“Dia siapa?” Reza berpikir sejenak. “Amanda?! Ah ngawur luh, mupon sana!”
“Lah, mirip sih. coba jangan di play dulu…,” semakin lama aku memandangi semakin mirip.
“Alesan luh, bilang aja eluh jadi ngefans kan?” kembali menaikkan alisnya keatas dua kali.
Aku sangat malas sekali kalau sudah debat dengan Reza, aku tahu betul maksud dan tujuannya. Soalnya tempo hari dia melakukan hal yang sama pada grup 48, aku hampir saja terjerumus. Aku pamit kepada Reza karena ada mata kuliah yang harus aku ikuti.
Kami banyak mata kuliah yang sekelas, namun ada beberapa yang tidak. Kadang kalau tidak sekelas aku merasa sepi. Dengan teman yang lain aku kurang dekat dan kurang bisa membuka obrolan secara santai. Mata kuliah kali ini menggunakan lab komputer, dosen berada di depan dan tidak terlalu memperhatikan mahasiswanya.
Tempat duduknya sesuai absen, aku kebagian di belakang karena absennya menurut nomor induk mahasiswa bukan dari huruf awal nama. Ketika aku sedang serius mempraktekan apa yang dosen katakan ponselku bergetar. Iseng aku membuka ponsel, ada pesan dari Reza. Dia mengirimkan suatu gambar. Aku membuka pesannya, dan ternyata gambar itu adalah gambar salah satu member grup kpop yang kami lihat barusan dan ada pesan tambahan dibawahnya.
“Nih Amanda KW, apa Amanda yang Kwnya si Hana. (emot ketawa sambil nangis)”
Aku berkata dalam hati, “Memang mirip sih.”
Kuliah berakhir singkat, aku keluar kelas dengan malas. Masih ada dua matkul lagi yang harus aku hadapi. Lorong kampus terasa sepi, hanya daun-daun menyapa ketika tertiup angin. Dari arah seberang muncul sosok yang aku hapal betul, jantungku mendadak bergulat. Dia berbelok sedikit dan kini kami berdua berada di lorong yang sepi. Aku kembali berjalan seakan tidak melihat apa-apa di depan sedangkan dia terlihat mempalingkan muka.
Kami berdua berpapasan tanpa saling sapa, mungkin luka yang aku timbulkan masih membekas diingatannya. Lagipula dulu itu memang kesalahanku dan sulit tuk dimaafkan walaupun kejadinnya sudah dua semester yang lalu. Aku melanjutkan perjalan ke kantin kampus, di sini sekumpulan pencari ijazah terlihat sangat jelas. Duduk santai sambil berbincang satu sama lain, melepas penat tuk menjauh dari dunia perkuliahan yang membosankan.
Reza sudah berada di sini, dari jauh kelihatan kacamatanya yang besar menjadi ciri khasnya. Dia sedang memegang ponselnya, aku menghampiri lalu duduk didepannya.
“Za, eluh ga bosen-bosen liatin tuh GB?”
“Hah? Gb paan? Orang gw lagi maen game android, nih!” memperlihatkan layar ponselnya, benar saja dia sedang bermain game. “hmm…lu kayaknya udah mulai suka ya sama Dearest? Daritadi ngomongin itu melulu.”
“Melulu biji! Eluh yang suka ngomongin mereka!” Reza hanya tertawa mendengarnya. “Za, tadi gw ketemu Amanda di lorong.”
Menyimpan ponselnya di meja, “Amanda? Aslinya Fad? Pasti dia masih jutek. Yakin gw.”
“Iya, dia masih belum bisa maafin gw,” Reza memainkan ponselnya lagi.
“Nih, gw ada kontak cewek cakep kok,” memberikan ponselnya.
Aku mengambil ponselnya dan melihat cewek yang dia ingin berikan kontaknya, “Ini mah member Dearest, siapa sih Hana Hana itu kan? Parah!” mendadak aku patah semangat.
“Mantap! Udah mulai hapal, curiga nih malem langsung ngulik Dearest khususnya Hana,” aku hanya diam tanpa kata.
Perkuliahan dilanjutkan sampai sore menjelang Maghrib. Setelah dua matkul bersama, kami pulang ke rumah masing-masing. Lebih tepatnya Reza pulang ke kosan sedangkan aku ke rumah, diparkiran aku kembali melihat Amanda tapi kali ini dengan pacar barunya. Aku sengaja tidak memberi tahu Reza nanti dia pasti berisik kalau tahu diparkiran ini ada Amanda.
Malam hari sebelum tidur aku suka mendengarkan musik intrumental. Entah piano, gitar, ataupun alunan smooth jazz. Aku melakukannya agar lebih mudah mengantuk, namun entah mengapa aku jadi penasaran dengan lagu-lagu Dearest. Aku membuka yutub via ponsel, lalu mulai mengetikan Dearest. Di yutub ini tidak ada video yang usianya melebihi satu tahun, mungkin ini grup baru. Lalu aku memilih salah satu lagu mereka yang berjudul “Everyday”.
Lagu ini dimulai dengan suara alunan piano, lalu mereka mulai bernyanyi. Aku sama sekali tidak mengerti apa maksud lagu ini tapi lagu ballad seperti ini selalu berhasil membuatku jadi baper. Aku memperhatikan video klip mereka, terdapat sepasang kekasih di video klip ini. Mengingatkanku dengan kisahku dulu bersama Amanda. Aku menutup yutub dan membukanya via sonclod. Walaupun kami sudah putus tapi sampai saat ini aku masih menyimpan foto-foto bersama Amanda.
Memori-memori indah bersamanya mendadak hadir dihadapanku, fotonya aku perbesar. Aku pandangi dengan pandangan penuh rindu, sangking seriusnya genggaman ponselku terlepas. Ponsel android dengan layar 5 inchi dengan gagahnya menabrakan diri tepat dihidungku. Sakitnya luar biasa, aku sampai berkaca-kaca.
“TAIK!!” spontan kata itu terucap.