“Ahh.. Kamu sudah bangun…. Sebentar,aku ambilkan”
“Antarkan ke sana,yah?”
“Ini.. Ambil”
“Makasih~”
“Wehh!? Hoii.. Delia,jangan kamu buka semua,pintunya..”
“Aku nggak bisa ambil pakai tangan kanan,aku cuma bisa pakai tangan kiri,Raka.. Susah kalau pintunya terbuka sedikit”
“Ahh,jangan- jangan! Tunggu sebentar.. Aku ada cara lain”
“Kelamaan Rakaa~~ awaas ih..singkirkan tanganmu”
Jangaaann….!!? Jangan..!? Fuuh.. Fu- fuhh…
…..Jangan?
Sekali lagi tuhan,aku berterima kasih engkau telah ciptakan apa itu yang ku sebut mimpi..
Kau tau,Tuhan? Biar kita obrolkan hal ini sebentar..
Mimpi adalah ide yang sangat brilian yang pernah engkau ciptakan,
Ia datang seperti sebuah hiburan untuk yang sedang bersedih..
Ia datang sebagai candaan untuk orang yang kesepian..
Ia datang sebagai alasan kebahagiaan seseorang..
……
Tapi tolong jangan bangunkan aku di saat-saat penting,
Chapter 14 | Her
“Yoo.. Lama nggak ketemu, dari mana saja?” sapaku pada si Mia.
“Baru sehari kalii.. Kemarin aku ada urusan di kantor cabang” jawab Mia mendaratkan dudukannya ke sebelah tempatku duduk.
“Geser sana.. ”
“Hmm..”
“Gesernya ke sana,bukan ke sini..”
“Hahahaa… Deliaaa aku rebut junior kesukaanmu,yaa” balas Mia pelan di dekatku.
Kemana perginya itu..? Mimpi pagi tadi.
Ini baru jam 1 siang tapi mimpi seindah itu sudah lenyap begitu saja dari kepalaku,huhh.
Ngomong-ngomong ban motorku belum ku servis pula..
“Raka, kenaikan kelasmu sudah nggak bisa dihindari lagi.. Dia sudah mantap mengangkatmu akhir periode ini” kata Mia membuka pembicaraan dengan informasi baru tentangku.
“Jadi.. Kabarnya,apa ada yang akan digugurkan hari senin depan? Mia”
“Nggak tau.. Yang jelas walaupun junior-junior tengil itu nggak lulus test kelayakan Delia,asalkan masih bisa dibimbing maka akan diberi kesempatan di bulan kedua.. Begitu juga dengan bulan ketiga,baru setelah itu nggak ada ampun.. Siapa pun yang nggak sesuai maka akan keluar saat itu juga”
“Aku kira rekanku masih batas wajar.. Rata-rata mereka hanya bekerja di sini sebatas mendapat status perusahaan terkenal sekaligus gaji yang tinggi,sisanya bisa kamu tebak.. Anak muda selalu memikirkan senang-senang setiap saatnya”
“Maaf yah,hanya memikirkan senang-senang dan jabatan bukanlah tipe Delia.. Kalau hal itu nggak segera diubah maka jangan salahkan orang-orang di sekitarmu”
“….susah memperbaiki orang lain”
“Nggak,sebenarnya kamu nggak bisa memperbaiki orang lain.. Kamu hanya bisa berdiri di samping mereka selagi mereka memperbaiki dirinya masing-masing”
“Apa iya??”
“Iya lah.. Tolong pahami satu hal lagi,memperbaiki dan membantu nggak akan pernah sama pengertiannya”
“Ohh ya?”
Sial,yang dikatakan Mia benar juga..
Apakah aku disebut membantu Delia atau aku memperbaikinya?
Dia itu… Sejak pertama bertemu,aku nggak melihat sisi apapun dalam dirinya yang perlu aku lengkapi,
Dia seperti senjata perang yang siap bertempur..
…..
Mugkin karena alasan itu kah,aku menyukainya.. Iya kan?
Bahwa mereka yang tak memiliki apa yang dimiliki semua orang,adalah yang memiliki apa yang tak dimiliki semua orang..
Tangan kanannya itu..kurasa tidak pernah benar-benar menghilang,melainkan bertukar menjadi hal terbaik yang bisa manusia miliki..
“Rakaa, cepat tentukan pilihanmu.. Mau pergi ke divisi mana? Illustrator,animator,arsitektur atau photograper?”
“Hmm..? Untuk apa buru-buru.. Aku masih punya sisa 3 hari lagi sebagai seniman serabutan,itu lebih baik..”
“Jangan bilang kamu mau tetap tinggal di kelas junior hanya untuk bersama-sama Delia lagi”
“Ya,itu yang mau aku bilang.. Aku ingin berkembang di sana”
“Fuu… Aku penasaran dengan cara apa Delia membuatmu bertekuk lutut dan menuruti kemauannya nanti..”
“Wah wahh.. Apa dia dia sehebat itu soal membujuk juniornya?”
“Nggak.. Dia nggak akan membujukmu halus-halus,paling halus kamu akan dikeluarkan sekaligus dibanned dari kantor ini kalau kamu menentangnya” jawabnya terdengar seperti candaan yang dibuat serius.
“Jiaah… Hebat sekali dia.. oh,ngomong-ngomong selain Alia dan Delia,masih ada tiga orang lainnya kan?”
Tiga orang yang menduduki jabatan mega-ultra-super-senior itu- …Maksudku menejer.
Aku ingin sekali melihat hasil karyanya..
Hampir 1 bulan aku di sini dan yang melekat pada kelima orang menejer ini hanyalah cerita tanpa bukti,kan?
“Kamu penasaran? Siapa yang paling membuatmu penasaran,Raka?” Tanya Mia balik padaku.
“Yang aku kenal hanya Delia dan Alia,kan? Untuk Delia sendiri,aku kira dia sudah nggak bisa lagi menciptakan karya indahnya dengan kondisi tangan kananya yang sekarang…”
Si ahli dalam perancangan bangunan, si ahli animasi 3D dan si ahli memanipulasi gambar..
Somehow aku mulai berambisi untuk melewati kalian semua..
………………………………………
“Raka??” Panggil Mia serius sekali seraya mengubah posisi serta arah hadap duduknya ke arahku.
“Apa?” Tanyaku bingung karena hanya sekedar dipanggil.
“Siapa yang bilang kalau Delia adalah salah satu menejer tertinggi di antara kelimanya?”
Delia.. Bukan kah dia salah satu senior menejer yang kalian segani itu..
Tunggu.. Kenapa kamu menanyakan itu padaku,Mia?
Bukannya kamu yang-
“Bukan kah kamu yang dulu mengatakannya padaku,Mia? Apa yang salah denganmu??”
“Jangan mengada,Rakaa.. Delia adalah asisten menejer sama sepertiku”
“Hehh??”
“Aku pernah mengatakannya bukan? Kalau setiap senior menejer punya masing-masing asisten di bawahnya”
Nggak,kamu nggak pernah berkata seperti itu…
Satu-satunya yang kamu katakan waktu itu adalah,kalau setiap divisi mempunyai masing-masing satu senior menejer.. Dan Delia….
Delia adalah salah satunya.