanya bisa terdiam dan mengangguk karna tdk bs menjawab apa2. Setelah itupun saya pergi ke kamar dan berbicara kepada istri saya, istri sayapun mengeluh dan tidak ingin tinggal disini lagi. Saya bilang “sabar yang, nanti kalo gw udh punya duit lebih, kita pindah ya cari kontrakan yg jauh kayak dulu lagi” sedikit kata yg sepertinya lumayan bisa menenangkan fikiran istriku tercinta pada saat itu